Bab 2

114K 11.7K 471
                                    

“Boleh saya lihat handphone kamu sebentar?”

Berbagai macam doa sudah Raye rapalkan di dalam hati. Saat ini, Raye hanya berharap jika ia bisa memutar waktu agar hal memalukan seperti ini tak perlu terjadi. Namun, semua harapan itu hanya berakhir sia-sia saat suara Rolan kembali mengisi telinganya.

“Mbak, boleh saya lihat handphone kamu?”

Raye yang sedari tadi menunduk, pelan-pelan mulai mengangkat kepalanya sambil berpikir alasan apa yang harus ia buat untuk membela diri.

Yang pertama, mungkin Raye akan pura-pura marah karena permintaan Rolan sejujurnya agak sedikit kurang sopan—tetapi tentu saja bukan untuknya yang tertangkap basah mengambil foto pria itu secara diam-diam.

Tidak-tidak. Raye tidak akan melakukannya. Lagi pula, Rolan berkemungkinan besar akan menjadi dosennya di semester ini. Bagaimana mungkin ia bisa memarahi dosennya sendiri atas kesalahan yang memang dilakukannya?

Lalu, apa Raye harus pura-pura tak mengenal Rolan walau ia tahu pria itu adalah dosen yang sering dibicarakan di jurusan? Apalagi saat ini mereka sedang berada di kantin perpustakaan. Jadi, Rolan mungkin tak akan menganggapnya sebagai mahasiswi Ilmu Komputer.

Ya, Tuhan! Raye harus apa?!

“Mbak?” Sekali lagi Rolan memanggil Raye dan membuatnya semakin terpojok.

“U-untuk apa ya, Pak?” Dengan kepala yang setengah menunduk dan rambut yang sengaja dibiarkan tergerai di depan wajahnya, Raye akhirnya memberanikan diri untuk buka suara.

“Saya hanya ingin memeriksa dugaan saya terhadap tingkah Mbak barusan benar atau tidak.”

“Maaf, tapi memeriksa ponsel orang lain itu tidak sopan, Pak.”

Entah dari mana Raye mendapat inspirasi untuk mengucapkan hal tersebut. Tetapi yang jelas, Raye benar-benar harus menyelamatkan dirinya sendiri saat ini.

“Saya hanya ingin memastikan. Kalaupun dugaan saya salah, saya akan bertanggung jawab dan meminta maaf atas kelancangan saya. Dan omong-omong, orang yang sedang berbicara dengan Anda ada di sini.”

Duh, bisa mampus gue kalo ini muka dilihat sama Pak Rolan.

Mati-matian Raye menyembunyikan wajahnya dari Rolan, tetapi rupanya pria itu menyadari jika sedari tadi ia memang tampak menghindar.

Setelah mempertimbangkan banyak hal, mau tak mau Raye mengangkat kepalanya. Di detik pertama setelah melihat wajah Rolan yang masih tampak tenang, ia hanya bisa meringis dan hampir menangis.

“Nah, handphone kamu?” Kali ini Rolan sudah mengulurkan sebelah tangannya pada Raye, tampak tak sabar karena waktunya terbuang sia-sia untuk hal seperti ini.

Raye sudah pasrah. Ia mulai memikirkan untuk mengambil mata kuliah yang diampu oleh Rolan di semester ganjil berikutnya saja ketika ia menyerahkan ponselnya pada pria itu.

“Coba buka galeri kamu.”

Dengan ponselnya yang sudah berpindah tangan ke Rolan, Raye melakukan perintah pria itu. Betapa malunya ia saat Rolan mendapati beberapa foto pria itu yang diambilnya secara diam-diam.

Kalau yang gini aja bisa ketahuan, Raye mana mungkin bisa kerja bareng Dispatch—yang selalu berhasil mengambil foto-foto selebriti Korea Selatan yang sedang berkencan.

“Bisa jelaskan ini maksudnya apa?” tanya Rolan dengan nada suara yang terdengar kesal.

Serius, Raye benar-benar ingin kabur saat ini juga. Malunya sampai ke ubun-ubun. Beruntung kantin tidak terlalu ramai karena perkuliahan memang belum berjalan hingga senin depan.

“Kamu mahasiswa di sini?”

Raye mendongak, menatap Rolan yang sedari tadi berdiri di sisinya dan mengangguk untuk menjawab pertanyaan pria itu. Ekspresinya terlihat memelas, seperti memohon ampun kepada Rolan. Kalau saja Raye yakin dirinya tidak akan semakin malu setelah ini, ia pasti sudah bersimpuh di kaki Rolan untuk meminta maaf.

“Mahasiswa apa dan dari jurusan apa?”

Raye kembali berada di ambang kebingungan. Antara harus menjawab jujur atau tidak.

“Saya dari jurusan Hukum, Pak.” Dan tahu-tahu saja mulutnya sudah lebih cepat membuat keputusan dibanding otaknya.

Rolan berdecak. Diletakkannya ponsel Raye di atas meja. Memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, Rolan memandang Raye lekat-lekat.

“Kamu dari jurusan Hukum, tapi masalah gini aja nggak ngerti,” sergah Rolan. “Saya dosen di sini. Dan kamu tahu, kan, ada hukum yang mengatur tentang perbuatan kamu barusan?”

Salah ngomong, deh, gue.

Raye benar-benar merutuki kebodohannya sendiri. Padahal, masih banyak jurusan lain di kampusnya, tetapi kenapa yang keluar dari mulutnya malah jurusan Hukum? Raye jadi makin terjebak karena jawabannya sendiri.

“Kamu ini benar-benar nggak mencerminkan apa yang kamu pelajari selama ini.”

Rolan masih sibuk menceramahinya dengan jengkel. Sementara yang bisa Raye lakukan sedari tadi hanyalah menunduk sembari memainkan jemarinya untuk menghilangkan rasa gugup dan takut.

“Untuk saat ini, saya akan biarin kamu.”

Napas lega berhamburan keluar dari mulutnya. Setidaknya, untuk saat ini Raye aman.

“Hapus foto-foto saya yang kamu ambil secara diam-diam. Dan setelah ini, jangan pernah ulangi perbuatan kamu lagi. Itu tidak sopan sama sekali. Paham?”

Raye mengangguk lemah. “Paham, Pak.” Dan ia segera menghapus foto-foto Rolan sebelum pria itu bergegas meninggalkannya.

“Ya ampun, jantung gue hampir copot,” ucap Raye setelah kepergian Rolan. Ia bersandar pada kursi dengan bahu yang meluruh dan sebelah tangan yang bertengger di dada.

Sebelumnya, Raye sangat berharap jika Rolan memang akan mengajar mata kuliah semester lima, tetapi setelah insiden memalukan tadi, rasanya Raye ingin menarik semua harapannya. Bagaimana mungkin ia bisa masuk di kelas pria itu?

Rolan yang masih semuda itu jelas bisa dengan mudah mengingat kejadian hari ini. Apalagi pria itu sudah melihat wajahnya dalam waktu yang cukup lama. Raye bukannya sok percaya diri, tetapi Rolan pasti akan mengingatnya.

Raye benar-benar sudah tidak berselera tehadap apa pun lagi saat ini. Burger yang masih tersisa sedikit, sudah tidak menarik baginya.

Setelah memakai tasnya, Raye bersiap untuk pulang. Tadinya ia hendak berkeliling kampus terlebih dahulu, tetapi sepertinya lebih nyaman bergelung di atas ranjang kos-kosannya sambil meratapi nasib buruknya hari ini.

•••

Makasih banyak karena kalian udah ngeramein cerita ini. Seneng banget😍

Karena Bab 1 kemaren rame, hari ini aku bakal double update. Aku update lagi jam 7 malem nanti yak. Pada mau nungguin, kan?😝

Serius, deh, aku bakal rajin update kalo rame wkwk. Jadi, tetep ya, jangan lupa vote dan komen yang banyak😍😍

21 November, 2020

Yes, Sir!Where stories live. Discover now