Rendezvous

8.6K 740 28
                                    

Tanganku basah.

Belum lagi jantungku yang bergetar gak karuan.

"Chayra, kamu kenapa?"

Pak Kaivan, bosku, menatapku penuh curiga. Jelas saja dia curiga karena sepertinya wajahku pun ikut memucat.

"Nape loe? Pura-pura sakit depan bos ganteng segala.." celetuk bu Rhesa sambil tetap saja menggelondoti lengan bosku manja.

"Maaf Pak.. saya cuma mendadak gak enak badan.."

Saat ini kami tengah berada di lift untuk menuju ruang rapat dimana proses tahap awal tender diadakan.

"Sabar sebentar, kamu tetap harus ikut rapat ini. Jelas?"

Aku mengangguk kecil tak kuasa menolak.

"Eh Van, ini anakny bosku juga datang. Katanya dia mau mulai diserahi tanggung jawab gitu."

Pak Kaivan hanya mengangguk kecil.

"Dia ganteng binggo deh Van. Selera gw lah.. sayang dia playboy abis. Ish gw aja pernah diajak ngamar. Amit-amit deh!"

Eh maksudnya siapa ya?

"Yakin loe? Bukan loe baper?" Ledek bosku itu sambil matanya membulat

"Issh loe Van, gw biar gini masih lah jaga perawanan gw cuma buat loe. Hehee.."

Deg! Hiks.. koq nyuat-nyuat aku ya kalimatnya?

Ampuni aku ya Tuhan. Jadi ngerasa sedih juga denger kalimat kek gitu. Aku tahu dosaku gak akan pernah sebanding dengan taubatanku selama ini. Aku tahu perbuataan bejat itu akan selalu menjadikan masa lalu kelamku yang tak bisa dihapuskan. Astagfirullah..

"Udah yo ke ruang rapat. Keknya big bos bentar lagi turun sama anaknya. Gw siapin dulu ya materinya. Loe masuk ke ruangan itu aja tuh, Meeting Room 5B."

Bos ku mengangguk lalu melenggang berjalan menuju ruang meeting itu. Lain halnya denganku yang semakin tegang saja jadinya. Perlahan ku keluarkan masker dari tasku dan lekas memakainya secepat mungkin.

"Kamu kenapa?" Selidik bosku ketika melihatku memakai masker.

"Maaf Pak. Sepertinya saya muncul gejala flu ini. Jadi lebih baik saya bermasker kan?"

Bosku itu mendengkus kasar mendengar alasanku.

Menit demi menit berlalu, perasaanku semakin tak tenang dibuatnya. Belum lagi telapak tanganku yang mulai basah gak karuan. Berkali-kali aku menarik tissue dan mengepalkannya ke tanganku yang basah.

Mungkin karena aktifitasku yang terlihat tak tenang, Bosku melirikku tajam.

"Kamu bilang gejala flue, tapi kenapa tangan kamu yang diusap tissue berkali-kali?"

Eh, si bos mah gitu. Bikin kepalaku kian berdenyut aja dengan kalimatnya.

"Maaf.." cicitku pelan lalu mengusapkan tissue juga ke arah hidungku dan pura pura mengeluarkan ingusku dengan penuh kebohongan.

Tak berapa lama pintu ruangan terbuka dan teman si bos muncul sambil menebar senyum dari wajah sok cantiknya itu.

Dibelakangnya, ada sosok tua yang terlihat masih gagah dan tegap yang sepertinya itulah Direkturnya. Dan akhirnya, sosok yang menbuatku makin berkeringat itu muncul dan kian membuat jantung dan tanganku bergetar gak karuan.

Pak Kaivan berdiri lalu menyambut sosok tengah baya itu penuh hormat. Aku pun ikutan berdiri saja seraya menganggukan kepalaku penuh hormat ke arah sosok-sosok baru itu.

Hingga akhirnya netraku menatap sosok tinggi gagah dengan wajah bersih dan gantengnya yang tak pernah berubah sepanjang masa. Entahlah, apakah rasa itu masih ada atau tidak. Tapi yang jelas, hatiku berdenyut sakit melihatnya.

Hello Keisha!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang