Stage 1 : Proposal

11 1 0
                                    

💘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💘

"Nasi goreng pedas ditambah cabe, satu!"

"Siap!"

Terdengar bunyi spatula beradu di atas permukaan kuali yang berisi butiran nasi yang berlapis dengan saus kecap dan minyak. Laina mengambil sejumput dari beberapa macam rempah, untuk memperkaya cita rasa makanan tersebut.

"Mon," panggil Laina, "ini pesanan tadi." Arah pandangan matanya terfokus terhadap spatula yang menyendok nasi goreng berona coklat pekat itu, ke sebuah piring. Laina menaburkan beberapa potongan cabe rawit kecil sebagai sentuhan akhir, lantas menjulurkan piring tersebut, ke hadapan Simon yang tengah menunggunya dengan sabar. Simon mengambil wadah yang menampung nasi goreng tersebut, kalakian mendekati pelanggan yang telah memesan makanan itu.

"Kak, ada berapa pesanan lagi?" Laina mengusap seluruh wajahnya dengan handuk yang melingkari lehernya.

"Mungkin sekitar dua lagi. Kamu istirahat aja, tendanya mau ditutup juga. Biarkan kakak aja yang bikin sisa pesanannya." Jennita mengibas-ngibaskan kedua tangannya, sebagai cara buat mengusir Laina agar juniornya itu bisa beristirahat selagi menunggu Jennita untuk memasak pesanan kedua pelanggan terakhir mereka.

Wanita bercelemek itu kemudian menuangkan minyak ke permukaan kuali, dilanjuti dengan bawang putih yang sudah dicincang. Membiarkan Laina yang masih berdiri tegak, ragu untuk menuruti perkataan Jennita atau nggak.

Festival Musik Meriah UNB (Universitas Neo Bogor). Salah satu acara yang selalu ditunggu oleh para mahasiswa UNB setiap tahun, dan tidak terkecuali dengan para warga sekitar. Kini adalah tahun ketiga Laina ikut beserta dalam festival ini. Walau terkadang Laina merasa jenuh untuk mengikuti festival tahun ini lagi, rasa kejenuhan itu selalu berhasil ditutupi oleh keseruan dan kemeriahan dari festival yang berlangsung selama tiga hari penuh.

Laina berjalan mengarah ke salah satu kursi plastik, lalu mendaratkan bokongnya di tempat itu. Kepalanya menengadah ke atas, memandang langit-langit tenda dengan sorot mata kosong. It has been a rough day.

Karena hari ini adalah hari pertama dari Festival Musik Meriah UNB, ada segudang manusia yang berjuang untuk melihat atraksi yang ingin mereka lihat pada hari ini. Dan di dalam festival ini, terdapat Bazar makanan. Jurusannya Laina termasuk ke dalam salah satu penjual yang berjualan di Bazar tersebut.

Sepanjang hari dari awalnya dimulai festival tersebut sampai sekarang, para manusia terus datang membeli produk mereka tanpa henti, seperti jumlahnya seakan-akan seluas samudra yang ujungnya tidak bisa terlihat.

Laina bisa merasakan seluruh badannya yang lengket sebab keringat yang terus bercucuran dari pori-pori kulitnya. Dia menempelkan bibirnya ke ujung kaleng soda yang dingin, terus menenggak cairan berkarbonasi itu dengan nikmat. Laina bersyukur sekali, mereka hanya akan berjualan seperti ini, cuma untuk sehari saja. Jika tiba-tiba ada perubahan dalam rencana tersebut, Laina siap-siap akan baku hantam dengan siapa saja yang mengajukan pendapatnya untuk merubah rencana tersebut.

Quest: Finding LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang