FILE 05: Menghadapi Situasi yang Gawat

67 7 0
                                    

Pria itu membawaku menuju parkiran mobil sambil terus menodongkan pistolnya ke punggungku. Mendadak sebuah mobil berhenti dihadapan kami dan aku dipaksa untuk masuk. Seorang pria paruh baya berkumis tebal dan berstelan jas rapih duduk dikursi pengemudi. Mengangguk  pelan kearah pria yang membawaku.

Tanpa diduga pria itu memasangkan sabuk pengaman untukku lalu untuk dirinya sendiri.

Mereka membawaku ke area gudang minyak dekat Srengseng, tempat yang cukup tersembunyi karena sudah tak terpakai dan ditinggalkan sekian lama. Rumput liar setinggi lutut terhampar di lapangan samping gudang. Kami sama sekali tak bicara saat berada didalam mobil. Bahkan ketika aku hendak bertanya pria itu buru-buru menempekan telunjuknya didepan mulut. Melarangku untuk bicara.

Aku belum mengetahui wajah dan identitas penculikku ini. Dan aku tak mempunyai ide apapun tentangnya. Aku mengerti situasi yang aku hadapi, tapi aku tak perlu panik. Sekarang, ayo pikirkan apa yang akan diminta penculik.

Uang tebusan? Apa emak mau bayar?

Lagipula kalau memang benar penculikan ini bermotif uang sangat aneh jika mereka menculik remaja belasan tahun sepertiku bukannya anak kecil yang lugu. Aku juga bukan orang kaya.

Penjualan organ manusia? Tidak. Itu terlalu ekstrim.

  Kemungkinan paling masuk akal  berkaitan dengan flasdiks mencurigakan yang aku temukan. Sudah kuduga sesuatu yang buruk akan terjadi. Inilah mengapa seharusnya kau tak memungut barang orang sembarangan. 

Gimana kalau aku sedang terlibat dengan sebuah kejahatan? Apa aku akan dibunuh? Mayatku bakalan dibuang ke laut atau dikubur di tempat sepi? Pikiranu liar berkhayal. Berada  di situasi yang tak kumengerti sedikit membuatku frustasi.

Kami bertiga turun dari mobi lalu masuk kedalam salah satu gudang. Pengantar kami hanya berdiri diluar. Mungkin berjaga. Setelah melalui beberapa saat dalam keheningan, tak kusangka  pria itu memulai percakapan.

“Maaf kami menakutimu. Tolong percayalah kami bukan orang jahat.”

Siapa kalian, dan mengapa kalian menculikku?
Apa kalian dari organisasi gelap?
Apa yang kalian mau? 

Pertanyaan-pertanyaan bermunculan dari otakku. Tetapi yang keluar dari mulutku adalah

“Eh... Ah. Ya. nggak papa.”

Huh. apa- apaan respon itu. Aku merasa malu pada diriku sendiri.

“ Apa aku sedang diculik?”  pertanyaan bodoh kembali keluar dari mulutku.

“ Bukan, Kami hanya ingin memastikan keselamatanmu saja. Terlalu berbahaya untukmu berkeliaran seperti itu sekarang”.

Suaranya terdengar tulus membuatku lebih tenang.

“Siapa kalian? dan apa yang kalian inginkan?”

“Kami berada dipihakmu, itu yang perlu kamu tahu. Kami ingin bertanya. Apakah kamu mengenali orang difoto ini?”

Pria itu nenunjukan sebuah foto kepadaku. Disana ada seorang figur lelaki berkacamata yang tersenyum merangkul seorang pria lain yang cemberut. Otakku berfikir keras. Rasanya aku pernah bertemu dengannya, tapi dimana? sekali lagi kuperhatikan foto itu. Tampak familiar. Gambaran samar mulai muncul di pikiranku.

“Ah Aku ingat sekarang. Dia pria dari pasar malam waktu itu. Apa kalian temannya?”

“Bisa dibilang begitu. Apa dia menjatuhkan sesuatu? Apa kamu ingat? Atau kamu mengambilnya?”

Aku segera mengertai apa yang dimaksud. Pikiranku langsung tertuju pada flasdiks yang sekarang ada di kantong celanaku. Tetapi saat mengingat hal itu, aku mulai curiga. Instingku berkata untuk memastikan kalau Mereka benar-benar bisa dipercaya.

“Beritahu aku identitas kalian baru ku jawab pertanyaanmu itu.”

“Kami bukan orang jahat.”

“Buktikan! Lagipula mengapa kalian membawaku ke tempat seperti ini?”

“Dengar. Terlalu berbahaya untukmu pulang kerumah sekarang. Kamu harus berada dibawah pengawasan kami sampai masalah ini selesai.”

“Masalah apa? Kenapa? Aku masih tak paham. Mengapa kalian sangat menginginan benda itu?" kataku bersikukuh. Aku memang keras kepala kalau ingin tahu.

“Jadi kamu memilikinya?” Pria itu menatapku tajam.

Ia mendesah kemudian menunjukan sesuatu padaku, lambang kepolisian  namun berbeda dengan bisanya.

Lambang itu milik organisasi pemerintah yang khusus menangani masalah terorisme, spionase dan hal-hal berbahaya dari balik layar, tanda dari seorang agen khusus. Aku pernah melihatnya diinternet. Tapi Aku tak dapat memastikan kalau itu memang benar asli.

“Sekarang kamu percaya ada kami?”

“Ayolah aku butuh penjelasan!”

“Tolong jangan terlibat lebih jauh. Lupakan apa yang kamu lihat dan katakan dimana barang itu? Kami sudah tak punya banyak waktu.”

“Satu pertanyaan lagi, kenapa kau tak langsung memintaku saat didalam mobil atau ketika berada di taman bermain?”

“Sayangnya ada pihak lain yang menginginkan benda itu, kami harus sangat waspada dengan orang-orang dan penyadapan. Kami juga harus memastikan kalau benda itu benar-benar berada ditanganmu”

Aku berfkir sejenak, sepertinya mereka benar-benar dapat dipercaya. Lagipula aku memang tidak ingin terlibat lebih jauh.

“Baiklah aku menyerah Flasdiks itu berada didalam kantong celanaku, kebetulan aku membawanya hari ini. Aku berfikir untuk menyerahkan benda ini ke polisi nanti. Sebentar!”

Aku merogoh kantong, namun belum sempat aku meraih dan mengeluarkan barang yang diminta, suara tembakan terdengar,disusul erangan rasa sakit.

Pria paruh baya yang datang bersama kami tiba-tiba ambruk ke tanah dan berlumuran darah.

Missing FileWhere stories live. Discover now