52

12.1K 1.2K 46
                                    

"Rara?"

"Ra?" Sayup-sayup Rara mendengar suara itu, ditambah aroma kayu putih yang begitu menyengat di indera penciumannya.

Ia meringis, merasakan pening dikepalanya. Mengerjapkan matanya sejenak sebelum membuka mata dengan jelas dan tampak Dhea menatapnya penuh khawatir.

"Minum dulu, Ra." Rara menerima sodoran botol mineral dari tangan Dhea.

"Suami kamu bentar lagi sampe."

"Dia bisa jemput?"

"Iya, dia bilang sendiri." Rara hanya mengangguk singkat. Ia merasakan badannya terasa lemas, semenjak cutinya habis, ia benar-benar harus membagi waktunya antara pekerjaan dengan mengurusi Rayyan. Tenaganya amat terkuras, wajar apabila ia limbung dan terbaring di ranjang UKS sekolah hari ini.

"Kamu kayaknya kecapekan deh, Ra."

"Hm...emang akunya aja yang lemah, Dhe."

"Suami kamu udah kaya, Ra. Kenapa mau aja buang-buang waktu dan tenaga padahal tanpa susah-susah pun, kebutuhan kamu pasti bisa di penuhi lebih dari cukup,"

"Nabung pahala, Dhea."

"Ngurusin anak sama suami kan juga pahala." Rara berdecak sebal, bisa-bisanya Dhea mengajak dirinya berdebat di saat tubuhnya ini sangat lemas.

"Anak kamu titip dimana?"

"Rumah mertuaku." Dhea hanya manggut-manggut. Tak lama setelah itu, Jeffrey datang dan masuk ke ruang UKS.

"Tadi gimana Rara bisa pingsan, Dhea?" Jeffrey bertanya tanpa menyapa lebih dulu orang-orang di depannya.

"Kurang tau juga, Mas. Pas Rara pingsan saya gak ada ditempat." Jeffrey hanya mengangguk.

"Mau langsung pulang?"

"Iya." Jeffrey menuntun Rara turun dari ranjang. Kemudian pamit serta mengucapkan terimakasih kepada Dhea sebelum keduanya melenggang pergi.








"Kamu tuh kayaknya ada salah makan deh, muntah-muntah dari kemaren."

"Kayaknya nggak deh, Mas. Rara gak ngerasain sakit perut, cuma mual aja sama lemes,"

"Mau ke rumah sakit nggak?"

"Hah? Rara gak separah itu sampe harus dibawa ke rumah sakit."

"Udah lebih dari seminggu kamu kayak gini, hari ini malah sampe pingsan, takutnya kenapa-napa,"

"Langsung pulang aja, jemput Rayyan dulu jangan lupa."

"Nanti sore aja deh, biar kamu istirahat dulu sekarang, nanti Mas bilangin sama Ibu."

"Rara gak bisa tenang kalo gak ada Rayyan." sembari menatap lurus ke jalanan, tangan sebelah Jeffrey mengambil tangan Rara untuk ia genggam dan mengelus punggung tangan itu dengan lembut.

"Istirahat sebentar aja. Lagian ada Mba Danti jadi jangan khawatir." Rara tampak berpikir sejenak, kemudian setuju dengan perkataan Jeffrey.









"Mas, kamu gak balik ke rumah sakit?" tanya Rara ketika melihat Jeffrey yang ikut ke kamar dan mengganti bajunya dengan pakaian yang lebih santai.

"Nggak."

"Kerjaan kamu udah selesai?"

"Udah, sayang. Ayok tiduran sini, mumpung gak ada Rayyan." Jeffrey merebahkan tubuhnya diatas ranjang kemudian menepuk sisi disebelahnya, mengintrupsi Rara untuk ikut berbaring .

Tanpa ragu, Rara ikut berbaring disebelah Jeffrey dan meletakan kepalanya di lengan kanan Jeffrey, memeluk pinggang suaminya itu dengan erat.

Sangat senang, bisa mendapatkan tidur siang dengan nyaman dihari ini ditambah suara berat nan merdu yang menyanyikan sebuah lagu agar ia segera terlelap.






















Dilamar✓Where stories live. Discover now