2

3.1K 426 490
                                    

•Vote
•Komentar

Melandi yang sedari tadi diacuhkan Azila, akhirnya membiarkan begitu saja. Dirinya sudah meminta maaf berkali-kali tetapi tak diresponnya. Dan kenapa Bryan sangat marah kepada Azila? Entahlah, Melandi tidak habis fikir dengan mereka.

"Agus!" panggil Vano.

"Lo tadi ngapain aja sama hp Zila?" tanya laki-laki itu.

"Tadi ada telfon berkali-kali, terus ada pesan masuk suruh angkat telfonnya, yaudah Melan angkat." Melandi menjawab dengan enteng.

"Emang yang telfon itu bilang apa?" tanya Vano lagi.

"Dia bilang—"

"Melan! Ikut ke rumah gue hari ini, ntar gue anter pulang," potong Azila yang tiba-tiba datang.

Melandi merasa mendapat lampu hijau karena Azila mau berbicara dengannya. Dengan senang hati perempuan itu mengangguk. Sementara Vano mengumpat kesal.

Azila memang sengaja memotong ucapan Melandi, yang benar saja, bagaimana jika Melandi memberitahu hal tadi kepada Vano. Azila memang yakin,jika dilihat dari tingkahnya Vano itu sangatlah ember. Ya, paling cocok jadi admin lambe turah.

.
.
.

"Zila, aku pulang aja ya? Aku gak nyaman disini." Melandi terus bergerak resah dan
merasa tak nyaman.

Melandi kira Azila akan membawa ke rumahnya, tapi sangat di luar dugaan, perempuan itu mengajaknya ke sebuah bar. Azila mengajaknya mampir ke mall sebentar untuk membeli baju ganti lalu menuju bar, dan hingga selarut ini mereka masih disana.

"Zila, ayo pulang! Aku kurang nyaman. Aku gak pernah ke tempat beginian," ucap Melandi.

"Pulang aja duluan, gue masih mau nunggu temen," ucap Azila ketus.

Melandi langsung berlari keluar dari tempat itu. Sedari tadi menunggu taxi yang lewat hingga sampai pukul sebelas malam. Perempuan itu sudah berkaca-kaca matanya. Dia belum lama menjadi penduduk kota ini, terlebih seorang perempuan dan sudah sangat larut malam.

"Aku jalan kaki aja kalo gitu," ucapnya pelan.

Sampai di dekat sebuah caffe, hujan mulai turun. Perempuan tersebut berteduh di caffe 24 jam itu. Dia yakin, Alika sedang mengkhawatirkan dirinya. Handphonenya mati, karena terus dia mainkan saat di bar tadi.

"Iya, ini juga mau pulang," balas seorang lelaki dengan seseorang di telefon.

"Bryan!" teriak Melandi langsung memeluk orang itu.

Laki-laki itu terkejut setengah mati, bahkan HP nya jatuh dan terkena air hujan. Terlebih orang-orang disana menatap dirinya heran, rasanya ingin mendorong saja gadis itu hingga berguling-guling.

"Woy lepasin! Hp gue jatuh!"ucap Bryan sedikit berteriak.

"Bryan, anterin aku pulang! Tolong, banget," ujar Melandi pelan.

"Ck, ngrepotin lo." Bryan berdecak kesal.

Bryan berkali-kali membanting stirnya, jika saja perempuan itu sedang tidak tidur, sudah dipastikan Bryan akan memaki perempuan tersebut. Bahkan Melandi tidak memberitahu alamatnya. Bryan berinisiatif mengambil handphone di genggaman Melandi, sudah berkali-kali dibangunkan perempuan itu tetap saja tidak ada tanda-tanda untuk bangun.

"Ck, nih HP kagak pernah dicas apa?" gumam Bryan.

Setelah HP Melandi bisa menyala, tepat saat ada telefon masuk. Tertera nama
Mbak Alika disana, tanpa ragu Bryan menjawabnya.

Bryan's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang