Part 4- Siapa dia

21 3 1
                                    

Selamat membaca

Luqi❤️

.
.
.
.

Gue punya temen yang paling nyebelin, selalu ngejek gue, hina gue tapi dia yang selalu ada di samping gue. Hey! Yang namanya teman itu bukan membenarkan lo saat lo salah. Kalo gue salah ya tegur, itu yang namanya teman. Heran deh sama teman muka dua. Gengs, kalo kalian niat berteman, nasehatin dia kalo dia salah, temani dia saat masa sulit, hargai dia walaupun gagal. Iya bener kalo teman engga bisa bawa kita ke surga, tapi seenggaknya kita sebagai teman bisa nuntun temen kita jadi pribadi yang baik. Ya walaupun kita engga bener.

Sekar, nama temen gue yang selalu ada disamping gue saat emak gue marahin gue karena nilai gue jelek. Yang selalu ngejek gue saat engga bisa ngerjain tugas yang gampang, ternyata..




SEPUPU IPAR GUE!!!

Kurang ajar sekali dia. Mentang-mentang gue bodoh jadi dia bisa bodoh-bodohin gue.

"Jadi lo sengaja?" Tanya gue dengan ketus

"Sengaja apa nih" jawab Sekar yang sejak pagi sudah bertamu ke rumah gue.

"Sengaja nunjukin fotonya Lucas ke gue lah" ucap gue songong.

Sekar tertawa keras, gue hanya bisa mendengus kesal. Ternyata selama ini gue masuk di permainan temen laknat gue ini.

"Engga juga sii, dulu Lo sempet bilang engga mau nikah. Jadi ya gue coba iseng aja nyodorin foto Lucas. Dan Lo langsung ngejar Lucas ckckckck"

"Puas Lo!"

"BANGET HAHAHAHA"

Bener sih, gue emang ada niatan engga mau nikah dulu. Bukan karena apa, ya wajar aja kan. Gue pengin punya karir dulu, ibarat naikin derajat orangtua di kampung lah.

Eh engga taunya nasib gue begini. Nikah pas lagi koma? Ya gue akuin sih kalo gue rada seneng juga. Tapi yang gue heran keadaan ini malah bikin gue insecure.

Apa yang terjadi sampai gue kecelakaan dan akhirnya koma, kenapa semuanya nutupin kebenaran kecelakaan gue. Ingatan seperti apa yang gue lupakan. Bohong kalo gue engga kepikiran sama itu semua, setiap malam abis melakukan kegiatan iya iya sama Lucas gue selalu kepikiran hal itu.

"Qi"

Gue tersadar dari lamunan gue dan menatap Sekar yang menatap gue juga.

"Lucas, dia cinta banget sama Lo."

"Tiba-tiba ngomongin serius nih"

"Qi, mungkin setelah ini cuma Lucas yang bisa Lo percaya, bukan maksudnya gue engga bisa dipercaya juga. Tapi setelah ini gue bakal pergi jauh dari Lo. Ya ampun bahasa gue"

"Lo ngomongin apa sih kar?"

"Gue cuma pengin lakuin hal yang bener setelah ini."

"Kar, tunggu. Cerita sama gue, apa yang sebenernya terjadi saat gue koma"

"Gue engga berhak cerita. Yang penting setelah ini Lo jangan pernah keluar dari rumah ini tanpa Lucas."

"Apaan sih anjir! Kalo engga mau cerita yang sebenarnya, engga usah ngatur-ngatur gue."

"Bukan maksud gue ngatur Lo, gue cuma khawatir. Lo engga tau gimana perasaan gue saat gue liat Lo tidur dengan kepala Lo yang penuh darah, Lucas yang hampir gila karena jantung Lo sempet berhenti. Emak dan bapak yang nangis karena takut kehilangan Lo. Sorry kalo gue terkesan ngatur Lo, tapi gue cuma pengin Lo baik-baik aja."

"Segitunya?"

"Lo khawatir sama gue? Kalo gitu ceritain yang sebenarnya. Biar gue juga bisa jaga diri, bukan gini caranya. Kalian bikin gue bingung dengan semua kebungkaman kalian. Seenggaknya kasih gue clue. Atau kasih tau kebenarannya sekalian."

"Sekar, bisa keluar sebentar."

Gue menatap Lucas yang kini berdiri di daun pintu. Masih dengan setelan baju pagi tadi saat dia berangkat ke rumah sakit.

Sekar memeluk gue sebelum keluar dari kamar gue dan Lucas. Gue tahu kalo setelah ini semuanya engga sama lagi.

"Kamu pengin tahu yang sebenarnya?"

"Ya iyalah, dah tau masih aja nutupin. Emang gue anak kecil apa" ucap gue lirih.

"Bagi aku kamu bukan anak kecil, tapi kamu wanita yang harus aku lindungin."

"Lindungin dari apa aja gue engga tau"

"Yuqi"

"Sorry, kayaknya gue udah engga tahan lagi. Lo tetap disini dengan segala pemikiran Lo tentang melindungi gue. Dan gue pergi dari rumah ini sampe kalian berani ngungkapin yang sebenarnya."

"Pergi dari rumah?" Gue bisa liat tubuh Lucas yang menegang.

"Iya, Lo harusnya tau perasaan gue saat engga tau apapun tentang kehidupan gue. Gue bangun tiba-tiba udah nikah, Lo yang tau semua yang gue pengin lakuin, rumah impian gue ini. Tapi kenapa, kenapa gue engga ngerasa lega saat gue tau gue nikah sama cowo yang gue suka, bahkan lengkap dengan rumah impian gue?"

Gue mengusap air mata yang turun. "Gue cuma pengin tau kebenarannya, apa itu aja salah? Apa gue engga boleh tau? Seburuk itukah, atau pas kecelakaan itu sebenarnya gue tersangkanya?"

"Maaf, kalo misal aku bikin kamu merasa kaya gitu. Aku cuma engga pengin kamu kecewa."

"Kecewa karena? Please jangan bertele-tele"

"Kamu punya saudara tiri"

Ha? Gue tertawa dengan keras. "Jangan bercanda deh! Gue mana pernah punya saudara tiri. Emak bapak gue engga pernah cerai."

Lucas tersenyum. "Cuma segitu yang bisa aku ceritain."

"Saudara tiri? Ngigo! Mana ada gue punya."

Gue terdiam, kepala gue tiba-tiba terasa sakit bahkan telinga gue berdengung.

"Mama Lo yang bikin papa gue pergi ninggalin gue dan bunda!"

"Kak, maksud Lo apa?"

"Denger Yuqi, gue bisa biarin papa gue pergi, tapi Lucas tetep jadi milik gue. Jadi jaga sikap Lo"

"Lo ternyata berani juga ya nantang gue! Mau mati Lo hah!"

"Lo pengin mati kaya yang dirasain mama Lo? Oke tunggu aja tanggal mainnya"

Dan mata gue tertutup seiringan dengan teriakan Lucas yang berlari mendekati badan gue yang sudah tergeletak di lantai. Siapa dia?












TBC

Huwaaa akhirnya bisa publish, tugas kuliah akhir-akhir ini banyak banget, mohon doanya biar lancar 😭😭

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 15, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

APA!!Where stories live. Discover now