21. Too Good To Be True

1.5K 206 89
                                    


"Kau bisa tidak sih menghindar ketika dipukuli?" Jieun, berjalan mondar-mandir di kamar rumah sakit. Matanya memicing pada Jimin yang sedang terbaring di ranjang, tidak begitu memerhatikan apa yang Jieun katakan karena Jieun sudah melakukannya selama tiga puluh menit penuh.

"Jieun, duduk!" Yoongi yang juga ada disana akhirnya angkat bicara. Nada suaranya yang memerintah sedikit membuat Jieun bergidik, Jieun hendak membantah namun akhirnya mengurungkan niatnya ketika melihat ekspresi keras dan tatapan tajam Yoongi.

Jimin menatap langit-langit, membiarkan Yoongi dan Jieun yang kini berbicara dengan pelan, seakan membiarkan Jimin larut dalam pikirannya. Jimin tau dan mengerti Jieun pasti sangat khawatir saat ini. Jika Jieun saja bersikap seperti itu, bagaimana dengan Gyuri?

Dirinya mencoba untuk memerhatikan sekitar, Gyuri tidak ada disana. Jimin tidak tau seberapa lama dirinya kehilangan kesadaran, sebagian dari pikirannya memaksa untuk berpikir bahwa mungkin Gyuri sedang keluar sebentar. Dia ingin percaya bahwa Gyuri pasti selalu di sampingnya selama Jimin tidak sadar.

Terlalu sering.

Terlalu sering Jimin membuat Gyuri merasa khawatir.

Untuk sesaat Jimin merasa tidak pantas karena sudah meminta Gyuri untuk menunggunya.

Gyuri, bukankah gadis itu terlalu baik untuknya?

"Gyuri sedang keluar, ada urusan." Jieun berkata dengan pelan kali ini. Seakan tau apa yang sedang Jimin pikirkan saat ini. "Dia akan segera kembali." Sambungnya.

Ruangan hening untuk beberapa saat. Jimin terlalu lelah untuk sekedar bicara. Yoongi duduk di sofa sembari memejamkan matanya, semua ini terlihat begitu melelahkan. Jieun sudah kembali duduk di samping Yoongi.

"Aku terlalu banyak merepotkan ya?" Jimin bersuara, Yoongi sampai menegakkan tubuhnya dan membuka matanya untuk melihat ke arah Jimin, Jieun hanya memerhatikannya dengan tatapan iba.

"Ada yang sakit?" tanya Yoongi, raut wajahnya terlihat khawatir, "Kau baik-baik saja?" Yoongi mendekati Jimin, memerhatikan Jimin yang masih menatap langit-langit.

"Hyung, menurutmu aku pantas untuk kembali bersama Gyuri?" Jimin menatap Yoongi, Yoongi teridam. Waut wajahnya datar, Jimin tidak bisa membaca arti dari raut wajahnya.

"Hargai semua yang sudah kalian lewati. Tidak ada waktu lebih tepat dari saat ini. Kalian pantas untuk mendapatkan semua kebahagian yang sudah kalian tunda saat ini." Jieun yang bicara, nadanya terdengar sangat lembut –jauh dari biasanya. Bahkan Yoongi menoleh sekilas untuk melihat istrinya, Jieun tersenyum dengan tulus.

"AKu akan menjadi orang yang paling marah jika kau menyerah padahal kalian sudah sampai sejauh ini. Jangan membuat semuanya semakin sulit, ketika kau sudah mendapatkan jawaban seperti ini. Kau harus perlu sedikit lagi berusaha." Jieun melanjutkan bicaranya, entah mengapa hal tersebut membuat Jimin merasa tenang. Seakan memang hal itulah yang ingin dia dengar, dan Jimin bersyukur Jieun mengatakannya.

Jimin tidak boleh menyerah.

"Orangtua Yume sudah tau semuanya." Kata Yoongi, Jimin mengangguk.

"Cepat atau lambat mereka akan tau." Gumam Jimin. "Bagaimana keadaannya?"

"Yume?" Jieun bertanya.

"Ya.."

"Banyak menangis." Yoongi mengatakannya, tidak ingin Jieun terlalu detil menceritakan betapa buruknya keadaan Yume.

TOY (BTS NC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang