BAB 27. Aksa.

2.6K 499 174
                                    

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Pandangannya mengedar, Ares duduk di tepi ranjang sembari menatap setiap sudut kamar Sena yang dingin

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Pandangannya mengedar, Ares duduk di tepi ranjang sembari menatap setiap sudut kamar Sena yang dingin. Jendela kamar yang ditutup gorden, lantainya berdebu.

Ia tatap bangku meja belajar Sena. Pandangannya terkunci kala Ares seolah melihat bayangan Sena yang duduk di sana sedang membalikkan badan seraya bertanya, "memangnya tugas apa?"

Pandangan Ares menyendu. Ia berucap pelan. "Kimia. Aku ada tugas kimia tapi aku tidak paham materinya."

Ares berkedip cepat kala matanya memanas. Bayangan Sena masih tetap setia duduk di sana. Ia lihat Sena membalikkan badan dan memunggungi Ares. "Aku beritahu caranya, kamu kerjakan sendiri. Materi logam alkali mudah, kok."

"Tapi aku masih tidak paham, Kak."

Sayup-sayup, Ares mendengar Sena mendengus kemudian mengomentari. "Malu. Sudah tampan, terkenal, model, terpilih menjadi duta pelajar Bandung tapi ujian harian kimia kemarin malah remidi."

Kemudian bayangan Sena hilang begitu saja. Ruang kamar Sena terasa begitu dingin, kosong dan sepi. Satu-satunya suara yang terdengar adalah suara air pada galon dispenser yang menggema di luar kamar.

Ares menatap ponsel milik Sena yang tergeletak di atas meja belajar dan sedang diisi daya baterainya. Ia berdiri, melangkahkan kakinya menuju kamar Aksa. Tangannya menyentuh punggung tangan Aksa yang panas kemudian ia arahkan tangannya menuju pangkal leher sang ayah. Panas. Aksa jatuh sakit.

Selama Sena masih tertidur usai operasi, Aksa menginap di rumah sakit tanpa pulang sama sekali. Aksa berangkat bekerja di pagi hari kemudian langsung mengarakan mobilnya menuju rumah sakit. Begitu siklusnya selama lima hari ini.

Jika saja Ares tidak membujuk Aksa sedemikian rupa, ayahnya tidak akan mau pulang. Jika saja Ares tidak mengancam akan melukai dirinya sendiri lagi, Aksa masih kukuh menunggu di rumah sakit dan tidur di kursi tunggu ICCU.

Aksa langsung saja mengiyakan permintaan Ares karena khawatir Ares akan melukai dirinya sendiri lagi setelah Ares menunjukkan luka sayatan di lengan---meski luka itu berasal dari Leana. "Ayo, pulang atau aku akan melukai tanganku lagi," bujuk Ares pada Aksa setelah ia keluar dari ruang ICCU kala perawat tengah menangani Sena. Tanpa berpikir dua kali, Aksa langsung saja menghubungi Leana dan memintanya untuk menjaga Sena sementara.

Detak. ✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt