Part 15 ( TERINGAT )

177 29 3
                                    

Happy Reading Guys
And I Hope You Like With My Story
*
*
*
*
*

Jay keluar dari kamarnya dengan langkah malas, wajahnya tampak murung seperti pegawai yang tidak digaji oleh majikannya selama dua minggu. Ia mulai duduk di meja makan dan mengambil roti untuk ia makan sebagai sarapan. Menyadari ada yang aneh dengan adiknya Farel langsung menegurnya, "Kenapa lo diem, biasanya protes muluk kayak emak-emak di pasar."

Ia mengembus napas malas lalu menatap Farel cukup serius, ia teringat pesan chat Sia yang seolah-olah meyindir pekerjaan ayah dan kakaknya serta April. Mereka mengelabuhi polisi dan menutup mulut orang lain dengan pistol atau pisau demi uang, apakah mereka bisa terus bahagia?

"Kak, pa. Apa kalian nggak bisa berhenti aja, cari bisnis lain yang lebih aman tanpa membunuh atau mengelabuhi polisi. Jay nggak tenang pa, entar kalau polisi sadar kalian bisa ...." Jay menautkan ucapannya karena ia tak ingin ucapannya itu menjadi do'a untuk kakak dan ayahnya.

Richard membulatkan mata, tangannya yang semula tengah menyendok nasi ikut berhenti bergerak, alisnya saling merapat satu sama lain. Otaknya masih menerka ucapan Jay yang terdengar aneh, begitu juga Farel, ia yang tadinya mengunyah roti berisi selai coklat, seketika langsung berhenti dan berganti menatap heran pada Jay.

"Lo sehat?" tanya Farel heran.

"Mau papa bawa ke rumah sakit mana Jay?" tanya Richard tidak kalah heran.

Farel mencoba menelan sisa roti di mulutnya sedangkan, yang ditanyai masih diam menundukkan kepala. Ia menoleh ke arah Richard. "RSJ aja pa, siapa tahu otaknya dimakan kutu makanya radak keropos."

"Jangan ngawur, gue masih waras," tukas Jay kesal.

"Lah, terus kenapa bilang kayak gitu, nggak ada angin, nggak ada hujan. Tiba-tiba jadi bijak," cibir Farel.

Jay menatap serius ke arah Farel. "Ada yang bilang sama gue, kalau seseorang nggak akan bisa hidup bahagia jika hidup di atas penderitaan orang lain, apalagi kalau sampai ngehabisi nyawa mereka."

Degh.

Jantung Richard dan Farel seolah berhenti berdetak, bukan orang lain yang mengatakannya, melainkan anaknya sendiri. Haruskah mereka menghentikan bisnis gelap yang telah berdiri selama sepuluh tahun ini.

"Papa, akan pertimbangin itu Jay, mungkin bisnis properti cocok untuk kita," ujar Richard yang justru membuat Farel langsung melebarkan kelopak matanya.

Ia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sama sekali. Sebenarnya pembantunya yang salah masak atau memang cuma ia yang normal di sini. "Papa habis dengerin ceramah apa gimana sih? Sumpah Farel up kalau kayak gini." Farel mengangkat kedua tangannya setinggi kepala dan membuka ruas jarinya lebar-lebar. Ia juga mengeleng kepala pelan.

"Papa aja udah mau tobat masak lo enggak kak," ucap Jay sedikit nge-gas.

"Iya terserah gue ngikut, yuk berangkat aja sekarang daripada telat nanti," sahut Farel yang kemudian meyampirkan tasnya di pundak.

"Iya."

******

Di depan para siswa kini sudah berdiri sederetan anggota OSIS kelas dua belas yang sudah siap melepaskan jabatannya untuk digantikan dengan anggota baru. Kelas kedua yang dijadikan tempat mempromosikan organisasi setelah kelas XI-IPA.A adalah kelas XI-IPA.B kelas terbaik kedua namun, kelakuan muridnya sebenarnya minus 130 derajat.

"Kalian semua tentu sudah mengenal organisasi OSIS yang ada di sekolah ini, jadi apakah kalian berniat mendaftar sebagai anggota OSIS baru atau sekedar melanjutkan keanggotaan kalian," tutur Farel-Ketua OSIS yang sebentar lagi akan pensiun.

I AM (NOT) FINE AND YOU? { COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang