Part 9 : Damn!

9K 513 2
                                    

WAJIB TINGGALKAN JEJAK YA GUYS

SATU VOTE DARI KALIAN ITU SANGAT BERARTI BUATKU

SATU KOMEN DARI KALIAN BISA BIKIN MOOD KU NAIK

Bismillahirahmanirrahiim...



🍂 Happy Readings 🍂

Ayna melirik takut-takut seorang lelaki di sampingnya yang sedang fokus mengemudi, seusai ia yang tak bisa pulang karena dicegat waiters lalu berujung Arqan membayar tagihannya lelaki itu tak mengeluarkan sepatah kata pun. Raut wajahnya yang tanpa ekspresi membuat nyali Ayna menciut tiba-tiba, ia juga harus menanggung rasa malu karena tak bisa membayar tagihannya di resto.

"Pak Arqan makasih ya." Ayna menoleh, mengulas senyum lebar yang membuat wajah cantiknya semakin mempesona.

Arqan, lelaki yang fokus menyetir hanya meliriknya sekilas melalu ekor mata. Dalam hati ia juga berulang kali mengucap istighfar karena tak sadar sudah mengagumi kecantikan yang Ayna miliki.

"Kalo aja nggak ada Pak Arqan, mungkin saya bakalan disuruh cuci piring karena nggak bisa bayar." Ayna sedikit meringis mengingat kembali momen memalukan itu.

"Saya tidak berniat membantu kamu!" Ayna menoleh, menatap dosennya itu dengan satu alis.

"Kok gitu? Kalo bukan bantu saya terus bapak ngapain?" tanyanya.

"Habisin uang di dompet saya." Ayna sungguh speechless mendengar perkataan dosennya itu. Gadis itu bahkan sudah terkekeh kecil di tempatnya.

"Bapak lucu deh, masa ngabisin uang?" kekeh Ayna yang tanpa sadar sudah membuat pipi Arqan memerah karena perkataan Ayna yang mengatakan ia lucu.

"Damn!" Tanpa sadar Arqan mengumpat yang jelas terdengar oleh Ayna, gadis itu bahkan sampai membuka mulutnya lebar-lebar.

"Ihh kok Pak Arqan ngomong gitu? Saya kira bapak cuma bisa ngomong iya, tidak, hmm doang." Ayna mengerjapkan matanya.

"Kamu akan tau saya nanti Ayna!" geram Arqan tepat di saat mobilnya berhenti di kediaman Ayna. "Cepat turun! Berlama-lama dengan kamu sangat membahayakan " tukas Arqan.

"Emang saya penjahat apa pake bahaya segala!" Ayna mencebik kesal sambil membuka pintu mobil. "Sebelumnya makasih ya Pak buat yang tadi " sambungnya.

"Hm." balas Arqan yang kembali pada mode dingin.

Ayna berjalan lunglai memasuki rumahnya, ini sudah pukul 22.00 WIB wajar saja jika rumahnya nampak sepi. Mama dan papanya pasti sudah tertidur pulas. Namun saat satu undakan tangga berhasil ia lewati, lampu yang tadi temaram tiba-tiba menjadi terang beriringan dengan sebuah suara yang membuat Ayna lagi-lagi menggigit bibir bawahnya.

"Bagus, pulang malam lagi. Dari mana kamu? Apa bagus anak gadis selalu pulang larut malam?" Di bawah tangga, Fadlan berdiri dengan berkacak pinggang.

"Eh Papa? Kok belum tidur?" tanya Ayna.

"Dari mana kamu?" ulang Fadlan.

"Abis dinner Pa, Papa nih kayak nggak pernah muda aja."

"Nggak kapok ya kamu semua fasilitas udah Papa ambil?"

"Udah lah Pa, Ayna capek. Lagian juga ini belum malem-malem banget, baru jam 10." Ayna kembali melangkah menaiki undakan tangga meninggalkan Fadlan yang menghela nafas kasar melihat kelakuan puteri satu-satunya itu.

Ayna sampai di kamarnya, tanpa berganti pakaian terlebih dahulu ia langsung saja merebahkan tubuhnya di ranjang. Gadis itu menghela nafas kasar, tatapan matanya menatap langit-langit kamar. Ingatannya kembali saat tadi ia berada di resto, andai jika tak ada Arqan menolongnya mungkin saat ini Ayna sedang di pekerjakan oleh waiters songong itu.

"Dia kira gue kere?" Ayna mengerucutkan bibirnya. "Duit nyokap bokap gue seabreg, nggak bakal habis tujuh turunan." Ya, menjadi anak satu-satunya dari seorang pengusaha membuat Ayna tak khawatir akan kehidupannya di masa depan.

"Pak Arqan baik juga ternyata." Ayna tersenyum kecil, meski lelaki yang tadi sudah menolongnya itu berkata hanya ingin menghabiskan uangnya namun itu semua tak masuk di akal. Ayna tau Arqan berucap seperti itu hanya tak ingin berbicara lebih lagi, benar-benar memang tipikal cowok-cowok cold macam di cerita wattpad.

"Pak Arqan kalo dijadiin cast wattpad cocok banget. Dia dingin-dingin menggemaskan." Tanpa sadar kini di pikirannya bukanlah bayangan wajah Rafka melainkan Arqan dengan wajah dinginnya.

"Pokoknya suamiable banget," kekehnya.

"Eh, kok malah mikirin Pak Arqan?" Ayna mengetuk kepalanya pelan. "Dia kan calon suami orang. Duhh, mending gue tidur ah, capek gue. " dengusnya lalu mulai memejamkan matanya.

•••

Tok tok tok

"AYNA BANGUN!!" pekik Farah dari balik pintu kamar sang puteri. "KALO NGGAK BANGUN MAMA NGGAK AKAN KASIH KAMU UANG JAJAN HARI INI!" ancamnya.

Merasa tak ada sahutan suara dari dalam, Farah pun mendengus kesal. Wanita paruh baya itu kemudian merogoh sesuatu dari saku daster nya, lalu mengangkat benda itu sampai ke depan wajahnya.

"Mudah-mudahan kali ini dia nggak simpen kuncinya di pintu." Farah pun mengarahkan kunci tersebut pada pintu, memutar sampai terdengar bunyi klek yang sedikit nyaring. "Alhamdulillah, Ayna nggak simpen kuncinya dari dalem."

Memasuki kamar Ayna, Farah membulatkan matanya saat melihat Ayna yang tertidur menggunakan dress. Wanita paruh baya itu hanya bisa menggelengkan kepalanya, sudah tak pintar Ayna pun pemalas juga.

"Bener-bener harus dinikahin ini mah." Farah berjalan mendekat ke sisi ranjang, ia mendaratkan bokongnya di ranjang milik Ayna.

"Ayna bangun! Ini udah jam 5. Kamu harus shalat shubuh!" Farah mengguncang lengan Ayna, namun bukannya bangun gadis itu hanya melenguh pelan seraya menyingkirkan tangan Farah dari lengannya. "Ya Allah, punya anak perawan gini amat sih," ujar Farah dramatis.

"Oke, kali ini Ayna pasti bangun." Farah bergerak mendekatkan wajahnya pada telinga Ayna. Sebelumnya, Farah sempat mengulas senyum jahil sebelum meluncurkan kata. "Innalillahi wa Inna ilaihi raji'un, telah pulang ke rahmatullah A-" Ucapan Farah terhenti saat kelopak mata Ayna tiba-tiba terbuka dan langsung menatapnya tajam.

"Mama tega banget doain Ayna meninggal?" cicit Ayna.

Farah menyengir kuda. "Nah kan ampuh, pake cara itu kamu langsung bangun melotot pula."

"Ya tapi kan nggak usah pake innalillahi juga Ma, Ayna denger suara mama kok." dumel Ayna.

"Cara itu singkat tapi ampuh, udah sana bangun terus shalat shubuh juga. Awas kalo tidur lagi, mama nggak bakal kasih kamu uang jajan."

"Isshhh ngeselin banget gue punya nyokap," gumam Ayna.

"Ngomong apa kamu?" tanya Farah dengan tatapan menyelidik.

"Iya Ma iya, Ayna nanti shalat shubuh."

"Jangan nanti-nanti harus sekarang!"

"Iya mamaku yang cantik caem kayak Selena Gemes," jawab Ayna.

"Selena Gomez!" ralat Farah.

"Nah itu maksudnya."

———————🍂🍂🍂———————

Siap buat next chapter?

Spam vote dan komen dulu dong

Follow akunku : @fiaa_an

Follow akun tiktok : @fiaafnh

Buat tau spoiler-spoiler ataupun konten menarik disana 🔥

Dear My Husband (COMPLETE)Where stories live. Discover now