Seonggok Tisu Bekas

7 1 0
                                    

Aku adalah hasil sumpah serapah
Terbuang bergulung-gulung menuju tong sampah. Perjalanan-perjalanan bersama manusia, adalah perjalanan kentut tak terdengar.

Andai yang kau utarakan tentang 'nikmati hidup' sepenuhnya nyata.
Maka kepada setiap larik tisu bekas itu, dikau harus berguru.

Manusia tak kan tau nikmatnya terbang terbuang. Manusia hanya paham, yang baru akan segera hadir.
Yang lama biarlah terinjak dan terpinggir.

Entah pelumas untuk tahan lama.
Pelumat untuk menanggalkan sisa-sisa. Pun tergosok-gesek kotoran manusia. Adalah secuil biji jagung yang terperangkap di gigimu.

Selalu akan hadir yang bersih diiringi kemelut. Pula akan hadir petaka kemudian semburat cemberut.
Nada-nada sendu menggema di jejaring. Masihkah suara jangkrik kembali terdengar nyaring, menyingsing, suara dirimu yang asing.

Kepada bias pagi tisu berharap tak terbakar. Pada merah senja tisu bekas itu ingin tetap terlantar. Ia ingin menghirup bebas tanpa diremas.
Lapuk dan damai tanpa diinjak keras.

Doanya terkabul. . .

Ia masih terkemas plastik di toko swalayan. Dua tiga hari lagi mungkin ia akan dijemput. Doanya tercabut. Takdirnya terenggut.
Ia harus menjalan hidup seperti temannya dahulu sebagai tisu butut.































Terimakasih sudah tiba disini tanpa paksaan.

Salam hangat,

Penulis.

Sehari - hari Dari KitaWhere stories live. Discover now