MENGHILANG

762 80 10
                                    

Lagi-lagi Rere melirik jam tangannya, sudah pukul enam sore... bagaimana mungkin Jingga belum mengabarinya sama sekali? Batinnya gusar dan kegusarannya tertangkap jelas oleh mata Kai.

"Mengapa terlihat tak tenang? Apakah Jingga mengabarimu akan pulang jam berapa? Aku ingin mengajaknya makan malam." Ujar Kai mantap belum memahami situasi yang terjadi.

"Kai..." panggil Rere ragu.

"Apakah harus mengatur kontrak Jingga lagi sekarang?" mata Kai terbelalak tak percaya, dirinya sudah begitu lelah dan lapar.

"Bukan... bukan begitu." Bantah Rere masih dengan nada yang ragu.

"Lalu?! Apa Jingga tak ingin bertemu denganku?" tanya Kai kecewa.

Rere berusaha ingin memberi tahukan Kai kalau sepertinya terjadi sesuatu yang aneh dan mungkin berbahaya pada Jingga. Rere ingin memberitahukan Kai kalau dirinya kehilangan kontak dengan Jingga, tapi Rere masih meragu.

"Aku rasa aku sudah mulai berlebihan..." gumam Rere.

"Mengenai apa?" tanya Kai serius.

"Mengenai Jingga."

Kai segera memutar tubuhnya ke samping melihat Rere dengan seksama. "Apa maksudmu mengenai Jingga?"

Rere sudah tidak dapat lagi menyembunyikan kekhawatirannya tentang Jingga. "Kai, aku khawatir mengenai Jingga karena terakhir dia menghubungiku melalui pesan singkat pada saat dia sampai di museum, jam 10:00 WIB."

"Apa?! Kenapa kau baru mengatakan ini padaku?!"

"Aku perlu memastikan, Kai." Jawab Rere putus asa menatap Kai.

Kai melihat reaksi Rere, dia belum pernah melihat Rere seperti ini, sepanik ini. Oke, ini berarti sangat serius... gumam Kai dalam hati.

"Kita tidak usah kembali, kita cari sampai ketemu baru kita pulang." Usul Kai pada Rere yang langsung disetujui Rere.

Mereka memulai pencarian Jingga, hal pertama yang mereka lakukan adalah pergi ke semua museum yang berkaitan dengan sejarah 1965, meski mereka juga sudah menduga kalau semua museum itu kini sudah tutup mengingat ini sudah melewati jam operasionalnya namun mereka tidak akan melewatkan sedikitpun segala kemungkinan yang bisa saja terjadi.

"Biarkan aku meneleponnya, siapa tahu ada jawaban." Ujar Kai pada Rere. Berkali-kali Kai mencoba namun ponsel Jingga tidak aktif, hanya suara operator yang meminta meninggalkan pesan suara. "Aiiiissshhhhh...!!!" Kali Kai merasa putus asa.

"Kai... sabar. Kalau kita tidak tenang, kita tidak bisa menemukan Jingga." Rere menenangkan Kai.

Sesampainya di tujuan pertama, Museum Sasmita Loka Ahmad Yani yang berlokasi di jalan Lembang No. 67, Menteng, Jakarta Pusat, mereka langsung disambut oleh penjaga museum tersebut. Rere segera mengeluarkan ponselnya dan mencari foto Jingga untuk kemudian diperlihatkan kepada sang penjaga tersebut.

"Maaf, Mbak. Sudah tutup Museumnya." Sambut dari penjaga ketika melihat Rere dan Kai menghampiri gerbang.

"Maaf, Pak. Saya tahu. Saya hanya mau tanya apakah bapak pernah melihat wanita di foto ini?" Tanya Rere sambil menyodorkan ponsel ke arah penjaga agar dilihat. Penjaga melihat dan memerhatikan dengan seksama sambil berusaha mengingat-ingat apakah wajah tersebut datang siang ini.

"Hmmm... sepertinya nggak ada Mbak ini datang kemari, Mbak."

"Pak, coba tolong diingat kembali, barangkali bapak lupa." Rere sedikit memaksa.

"Hmm... nggak ada kok Mbak. Pengunjung yang datang ke museum Pak Yani hari ini tidak banyak, jadi saya yakin dapat mengingat wajah-wajah yang berkunjung. Mbak yang difoto itu nggak ada." Jawab penjaga pada Rere mau tidak mau membuat Rere menyerah dan melangkah pergi dari sana.

In a Time (Let Me Call You Mine) [Sudah Diterbitkan]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz