Takdir Sepatu

12 1 0
                                    

Dik, kau harus tahu bahwa
Untuk bahagia kau tak harus sama.
Untuk searah kau tak perlu marah.
Sepatu yang kau injak mengajarkanmu lebih.

Kau masih bisa melihatnya, Dik.
Kendati kau dibelakang,
Dirinya didepan menunggu kau mengejarnya. Lalu berganti, dia mantap kembali melangkahimu.

Dik, setia tidak harus selalu merpati.
Yang kau injak itu adalah definisi setia. Panas aspal, bau tanah mereka lalui berdua. Bahkan tak jarang tahi ayam diciumnya.

Mereka bukan Romeo dan Juliet, Dik.
Mereka cuman Suroso dan Sukinem.
Yang gemar berbincang sembari terinjak - injak. Tentang semesta mereka berdua untuk tetap bersama.

Dik, terserah apa sudut pandangmu.
Kau analogikan mereka sepasang kekasih atau sahabat. Mereka adalah keduanya. Beriring meski tak se-jaring, berdua meski tak se-jala.

Dik, mereka hanya tengah menunggu.
Menunggu salah satu dari mereka butut nan rusak. Dengan begitu tak ada lagi yang terinjak.  Tak ada lagi yang saling mengejar, yang ada hanya berdamping saling bersandar.

Jika tak berakhir dengan dibuang.
Ditumpuk asal berdua tak apa.
Jika berakhir dibuang, perjalanan diteruskan.  Musim penghujan, panas kemarau tak akan mengikis semestanya.

Keduanya hanya menunggu lapuk,
Oleh takdir-takdir yang menjadikannya tak lagi saling memeluk.

























Terima kasih, sudah tiba disini tanpa paksaan.

Salam hangat,

Penulis.

Sehari - hari Dari KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang