17. Sadar diri?

1.4K 126 3
                                    

Rendy sedang mengendarai motornya menuju cafe tetapi di Pertengahan jalan ia melihat sebuah pasar malam. Rendy seneng banget sumpah,demi apapun Rendy suka suasana pasar malam, apalagi di temenin doi kayaknya seru.

Pemuda itu langsung mengendarai motornya menuju pasar malam dan melupakan niatnya untuk pergi ke cafe. Rendy langsung memasuki kawasan pasar malam, setelah memarkirkan motornya.

"Gila udah lama banget gue nggak pernah ke pasar malem lagi." Rendy membawa langkahnya untuk lebih memasuki pasar malam ini. Pemuda itu menengok ke kanan dan ke kiri seperti mau nyebrang aja.

"Kalo ada fayra pasti seru nih." Membayangkan saja sudah membuatnya senyum-senyum sendiri.

"Wahh bianglala." Ujarnya seperti anak kecil yang di beri permen. Rendy mendekat kearah permainan bianglala.

"Gue pengen naik tapi masa sendiri, nanti tuh sangkar berat sebelah nggak adil banget." Membayangkan nya saja sudah membuat Rendy terkekeh geli. Dimana saat ia naik terus pindah ke sebelah kanan dan pindah ke kiri biar adil kan capek. Kayaknya ia tidak bisa menaiki permainan itu, tapi Rendy pengen banget naik.

Ah bodo amatlah Rendy pengen naik, Rendy membeli tiket dan langsung mengantri. Menunggu gilirannya.

"Mas sama mbaknya naik berdua nggak pa-pa? Soalnya tinggal satu sangkar lagi dan juga harus ada pasangannya." Rendy menengok kebelakang dan benar saja di belakangnya ada seorang gadis.

"E-eh nggak usah, saya nggak jadi aja, nanti masnya nggak nyaman." Ujar gadis itu gugup. Takutnya pemuda itu merasa risih jika berdekatan dengan gadis desa sepertinya. Gadis itu merasa bahwa pemuda di depannya ini bukan orang miskin seperti nya.

"Dah naik aja, tinggal lo sama gue juga yang ngantri, gue juga males banget kalo harus kekanan terus kekiri biar adil dan seimbang duduknya hehe." Gadis itu di buat terpana dengan cengiran Rendy.

"Mau nggak?" Tanya Rendy saat gadis itu terbengong dan menatap nya.

"Ta-tapi nggak pa-pa masnya?"

"Santai aja ayok naik." Rendy dan gadis itupun langsung menaiki bianglala tersebut.

"Nama masnya siapa?" Rendy menoleh kearah gadis itu.

"Rendy, lo?" Rendy kembali memusatkan perhatiannya kearah luar agar bisa melihat pemandangan.

"Ayla." Rendy mengangguk, nama yang bagus.

"Lo sendirian?" Tanya Rendy, biasanya perempuan itu sangat jarang pergi kemanapun sendiri, biasanya sih bilang takut atau males nggak ada temennya.

"Saya nggak punya temen, masnya?" Rendy merasa tidak percaya bahwa gadis cantik di depannya ini tidak memiliki teman. Memang sih dandanannya tidak seperti gadis kebanyakan.

"Gue liat pasar malem ini dadakan kek tahu bulat anjir eh bukan-bukan, tadinya gue mau ke cafe eh liat pasar malem jadinya langsung kesini deh nggak sempet bawa temen tapi kalo bawa temen takut bianglala nya rusak." Gadis itu terkekeh, dirinya merasa nyaman berada di dekat Rendy. Tetapi ia tak boleh banyak berharap bukan?

"Oh gitu toh mas."

"Eh lo jangan manggil gue mas dong, terkesan kek gue tuh mas-mas tukang bakso."

"Masnya bisa aja, bukan tukang bakso aja yang di panggil mas, istri aja manggil mas ke suaminya."

"Jadi? Selama ini kita suami istri?" Eh gadis itu menggeleng cepat, seperti nya ia salah berbicara.

"Eh buka gitu maksudnya mas, aduh gimana ya?"

"Hahaha...Iya iya selow aja gue tau kok." Aaa lagi dan lagi Ayla terpana melihat tawa Rendy.

I'M OKEWhere stories live. Discover now