O.5

641 74 7
                                    

-;𝑬𝒗𝒂𝒏 & 𝑱𝒂𝒏𝒋𝒊-𝒏𝒚𝒂;-

Seperti pagi pagi sebelumnya Achan dan Evan akan memilih berjalan kaki ke sekolah di banding berangkat ke sekolah dengan orang tua masing masing. Kalau kata Evan sih mereka udah besar, harus bisa mandiri.

Tapi pagi ini Achan bisa liat kalau muka Evan ga secerah biasanya, Evan juga cenderung diam dari pada  banyak berbicara hal hal bodoh.

"Van, kamu gapapa?" Tanya Achan yang takut kalau sahabat-nya itu kerasukan hantu.

"Hah? Ya gapapa Chan, kenapa emang?" Evan yang emang lagi diem doang sedikit terkejut dengan pertanyaan Achan yang tiba tiba.

"Gapapa sih, cuma Evan aneh banget pagi ini. Biasanya juga Evan udah gangguin Achan."

"Nanti kalo di gangguin salah, ga di gangguin juga salah."

"E-eh ga gitu ih Van!" Achan gelagapan sendiri ngedenger jawaban Evan yang cenderung judes itu.

"HAHAHAHA, bercanda Achan gembiiiill." Evan yang udah jalan duluan berbalik ke belakang dan mencubit cubit pipi Achan, Achan yang ga terima kalo pipi nya yang berharga itu disakiti orang lain langsung bales mukul Evan. Jadi lah mereka pukul pukulan di tengah jalan yang dilanjutin kejar kejaran yang garis finish nya ruang kelas mereka.

Evan sedikit lega beban di kepalanya mengurang karena kelakuan sahabatnya yang selalu minta di unyel unyel itu. Tapi, di satu sisi Evan juga makin kepikiran tentang kata kata Ayah nya semalam.

Flashback

  Evan baru saja selesai bermain basket dengan teman temannya sore itu. Saat ia berjalan pulang ke rumahnya ia melihat sebuah mobil yang sangat ia kenal. Itu mobil ayahnya! Dengan secepat kilat Evan lari ke rumah dan mencari Ayahnya.

"Ayaaah, kok pulang ga bilang bilang dulu??" Tanya Evan saat ia menemukan Ayahnya yang berada di ruang tamu bersama sang ibu.

"Biar surprise, kangen ga sama Ayah?" Evan langsung mengangguk dan memeluk Ayahnya.

"Ayah kok tumben pulang? Biasanya Ayah baru pulang pas mau natal." 

"Kan udah di bilang biar surprise,"

  "Iya deh iya, mana oleh-oleh buat Evan sama Achan??" Tanya Evan semangat. Karena ayah nya itu tidak mungkin tidak membawakan buah tangan dari tempat ia bertugas.

"Ada di mobil, nanti kamu ambil ya. Besok bawa ke sekolah juga ada buat guru guru mu."

"Sipp deh, ayah emang ayah terbaik," ayah nya hanya tersenyum melihat anak nya yang tak pernah berubah, selalu seperti bayi saat bersama nya.

"Udah sana mandi dulu nanti ayah mau ngomong sesuatu sama kamu,"  Evan pun langsung pergi ke kamar nya dan bergegas mandi, kapan lagi iya bisa bersama ayah nya selain minggu natal?? Bahkan terkadang ia melewati natal tanpa ayah nya, hanya ia dan sang ibu.

Hanya butuh lima belas menit untuk Evan menyelesaikan rangkaian kegiatan nya di kamar mandi. Setelah ia rapih berpakaian ia turun ke lantai bawah yang sudah di sambut pemandangan sang ibu yang sedang memasak makan malan dan sang ayah yang sedang menyemir sepatu nya.

"Ayah mau di bantu?" Tanya Evan saat melihat sang ayah sedang menyemir sepatu nya sendiri. Karena biasanya menyemir sepatu itu perkejaan Evan saat sang ayah sedang berada di rumah.

"Udah mandi nya, van?"

"Udah dong, yah. Mau di bantu ga?" Evan mengulangi pertanyaannya karena ayah tak menjawab.

"Gausah, dikit lagi selesai. Duduk sini sebelah Ayah, Ayah mau ngomong."  Evan pun mendudukkan dirinya di sebelah sang Ayah yang masih sibuk dengan sepatu besar nya itu.

" Ayah mau ngomong apa?" Tanya Evan.

" Itu loh, ayah udah masukin nama kamu buat seleksi masuk SMA Taruna."

Evan yang mendengar ucapan sang ayah terdiam sebentar, ia memikirkan janji nya kepada sahabat kecil seberang rumah nya itu. Janji kalau mereka akan memasuki Sekolah yang sama setelah melewati jenjang sekolah menengah pertama.

Hayoloh evan hayoloh evan...

Hehehehe btw aku dah nulis ga sih ini au lokal? Aturan udah sih😩

Tumben aku nulis panjang ehe, engga sih ini pendek😔

BlindWhere stories live. Discover now