Chapter Tiga belas

32 21 5
                                    



Ini merupakan sepenggal kisah dari Alinka sebelum ia kuliah, dimana saat itu ia masih duduk di bangku SMA kelas 2 di daerah Bandung. Cerita ini menceritakan tentang Alinka dan Abangnya yang sangat ia sayangi.

Tak seperti biasanya, hari ini Alinka cukup gelisah. Dia hanya duduk melamun di ruang perawatan seraya menatap ke luar jendela kamar. Ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya, ia mencoba menelaah apakah sebenarnya yang tersirat dalam benaknya hingga akhirnya buat ia gelisah. Matanya menerawang jauh ke langit biru, tatapannya sayu seolah ingin menangis namun tak mampu. Saat ia terpaku akan lamunannya sendiri, terdengar suara yang tak asing menyapa Alinka saat itu.

"Hai, Alinka. Seperti janjiku minggu lalu, aku datang menjengukmu," ucap sesorang dengan senyuman yang menghiasi bibirnya.

"Abang! Ihh, kok ... gak bilang-bilang sih mau datang. Alinka kan ... bisa nyiapain abang sesuatu," jawabnya terkejut sembari kesal dengan nada manja. Iya cukup kaget, lantaran abangnya datang menjenguk.

"Hahahaha kan kejutan. Gak seru kan, kalo dikasih tau," ucapnya membalas keterkejutan Alinka.

Ya, hari ini Alinka sedang berada di Rumah Sakit dan sedang dalam perawatan intensif. Setelah tiba-tiba, ia pingsan saat sedang bergant pakaian dimana bajunya bersimbah darah akibai ia muntah darah sebelum pingsan. Dan untung saja, ia segera dibawa ke Rumah Sakit sesaat Abangnya datang kerumahnya.

"Sebel ih Alinka sama Abang," cemberut Alinka menatap Abangnya.

"Daripada cemberut, nih ... Abang kasih hadiah. Mau gak?" sodornya memberi sesuatu pada Alinka.

"Apa ini Bang? Kok kayak ... gimana gitu, Alin liatnya," ujar Alinka merasa heran setelah membuka bungkusan.

"itu buat kamu. Itu ramuan khusus yang aku buat, biar kamu cepat sembuh," ucapnya seraya tersenyum.

"Huuuft, lagi-lagi obat. Abang ini loh! Gak bosen apa, kasih Alin obat mulu. Heran deh Alin!" ujarnya nyeleneh melirik Abangnya.

"Alin itu udah bosan minum obat dari sini. Masa ... Alin dikasih obat lagi. Kan eneg Bang?" keluh Alinka sembari menatap botol ramuan ditangannya.

"Aku udah capek-capek loh ... buat itu untuk Alin. Masa gak dihargain sih? Abang jadi sedih loh," ucapnya dengan raut wajah sedih.

"Mulai deh Bang, gak usah drama napa! Iya Alin tau kok, Abang selalu perhatian sama Alin. Makasih iya Bang. Love you," Alin menatap Abangnya dengan wajah bahagia kemudian menaruh botol itu di atas meja.

"Gembel deh!" canda Abangnya.

"Gombal, Bang! Bukan gembel!" seru Alinka membenarkan ucapan Abangnya.

"Iya deh iya! Gitu aja sewot!" Gerutunya pelan sembari melirik genit Alinka.

"Eh! Abang gak duduk gitu? Emang gak capek, berdiri mulu," tanya Alin menatap kursi disebelahnya.

"Hahaha, iya iya Abang lupa. Iya ampun! Untung Alin ingatin," tukasnya pada Alin sembari mencubit pipinya kemudian duduk.

"Issh, issh! Pipi ini, selalu ... aja dicubit tiap hari. Kan sakit tau, Bang!" gerutu Alinka mengusap pipinya yang kemerahan.

"Habisnya ... adik Abang gemesin sih, hahaha," tuturnya sembari tertawa keras.

"Ssssstt! Abang ih, ini rumah sakit. Dilarang bersuara nyaring!" tegur Alinka dengan mata melotot.

"Oh iya, Abang lupa! Maaf iya," jawabnya terkekeh.

"Dasar!" gerutunya sembari tersenyum.

Hari ini, Alinka merasa senang, atas kehadiran Abangnya yang selalu menemaninya disaat keadaannya seperti ini. Dia bukan Abang kandungnya, hanya merupakan Abang angkat yang begitu berharga baginya. Mamanya, entah mengapa tak begitu peduli padanya ... semenjak ia sakit dan dirawat dirumah sakit. Alinka memiliki Abang kandung yang perhatian padanya, namun semenjak ia terlalu sibuk bekerja, perhatian yang diberikan padanya pun berkurang dan hal itu, tentunya membuat hatinya begitu sedih. Hingga akhirnya ia bertemu dengan Rei, orang yang ia kenal di sosial media. Tak butuh waktu cukup lama, Alinka pun mulai akrab dengan Rei. Rei yang bernama lengkap Sigit Reizhar Al-Qashaf merupakan nama Abang angkat dari Alinka Rastianti.

LINKARA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang