PUZZLE PIECE

17. Melebihi Mereka

Bilamana aku menghilang, luka itu harus ikut menghilang

"Dibully lagi?"

"Engga"

"Terus?"

"Cuma diganggu"

Laki-laki itu masih setia mengikuti langkah sang perempuan yang tengah merapikan ranjang tempat tidurnya, mengingat bahwa arwah laki-laki ini telah mengikutinya sejak seminggu yang lalu, jadi dia harus rajin membersihkan semuanya.

Agar dikira sebagai perempuan yang rajin.

"Ya sama aja, dibully itu namanya" decak sang laki-laki.

Perempuan itu terkekeh pelan, "Biarin aja. Mereka cuma lagi mainan kok"

"Kenapa sih kamu ga lawan aja? Jangan buat aku khawatir!"

"Sebelum kamu datang ke sini pun, hal ini udah jadi makananku sehari-hari. Tenang aja, aku masih bisa bertahan sebelum menyerah"

Laki-laki itu berhenti melangkah. Tertegun kala ia melihat luka lebam di leher sang perempuan yang tengah mengikat rambut. Tak hanya lebam, seperti ada goresan tali di lehernya pula.

Separah itu dan dia masih bilang tidak apa-apa?

Mainan? Mainan manusia, maksudnya?

Bolehkah kali ini saja, ia menyakiti manusia?

Jika memang bayarannya adalah chance nya sendiri, ia pun tetap ingin melakukannya. Namun, boleh kah?

Bolehkah dia berharap, agar luka yang selama ini perempuan itu sembunyikan bisa menghilang sejenak? Hanya sebentar. Dia tak mau melihatnya menahan perih setiap saat. Kadang menangis tersedu di kamar mandi, tanpa mau menunjukkan pada dirinya.

Jika memang boleh, maka bilamana ia menghilang, luka itu pun harus ikut menghilang.

Tandai typo.

'Lagi-lagi, keinginannya pupus untuk yang kesekian kalinya. Tapi kurasa, dia mampu melebihi mereka'

"Elen marah sama kita?" bisik Yangyang, sengaja agar tak didengar oleh sang gadis yang tengah tidur membelakangi mereka. Entah memang tidur atau tidak, tapi terlihat jelas bahwa gadis itu tengah menyembunyikan sesuatu.