(07) Overdose

57.3K 356 12
                                    

Mendengar perkataan monica soal Barra yang pinjam uang untuk beli motor, membuat moodku di Sabtu pagi jadi berantakkan. Aku yakin sekali Barra dengan sifatnya yang malas-malasan seperti itu akan sulit bayar angsuran ke keluargaku. Toxic.

Monica mengambil uang tabungan untuk kebutuhan harian kami dalam brankas di lemari. Masih kurang 19 juta yang rencananya akan dikirim ke rek Barra.

"Gak apa-apa kan?" Tanya Monica.

"Bisa apa aku?" Aku langsung pergi ke kamar mandi untuk mandi.

"Sama keluarga jangan perhitunganlah, dia lagi susah, dia kakak kamu juga."

Aku tak menjawab, aku langsung mandi dan ingin segera pergi keluar rumah. Entah mau kemana yang penting pergi. Malas di rumah.

Selang 15 menit kemudian aku keluar kamar dengan menggunakan kemeja hitan polos dan celana cino cokelat.

"Loh mau pergi kemana?" Tanya Manda.

"Barusan dapet kabar kalo proposalku diterima Pak Wawan, sekarang mau meeting kecil sama tim untuk persiapan presentasi ke klien"

"Gokil, proyek gede itu lolos Ndre? Mantep juga lu." Kata Barra Tuman sambil menghitung uangku yang diberikan oleh Monica.

"Yah, tabungan buat masa depan Duta bang, ini juga dibantu tim kok ngerjainnya" Aku merendah sarkas.

"Coba kamu kayak Juandre, Pah. Dulu udah diajak 1 kantor jadi timnya malah masih mentingin narik taksi online sih?!" Kata Manda.

"Hati-hati." Kata Monica singkat. Gak nawarin sarapan gak nawarin ngopi atau apa. Kayaknya dia tau aku bohong mau meeting.

Lagi-lagi sandiwara harus tetap berjalan. Aku cium kening istriku lalu pamit dengan Duta dan Disa yang sedang bermain Lego.

Sambil mengarah ke parkiran rumah, aku berpikir mau kemana kira-kira. Siapa yang bisa aku hubungi untuk menemani di weekend ini.

Aku pergi dulu saja ke kostan Alex dan Joko, mereka berdua tinggal dalam 1 kost yang sama. Aku menyalakan Spotify dan mulai mendengarkan playlist seperti biasa. Kali ini lagu yang muncul pertama adalah lagu Eminem - Love The Way You Lie. Cocok dengan kondisi aku dan Monica saat ini.

Now I know we said things, did things
That we didn't mean and we fall back into the same patterns
Same routine, but your temper's just as bad, as mine is
You're the same as me, when it comes to love, you're just as blinded

Karena weekend dan masih jam 9 pagi, jalanan Jakarta sangat lancar, ada beberapa jalan yang ditutup karena car free day, 20 menit saja, aku sudah memarkirkan mobilku di Kostan Alex dan Joko.

"Eh Mas Boss, mau ke tempat Alex ya?" Mang Asep menyambutku, Mang Asep adalah penjaga kost, memang sudah mengenaliku, karena aku sering mengerjakan proposal tim di sini.

"Iya Mang Asep, udah bangun belom mereka?"

"Belum kayaknya, Mas Boss, pada bergadang semalem maen PS, langsung aja ke kamarnya Mas, Mas Boss udah sarapan?"

"Oh kebetulan, belum Mang, bisa tolong beliin saya bubur biasa? Nih uangnya, beli 4 buat Mang Asep 1, kembaliannya ambil aja mang." Aku memberikan Uang 100ribu ke Mang Asep.

"Wah makasih Mas Boss, itu nanti minta kunci mobilnya, nanti saya cuciin Mas."

"Oh gapapa gak usah repot-repot Mang, takut ujan lagi nanti, makasih loh tawarannya, Mang Asep tolong beliin bubur aja terus sarapan ya."

"Oh siap Mas Boss." Mang Asep pun jalan ke seberang kostan untuk membeli bubur.

Aku menuju lantai 2, ke kamar Alex dan Joko. Benar saja, mereka belum bangun sepertinya, kamarnya masih dikunci.

SI KEDUA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang