Chapter Satu

244 65 56
                                    


Bunyi alarm berdering dan mengagetkan Alinka yang kuliah pagi ini. Dia membuka matanya dengan cepat lalu melirik ke arah jam wekernya, mengucek-kucek matanya memastikan pandangannya kembali normal dan ternyata sudah jam 9 pagi! Dia membelalakkan matanya dan bergegas beranjak dari tidurnya. Dia buru-buru mandi seraya meraih handuknya yang tergeletak di samping tempat tidurnya, selesai mandi dia pun segera bersiap-siap menuju kampus.

"Waaahh, aku telat nih. Semoga aja ... sampe kelas tepat waktu," ucap Alinka sambil berlari mengambil tas dan buku di atas meja belajar.

"Eh! Dompet, HP, Jangan sampe lupa!" lanjutnya dengan terburu-buru meraih dua barang penting tersebut.

Dengan terburu-buru, Alinka bergegas menuju pintu kamarnya dan berlari menuruni tangga kostnya. Kamarnya terletak dilantai 2 sebelah kiri dari pintu masuk dengan nomor kamar 05. Kamar cukup besar dan juga bersih, toilet terletak di dalam kamar jadi aman kemudian dilengkapi lemari pakaian, rak sepatu, wifi, kasur busa yang empuk dan nyaman, meja belajar serta kipas angin yang terletak di dinding kamar. Jendelanya ada 2 buah, masing-masing berada di samping pintu kamarnya dan satunya berada di samping tempat tidur. Warna kamarnya hijau muda yang dipadu warna pink yang selaras. Pemandangan dari kamar Alinka juga cukup bagus sesuai dengan harganya. Jarak antara kost dan kampus juga tak begitu jauh, hanya 15 menit saja sudah bisa sampai di kampus.

Alinka Rastyanti atau biasa dipanggil Alinka, ia seorang gadis berusia 18 tahun, yang berkuliah disalah satu kampus ternama di kota Samarinda dan mengambil Program Studi Sastra Indonesia. Rambutnya lebat serta panjang terurai sampai pinggang, bergerak seirama mengikuti langkah kakinya yang terburu-buru. Matanya yang sipit dengan warna kuning kecoklatan, lesung pipi yang menempel di kedua pipinya yang menjadi ciri khasnya saat tersenyum, hidungnya mancung bagaikan Pinokio, kulitnya putih bersih seperti salju sehingga banyak yang menganggap Alinka memiliki darah Cina, bibirnya tipis dengan warna kemerahan yang alami disertai alis tebal yang menambah daya pikat seorang Alinka. Namun dibalik itu semua, ia memilik sifat tomboy dan tengil juga suka berkelahi. What?!

"Waduh! udah hampir jam 8 nih," katanya melihat jam sembari berlari menuju motor Scoopy yang terparkir diluar.

Alinka menyalakan motor dan melaju keluar pagar halaman rumahnya. Jalan mulai dipadati kendaraan yang lalu lalang, kebisingan dan hiruk-pikuk kota sudah jadi keseharian Alinka. Rambu lalu lintas menunjukkan warna merah, semua pengendara pun berhenti, tak terkecuali Alinka. Tak terlihat pergerakan kendaraan sama sekali, sesekali Alinka mendongak ke atas untuk melihat apa yang terjadi di depan sana. Tak lama berselang, perlahan-lahan kendaraan yang terdiam cukup lama akhirnya bergerak perlahan. Di bawah terik matahari yang menyengat, dia masih terjebak macet panjang yang menjalar puluhan meter di belakangnya. Setelah menunggu selama 180 detik, lampu hijau pun menyala. Alinka dengan cepat menambah kecepatan saat dia terbebas dari neraka itu. Dan dia pun tiba di kampus, tapi dia masih harus menaiki gedung lantai 3 untuk sampai dikelasnya.

"Benar-benar parah! Sudah lelah di jalan, sekarang ... ditambah menaiki anak tangga, iya ampun!" keluh Alinka yang melihat anak tangga yang berjumlah cukup banyak menurutnya.

"Ini benar-benar neraka untukku!" keluhnya kembali.

Alinka mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan kemudian ia bergegas menaiki anak tangga satu demi satu di gedung 3 lantai tersebut dan saat sesampainya diatas, kelas pun selesai.

"Hei, Lin! kamu terlambat lagi? Ini ... udah kesekian kalinya loh!" keluh Firah pada Alinka yang merupakan sahabatnya itu.

Iya, dia sahabatku namanya Maghfirah Nuraisyah ... gadis cantik berusia 20 tahun, terpaut dua tahun dariku. Kami sangat dekat bahkan, sudah seperti saudara kandung. Dia memiliki sifat ramah, penyayang dan juga cerdas serta sangat feminim. Ya, Firah -panggilan akrabku padanya- memiliki paras yang sangat cantik, tak heran di kampus yang dia juluki Putri Sastra karena kecantikan yang terpancar di wajahnya. Mata bulat layaknya mutiara disertai warna mata coklat gelap khas gadis Indonesia pada umumnya, kulitnya kuning langsat, rambutnya pendek sebahu lurus juga lebat, bulu matanya sangat lentik, alisnya lebat sepertiku, bentuk tubuhnya proporsional layaknya seorang putri namun tingginya lebih pendek beberapa senti dariku. Dari SMA kami sudah berteman. Karena itu, kami terus bersama seperti sekarang.

LINKARA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang