Chapter Tujuh

58 30 17
                                    


Tap..tap..

Tap..tap..

Suara langkah kaki Evan yang berlari menuju kelasnya, dengan nafas terengah-engah dia menaiki anak tangga satu persatu menuju lantai 3 gedung sastra. Sampai pada lantai 3, dia berhenti mengambil nafas lalu kembali berlari. Evan berlari menuju kelasnya diujung koridor, saat akan membuka pintu ...

Bruukkk ...

Seseorang menabrak Evan dari arah kanan dan dia pun ikut terjatuh, Evan membangunkan diri membersihkan pakaiannya lalu menoleh kearah samping kanannya dan ternyata yang menabrak cewek cantik berparas Jepang. Seketika, Evan meminta maaf dengan menundukkan kepala seperti orang Jepang. Kemudian cewek itu pun membalas menundukkan kepalanya. Evan menjulurkan tangannya, dia meraihnya dan Evan menariknya untuk bangun.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Evan.

"Ya. Saya baik-baik saja. Terima kasih" jawabnya kaku dengan logat Jepang yang sangat kental.

"Nama Saya Evan. Salam Kenal," ucap Evan memperkenalkan diri sembari menjulurkan tangannya.

"Hai Evan. Nama saya Evanly Tefa. Panggil saja Eva. Saya dari Jepang," balasnya tersenyum menjabat tangan Evan.

"Kamu ... mau kemana? Sepertinya sedang terburu-buru?" tanya Evan lagi.

"Saya mahasiswi pindahan. Saya ingin pergi ke kelas Sastra Indonesia. Tapi ... sepertinya saya tersesat," jawabnya sembari bingung.

"Jika boleh ... apa mau saya antarkan?" ajaknya pada Eva.

"Tentu. Jika kamu tak keberatan," sahutnya menerima ajakan Eva dengan wajah sumringah.

Evan lalu mengantar Eva ke tempat yang dia tuju. Setelah sampai, Eva mengucapkan terima kasih dengan senyum mengembang. Evan pun pergi setelah membalas ucapan terima kasihnya. Dan kembali ke kelasnya namun seperti sudah terlambat. Karena pintu ruangan telah di lock sehingga Evan tak dapat masuk. Karena merasa kesal, Evan lalu pergi ke kantin dilantai 2, di sana dia bertemu Rani yang juga terlambat. Evanpun bergegas mendekatinya.

"My Queen!" sahut Evan memanggil Rani

"My Prince!" jawab Rani kegirangan.

"Kok lo di sini sih? Jangan bilang ... lo juga telat sama kayak gue?" tanya Evan.

"Emm ... iya, gue telat. Tadi malam gue susah tidur. Gak tau kenapa", jawab Rani dengan heran.

"Gituu ... gue juga tadi malam susah tidur. Mikirin lo terus. Sampe tidur pun mimpiin lo", gombal Evan memegang tangan Rani.

"Really?" tanya Rani penasaran.

"Yes. Honey. I'll miss you so much ...," jawab Evan dengan nada serius.

"I'm sooo happy. Can you ... hug me, pleaseeee?", pintanya manja.

"Sure, My Queen", jawab Evan mesra.

Evan memeluknya Rani dengan erat. Rani pun membalas pelukan hangat dari Evan. Mata mereka saling memandang. Semakin dalam pandangan mereka, semakin erat pelukan mereka. Perlahan Evan mulai mendekati wajah Rani membelainya dengan lembut merangkul pinggangnya perlahan, Rani mulai memejamkan mata dan Evan tahu apa yang harus dilakukan. Nafas mulai beradu, detak jantung pun menggebu, hasrat mulai meronta ingin keluar. Bibir itu perlahan mulai mendekat dan terus mendekat, saat hanya beberapa senti jarak antar bibir mereka dan....

Dooorrrrrr....

Seseorang tiba-tiba menepuk bahu Evan hingga membuatnya kaget, Rani yang juga terkejut menjadi marah dengan mata melotot dan mulai meluncurkan bahasa luar biasa yang tak patut didengarkan.

LINKARA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang