SON OF THE GOD | CHAPTER 00

731 92 33
                                    

[REVISION]
─────────────────────

[00. Find Another Hope]

28 Desember 2114.

Hexanaite, Arkthuried Mongolia.

 

UDARANYA terasa sangat berbeda. Tidak kering, tidak menyesakkan dan tidak dipenuhi bayangan yang membuatnya merasa ketakutan setengah mampus, apalagi sampai membuatnya berpikir bahwa mungkin saja malaikat kematian selalu mengawasi gerak-geriknya di tiap detik.

Ini tempat yang asing, sangat asing untuknya, tetapi rasanya tak lebih dingin daripada rumahnya di Bancroft. Dengan segulung tekad yang dibalut keinginan diri untuk lari dari jerat sakit akan sesuatu yang melekat pada dinding hati, kini di sinilah ia berada; Hexanaite—tempat di mana para manusia hebat bernaung di dalamnya.

Jean Rhys Ackerley—atau kau bisa memanggilnya Rhys Ackerley—menahan napasnya sebentar begitu kursi elektrik dengan pengendali jarak jauh (secara fisik mirip kursi dental, tetapi tidak disertai perangkat lain dalam satu kesatuan; dental unit) yang menjadi tempatnya duduk mulai naik ke atas bersamaan dengan langit-langit ruang yang perlahan terbuka dan berikutnya mengantarkan tubuh bertelanjang dada itu ke ruangan lain di atasnya. Kini pemuda itu sudah berada di sebuah ruangan yang di dalamnya serba putih dengan Celling Operation Lamp di langit-langit ruang di bagian tengah, berikut mesin lainnya yang tak Rhys ketahui apa namanya. Di satu sisi pada ruang persegi ini terdapat sebuah kaca penghubung dengan ruang lain di sisinya, Rhys bisa melihat beberapa orang di sana.

“Selamat datang di Hexanaite, Calon Selenaite.”

Salivanya diteguk lambat kala sepasang telinga mendengar suara yang dirambatkan dari ujung ruang—sebuah pengeras suara kecil diletakkan di sana. Rhys mampu melihatnya, eksistensi pria yang telah menyapanya. Pria dengan setelan sangat formal menatap ke arahnya dari balik kaca. Wajah pria itu terlihat bersahabat, serta di satu sisi, Rhys berspekulasi kalau pria itu tak lagi muda.

Pria tersebut, Kwon Ji-sung—selaku presiden atau pemimpin tertinggi di Arkthuried Mongolia—melecutkan lagi intonasi suaranya yang terdengar tegas kendati sedikit serak, “Dengan berada di dalam sana, itu berarti kau telah menyetujui segala prosedur dan seluruh rasa sakit yang akan kau terima ketika tubuhmu diresapi oleh sel mutasi dari virus Thuried. Dari seluruh risiko serta konsekuensi yang akan kau dapatkan, apa kau masih ingin menjadi Selenaite?”

Tanpa berpikir panjang, Rhys menjawab, “Aku bahkan tidak memberikan pilihan pada diriku sendiri ketika aku memantapkan diri untuk datang ke mari.”

“Itu tandanya kau setuju, benar?”

“Ya.”

Tatapan mata masih tertuju lurus, kali ini wajahnya tampak lebih serius. “Persentase kecocokan sel milikmu dengan virus Thuried berada di atas angka sembilan puluh, maka pemberian dosis anestesinya akan melebihi batas normal guna menetralkan rasa sakit yang akan menyentuh enam puluh del*. Masih ingin dilanjutkan?”

Ada senyap yang sempat merayap, sepercik ragu seolah mengambang di permukaan netra si pemuda, ia memejam mata sejenak dan setelahnya memantapkan hati. “Tentu, aku akan melanjutkannya, apa pun konsekuensinya, rasa sakit pun akan aku terima.”

“Persiapkan dirimu dalam lima detik. Kami akan segera membiusmu, memulai untuk menyuntikkan cairan sel mutasi atau rekayasa genetika dari virus Thuried ke dalam tubuh, dan selanjutnya adalah penanaman implan di ruas antara ibu jari dan jari telunjuk. Pastikan kau tidak akan meninggalkan penyesalan atas ini.”

Selenaite : Son of The GodWhere stories live. Discover now