Part 9

763 79 2
                                    

Selamat membaca 🙌🏻
~

Reyhan membuka mata dan terbangun dari tidurnya dengan keringat yang mengucur di pelipisnya. Nafasnya naik turun tidak teratur, jantungnya berdegup kencang

Mimpi itu terasa nyata. Reyhan mengerjapkan matanya, berusaha untuk berpikir positif dan melupakan mimpinya

Bunda asih menghampiri Reyhan dengan khawatir takut terjadi apa-apa dengan anaknya

"Kamu kenapa sayang?" Tanya bunda asih yang mengusap rambut Reyhan

"Ngga apa-apa kok bunda. Aku cuman ketiduran aja tadi," Reyhan memegang lembut tangan ibunya dan berusaha mengatur nafasnya

"Kamu pasti kecapekan ya? Sampe ketiduran di ruang tamu begini?" Bunda asih menatap anaknya penuh pengertian yang dibalas anggukan pelan dari anaknya

"Kalo gitu ganti baju dulu, terus nanti makan ya," ucapnya yang melihat Reyhan masih memakai seragam sekolah

Ia masih mencoba menetralkan pikirannya yang masih terbayang-bayang soal mimpi tadi. Saat memejamkan mata harap-harap lupa malah semakin menjadi-jadi. Reyhan pasrah dan melanjutkan aktivitasnya untuk membersihkan diri

Reyhan ditemani makan malam oleh ibunya, karena kak Fathia masih sibuk bekerja. Maklum, kak Fathia baru saja lulus dari universitas di Jakarta. Sedangkan ayahnya juga belum pulang dari pekerjaannya

Bunda asih membereskan piring-piring kotor yang ada di atas meja. Reyhan bangkit dan membantu ibunya

"Biar aku aja Bunda yang cuci piringnya," ucap Reyhan sambil memegang tumpukan piring itu

"Beneran?" Tanya ibunya

"Iya," bunda asih mengusap rambut Reyhan dan menatapnya penuh sayang

Ia langsung menaruh tumpukan piring tersebut di atas wastafel. Diambilnya spons untuk membersihkan kotoran yang menempel di piring

Namun lagi-lagi bayangan tentang Nadya muncul di kepalanya, meski Reyhan berusaha menyibukkan diri agar ingatan itu hilang

Dari belakang bunda asih menghampiri Reyhan. Spontan Reyhan mengucapkan nama yang sedang ada dipikirannya sekarang. "Nadya,"

Ibunya mengernyitkan keningnya, mengapa dirinya disebut Nadya oleh anaknya. "Nadya? Siapa itu nak?" Tanya bunda asih kepada Reyhan di belakangnya

"E-em bukan siapa-siapa kok Bun," Reyhan segera mencuci piring sedari tadi hanya digosok dengan sabun itu

"Bener? Tapi kok bunda kayak ngga asing ya denger namanya?" Bunda asih mencoba mengingat kembali nama yang Reyhan sebut tadi

Reyhan langsung salah tingkah sendiri, tapi ia tetap memberanikan diri untuk berbicara

"Itu nama teman aku waktu kecil Bunda," ungkap Reyhan jujur

"Yang wajahnya setengah bule? Kulitnya putih? Dulu sering main sepeda sama kamu?" Reyhan mengangguk sekali lagi dan menyengir polos

Bunda asih mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Dia apa kabar ya sekarang?"

"Baik kok bunda. Dia sekarang satu sekolah sama aku," tutur Reyhan

"Ya Allah. Kamu kok ngga bilang nak? Kapan-kapan kamu ajak Nadya kesini ya, bunda udah lama banget ngga ngeliat dia," bunda asih tersenyum sembari memegang pundak Reyhan

"Iya bunda. Nanti aku ajak Nadya kesini," jawab Reyhan yang tersenyum

Pagi harinya mama Wanda sudah bersiap menunggu anaknya dari bawah. Ia geram karena anaknya tak kunjung turun

Jangan Ada Dusta Di Antara CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang