Part 16

1.4K 121 0
                                    

Ava memasuki kelas bersama dengan teman-temannya yang lain. Upacara bendera 17 Agustus yang dilaksanakan di lapangan sekolah baru saja berakhir. Setelah ini, acara akan dilanjutkan dengan perlombaan untuk memeriahkan HUT RI.

Drrtt! Drrttt!

Ava merasakan ponsel di saku almamaternya bergetar, gadis itu mengambilnya dan mendapati Raisa menelponnya.

"Halo, Ma?"

"..."

Ava terpaku sejenak, tatapan matanya meredup. Gadis itu menurunkan ponsel dari telinganya dengan jantung berdebar.

"Kenapa?" tanya Rommy yang melihat ekspresi aneh di wajah Ava.

"Azlan... Azlan udah di rumah," jawab Ava. Tanpa sadar suaranya bergetar.

Rommy membulatkan mata terkejut, lalu sedetik kemudian gadis itu mencari keberadaan Arjuna.

"Jun! Lo bilang mau beli tali rafia kan tadi? Udah beli belum?" tanya Rommy nyaring.

Arjuna menggaruk dagunya santai, lalu mengangkat sebuah surat selebar telapak tangan yang biasanya digunakan untuk izin masuk kelas—jika terlambat—dan izin keluar sekolah dari guru piket.

"Belum, ini gue mau berangkat sama Lily–"

"Sama Ava aja!" Rommy memotong ucapan Arjuna membuat cowok itu mengerutkan alis, lalu sedetik kemudian bibirnya tersenyum.

"Beneran nih? Gue nggak masalah sih, sama siapa aja ayo. Apalagi sana Ava, demen banget gue."

"Sini deh, Jun!" pinta Rommy.

Arjuna menoleh pada gadis di sampingnya—Lily—yang tengah mengoleskan cat berwarna merah putih di pipi kanan Jenny. "Gue kesana dulu," katanya pada Lily yang dibalas anggukan oleh gadis itu.

"Lo berangkat sama Ava, tapi nanti Ava nggak bisa ikutan balik ke sekolah," kata Rommy setelah Arjuna berdiri di depannya.

"Ha? Gimana-gimana? Ava gue mau bolos?" tanya Arjuna terkejut, cowok itu mengalihkan atensinya pada Ava yang hanya diam seraya menggenggam ponselnya erat. Jelas sekali pikirannya sedang tak berada di sini.

"Iya, ada urusan di rumahnya," balas Rommy.

"Kenapa nggak izin ke guru piket aja? Kalau urusannya penting pasti bakalan diizinin."

"Masalahnya, nggak semua orang menganggap urusan itu penting, Jun. Ayolah, lo kenapa jadi bawel gini sih? Biasanya juga dibiarin aja ada anggota kelas yang bolos," kesal Rommy.

"Ya~ gue cuma pengen tau sih, gak berniat ngelarang. Tapi kalau ada apa-apa gimana? Ini Ava, gue nggak mau dia di cap jelek."

"Heleeehhh!!!" Rommy memutar bola matanya yang dibalas kekehan oleh Arjuna.

Arjuna menoleh pada Ava dan tersenyum, "Ayo, Va!" ajaknya kemudian.

"Pakai mobil, Jun! Pak Dedi bakalan kebanyakan tanya kalau lo nggak sama Ava pas balik," pesan Rommy.

Arjuna hanya berdecak, "Iya, iya! Bawel banget dah lo!"

***

"Suratnya?" tanya satpam SMA Mahardika pada Arjuna, membuat cowok itu merogoh saku almamaternya dan menyerahkan surat berukuran selebar telapak tangan itu pada satpam.

"Beli tali rafia pakai mobil, Jun? Nggak ribet? Paling ke depan situ aja," kata satpam itu lagi. Namanya Pak Dedi, beliau akrab dengan siswa SMA Mahardika, lebih-lebih penghuni paling lama yaitu kelas dua belas seperti Arjuna.

"Shuut, Pak. Saya mau sambil muter-muter, males disuruh-suruh di kelas," balas Arjuna tak sepenuhnya berbohong.

Pak Dedi tertawa, "Yasudah sana, hati-hati. Berhubung hanya beli tali rafia, lima belas menit cukup kan?" tanyanya dengan senyuman tersungging.

Kalau Jadi Jodoh (Selesai)Where stories live. Discover now