Chapter Sembilan Belas

32 20 1
                                    


Libur panjang telah tiba karena telah memasuki bulan Desemer. Hari ini, Alinka sedang berada di kamarnya yang cukup luas. Ia tengan asik membaca bukunya di meja belajarnya. Kamarnya rapi dan bersih yang di hiasi warna pink yang berpadu dengan hijau muda juga ada beberapa ornamen dan foto dirinya yang terpajang di dinding kamarnya yang menambah kesan feminim seorang gadis belia, walaupun dia sendiri bersifat tomboy. Terdapat rak buku berwarna coklat tua yang terletak di samping kanan meja belajarnya dan berisikan koleksi buku bacaan dari setiap jaman. Bentuknya cukup unik, berbeda dari yang ada di tolo-toko. Setiap pagi, ia selalu mrnyempatkan diri membaca satu buku per hari. Ia sangat suka membaca, apapun itu dia akan membacanya.

"Uwaaah, hari ini baca apalagi iya?"

Alinka mengetuk dagunay berkali-kali sembari berfikir.

"Oh, aku tau!"

Lalu ia bangkit dari kursinya dan bergegas menuju rak buku kesayangannya itu.

"Hemmm ... mana itu iya?"

Alinka mencari-cari buku yang ia maksud, kepalanya mendongak keatas seraya matanya melirik kanan kirinya.

"Dimana iya? Kok aku jadi lupa sih?"

Ia kemudian tunduk lalu jongkok mencari di bagian bawah berharap akan menemukannya. Perlahan ia menggeser ke kanan sembari melihat tumpukan buku yang berjejer rapi itu.

"Nah ... ini dia yang aku cari!"

Alinka menghentikan langkahnya setelah memenukan buku yang ia cari, ia mengambilnya dari rak buku, berdiri kemudian menuju meja belajarnya. Ia membuka buku itu lembar per lembar, dengan tenang ia membaca kata per kata, kalimat per kalimat. Selama 30 menit, ia telah sampai di pertengahan halaman. Merasa lelah, ia pun menutup bukunya lalu berbaring d kasurnya yang empuk dan nyaman.

"Lelah juga rasanya membaca tiap hari, tapi mau bagaimana lagi. Aku sangat suka membaca."

Dia tersenyum lebar, membalikannya badannya lalu tertidur. Kali ini, ia tak membuka jendela kamarnya karena cuaca di luar sangat dingin. Alinka tak suka dingin, ia merasa nyaman berada di kamarnya yang hangat jauh dari jangkauan dingin yang menerkam aroma bumi yang hangat. Suasana langit saat ini sedang tidak baik, matahari bersenyum di balik awan tanpa memperlihatkan sinarnya yang hangat. Nuansa angin yang terus bergejolak membuat siapa pun enggan 'tuk keluar dari rumah.

Dreettt, dreeettt, dreeeetttt!

Ponsel Alinka bergetar, dalam keadaan mengantuk ia mencoba meraih ponselnya yang entah dimana ia menaruhnya. Getarannya terus berbunyi membuat Alinka gemas kemudian ia membuka matanya perlahan lalu duduk mencoba menyeimbangkan antara pandangan dan pikirannya yang entah ada dimana. Alinka menoleh kanan dan kirinya mencoba mencari sumer suara itu dan ternyata ponselnya berada di bawah bantalnya.

"Astaga, Alinka! Kamu ini bersoda bangeeet."

Ia terus tertawa sembari menepuk jidatnya lalu mengambil ponsel yang bersembunyi di bawah bantalnya.

"Siapa sih?"

Ia membuka ponselnya untuk melihat siapa yang membuat ponselnya bergetar terus menerus.

"Hah?!"

Alinka kaget dengan mata melotot setelah membaca pesan tersebut.

"Iya ampun, aku kok bisa lupa sih?"

Alinka bergegas bangun lalu pergi mandi setelah itu bersiap dan berangkat menggunakan motor scoopy berwarna pink yang terparkir di garasi rumahnya. Namun saat ia akan menyalakan motornya ia lupa akan sesuatu.

"Eh, tadi aku mau kemana iya?"

Alinka menggaruk-garuk helmnya yang tidak gatal itu, ia bingung lantaran harus kemana. Pasalnya, ia menjadi lupa saat keluar dari kamarnya. Alinka mendadak lupa, bukan mendadak dangdut, iya!?

LINKARA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang