Didepan Cermin mu, Kau tak lagi Malu

7 1 0
                                    

Kau mulai dengan serangkaian pertanyaan. Pertanyaan yang meledak-ledak nan menggeliat.
Vulgar, ketakutan, yang dinanti-nanti, yang dimati-mati.
Kau tak henti-henti mencerna dengan otak dan hati.

Siapa yang akan menjamah tubuh ini,
Atau siapa yang akan kujamah dengan tubuh ini. Dirimu konyol bertanya-tanya dalam hati.
Nalarmu mengkelakar liar kesana kemari.

Barangkali lebih dari itu, makna cerminmu. Cerminmu ruang rahasia atas aib - aib.  Cerminmu diam, lebih diam dari malam. Meski saksi atas cacadmu. Cerminmu sunyi, lebih sunyi dari kesepian. Meski saksi atas tabir - tabir.

Dirimu menghela menghembuskan nafas panjang. Dari embunnya kau lukiskan senyum. Dengan lentik jari telunjuk itu. Kau memaksa bibirmu ikut tersenyum.

Kepada cerminmu kau kembali bertanya kabar. Bagaimana keadaan pada dirimu sendiri. Agar dirimu tidak benar-benar kesepian. Dirimu mulai disambar gila, bertanya pada bayangan.

Kau lanjutkan dengan berbicara pada cermin. Tak lupa kau memaki diselingi pujian-pujian kecil. Betapa indah kau dengan wajah itu. Yang mengerikan bukan wajahmu, tapi yang berada dibaliknya.

Kau menunggu lama. Akhirnya cermin mau berbicara. Tapi takdir berkata lain, sesaat kata pertama tiba.
Kau lari terbirit-birit ketakutan.
'Mana mungkin cermin dapat berbicara' dirimu terbelalak.



























Terimakasih sudah tiba disini tanpa paksaan.

Salam hangat,

Penulis.

Sehari - hari Dari KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang