PART 1

1.7K 119 34
                                    


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Tubuh Jimin bergetar penuh pelepasan. Ia menempelkan keningnya pada kening Seulgi. Suara nafas berat mereka saling bersahutan. Jimin mengecup belahan bibir Seulgi sebelum merebahkan tubuhnya di samping tubuh istrinya itu.

"Astaga Seulgi." Jimin masih terengah engah.

"Jangan bilang kau butuh CPR!" Sergah Seulgi yang juga sama terengah engahnya. Mulutnya terbuka, berusaha meraup oksigen sebanyak banyaknya.

Jimin terkekeh lelah, meletakkan punggung tangannya di atas dahinya. Berusaha mengatur nafasnya. Setelah dirasa detak jantungnya sudah mulai melambat, Jimin menarik selimut, menyelubungi tubuh polosnya dan Seulgi. Lalu berbaring miring menghadap Seulgi. Tangannya memeluk Seulgi protektif.

"Lelah?" Tanyanya, menyibak rambut Seulgi yang menempel ke keningnya yang lembab.

"Menurutmu?"

Jimin mengeratkan pelukannya, "Salahmu sendiri, bersemangat sekali menggodaku."

Seulgi mendelik, lalu berusaha menguraikan pelukan Jimin yang ditanggapi pria itu dengan kekehan lain.

Tak ada ucapan lagi. Keduanya berbaring tenang. Menikmati kedamaian yang selalu mereka rasakan tiap kali selesai bercinta.

"Jimin?"

"Hm?" Sahut Jimin, setengah mengantuk.

"Apakah kita akan pernah puas dengan ini?" Tanya Seulgi menyentuh telapak tangan Jimin yang beristirahat di perut telanjangnya.

"Aku? Padamu?"

Seulgi mengangguk.

"Tidak akan pernah." Jimin mengubur wajahnya di rambut Seulgi. Nafasnya hangat menerpa telinga wanita itu, "Aku tidak akan pernah puas padamu. Kalau kau?"

"Kurasa aku juga tidak." Seulgi berbalik, berhadapan dengan wajah Jimin. Menatap mata sayunya, "Aku mencintaimu."

"Aku mencintaimu lebih lagi." Jawab Jimin sederhana. Ia menarik selimut yang sedikit merosot karena gerakan Seulgi tadi, "Tidurlah sayang." Ia mengecup kedua pelupuk mata Seulgi. Menepuk nepuk punggungnya. Mengawasi ketika kelopak mata Seulgi bergetar lalu mulai menutup. Setelah merasa istrinya itu sudah mulai terlelap, Jimin baru memejamkan matanya.


*


Kehidupan pernikahan bagi Seulgi adalah kehidupan yang menyenangkan. Melihat Jimin sebelum ia terlelap dan berada dalam pelukan lelaki itu ketika bangun rasanya masih luar biasa seperti pertama kali ia mengalaminya. Memang sebelum menikah ia dan Jimin sudah tinggal bersama, tetapi ketika mereka menjalani rutinitas keseharian mereka yang seperti biasannya tapi dengan status yang sudah berubah menjadi 'pasangan yang sudah menikah', kebahagiaan itu menjadi berkali kali lipat lebih banyak.

BUTTERFLYWhere stories live. Discover now