Bukan akhir?

756 55 28
                                    

~Happy Reading Guys~

Vote, comment and share yaa ke temen-temen kalian

\\\___________________________\\\

Adrian sedari tadi dibuat jengkel dengan tingkah adeknya yang menurutnya sangat keras kepala. Lelaki itu terus memaksa adeknya untuk makan namun gadis itu terus saja menolaknya. Bahkan Adrian sampai meminta Caroline untuk membujuk Tania namun tetap saja hasilnya nihil. Satu-satunya cara yaitu menghubungi Defian, tetapi nomor Defian sedang tidak aktif. Lelaki itu baru teringat bahwa ponsel Defian sudah hancur.

"Abanggg ponsel aku mana," Pinta Tania menodong abangnya

"Gaada ponsel-ponselan kalo kamu gamau makan," Ucap Adrian

"Iyaa iyaa Tata makan tapi abis itu janji yaa kembaliin ponselnya Tata," Rengek Tania

Adrian mengangguk pelan. Lelaki itu dengan telaten menyuapi adeknya. Caroline yang melihat itu bangga sekali dengan sikap Adrian yang sangat menyayangi adeknya. Selesai makan Tania langsung meminta abangnya untuk mengembalikan ponselnya.

"Mana iihhh ponselnya aku," Todong Tania

Adrian yang mendengar itu langsung menepuk dahinya keras. Dia baru teringat bahwa ponselnya Tania sedang dibawa oleh Defian. Mampus jika Tania sampai tau pasti adeknya itu akan mencak-mencak. Pasalnya sedari tadi adeknya selalu ngomel jika ada yang membahas Defian di hadapannya. Contoh saja Alvaro yang tadi sore habis terkena timpukan remot ac karena sudah membahas Defian di hadapan Tania.

"Aduhh dek anu," Ujar Adrian mencoba untuk mencari alasan.

"Anu apaa?? Minta disunat lagi anumu!" Ucap Tania dengan galak.

"Abang lupa dek, ponsel kamu kan lagi dibawa Defian," Ujar Adrian cengengesan tak jelas

Tania langsung melotot. "ABANGGGGGGG!!!!! KENAPA PONSEL TATA ADA DI LELAKI CEBONG ITU SIHHHHH." Seru Tania yang sudah berkacak pinggang

"Adekku zeyeng pliss inget ini masih di rumah sakit bukan kebun binatang," Peringat Adrian. Mengelus puncak kepala Tania yang rambutnya sudah rontok.

Tania terdiam sesaat. Tiba-tiba kepala Tania terasa berat. Perlahan pusing mulai menyeruak. Tania memegangi kepalanya sambil meringis.

"Asshhhhh sakiiiiitttttt," Keluh Tania. Memegang kepalanya.

"Hiksss sa hikss kitttt hiksss." Ringis Tania

Adrian dan Caroline yang melihat itu langsung membantu Tania untuk memberikan ketenangan. Adrian memijat kepala adeknya dengan pelan. Tania yang sudah tidak sanggup langsung bersandar di dada bidang abangnya. Gadis itu menangis sambil menyembunyikan wajahnya ke dalam dekapan abangnya.

"Lin panggilin dokter cepet!" Perintah Adrian

Caroline langsung keluar untuk menemui dokter. Sedangkan Adrian masih berusaha menenangkan adeknya.

"Sakit banget yaa," Tanya Adrian dengan raut wajah khawatir

"Abang hiksss Tata udah gakuat hikss," Tania terus menangis hingga sesegukkan

Selang beberapa menit Caroline sudah datang bersama seorang dokter. Dokter itu mengarahkan untuk membawa Tania ke rumah sakit yang ada di Jakarta saja, karena disana peralatannya jauh lebih lengkap.

***

Defian sekarang sedang beristirahat di salah satu rest area yang ada di perbatasan kota Bandung dan Jakarta. Kemarin setelah menemui ayahnya, Defian memutuskan untuk pulang ke Bandung. Lelaki itu berkunjung ke makam mamanya. Defian yang sedang asyik menikmati hisapan rokoknya tiba-tiba dibuat terkejut kala ponsel yang ada di sakunya berdering. Setelah dibuka Defian baru tersadar ternyata dia kemarin membawa ponsel kekasihnya. Ralat! Bukan kekasih anggap saja Defian yang terlalu berharap.

BLACKFIRE II [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang