47

14.1K 1.3K 126
                                    


Hai apa kabar? Jangan lupa vomment-nya ya, hope you enjoy!



Selamat membaca!

Karena siang tadi Rara mengalami kontraksi yang lebih dari biasanya, ia memutuskan untuk konsultasi langsung ke dokter kandungan ditemani Jeffrey, untung saja Jeffrey tidak ada jadwal operasi diwaktu yang bersamaan.

Tidak terasa kandungan Rara sudah menginjak sembilan bulan , ia bingung dengan perasaannya di satu sisi ia sangat antusias  dan di sisi lain ia sedikit khawatir, mengingat ini pertama kalinya bagi dirinya.

"Ini tinggal tunggu harinya aja, Dokter Jeffrey. Bener-bener udah siap, liat tuh baby nya sehat banget." Jeffrey menatap monitor didepannya, senyum tidak luntur dari bibirnya.

" Jeffrey menatap monitor didepannya, senyum tidak luntur dari bibirnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Tetap bisa normal kan?" Tanya Rara. Memang sejak awal kehamilan, Rara bersikukuh untuk melahirkan secara normal.

"Sejauh ini gak ada kendala insyaallah tetap bisa normal."

"Kira-kira berapa hari lagi dokter?"

"Kemungkinan 3-4 hari lagi, kalo bisa stay langsung disini aja."

"Mau gak?" Jeffrey menoleh kearah Rara meminta jawaban, dengan sontak dibalas gelengan oleh Rara.

"Dirumah aja dulu, rumah kita kan deket."

"Bu Rara jangan stress ya, mental sama fisiknya harus kuat. Oke?" Rara mengangguk kemudian tangannya digenggam erat oleh Jeffrey.

"Nanti kalo ada kontraksi kayak gini lagi langsung kesini ya atau gak bisa langsung telpon saya, biar saya yang tanganin langsung."

"Makasih banyak ya, Dokter Risa." Ujar Jeffrey seraya membantu Rara untuk turun dari ranjang.

"Dokter Jeffrey kayaknya udah siap banget nih jadi ayah?" Senyum Jeffrey kembali mengembang menanggapi pertanyaan dari Dokter Risa.

"Banget, Dok. Saya udah dari umur 19 tahun pengen jadi ayah. So, makanya saya excited banget."











"Seneng banget kayaknya, Mas?" Rara menoleh kearah Jeffrey yang sedang fokus menyetir, senyum dibibir Jeffrey benar-benar belum luntur sedari tadi.

"Banget, Ra. Sumpah gak sabar banget." Rara tersenyum mengusap perutnya dengan lembut. Sekali lagi ia juga tidak sabar tapi ia sangat ragu bahwa dirinya akan kuat nantinya.

"Mas,  kalo Mas ngerasa gak mampu ngurus anak kita sendiri, Rara gak apa-apa gak jadi satu-satunya disurga nanti." Mendengar penuturan Rara, wajah Jeffrey langsung berubah masam.

"Kenapa ngomong kayak gitu, sayang?"

"Rara cuman gak yakin Rara bisa kuat nantinya."

"Jangan ngomong aneh-aneh, Rara."

Dilamar✓Where stories live. Discover now