Jack kembali ke perusahaan setengah jam kemudian, ya, dia memutuskan untuk segera kembali dan meninggalkan Eriska begitu saja.
Melihat lamanya panggilan antara Eriska juga Soraya pasti telah terjadi sesuatu saat dia pergi untuk mengambil baju yang dikirim oleh sopirnya tadi.
"Soraya, apa orang dari kota sebelah sudah datang?" tanya Jack saat dia sampai di dalam ruangan.
Soraya memperhatikan Jack sekilas, baju yang digunakan oleh Jack sudah berganti, Soraya dapat memastikan bahwa Jack masih memiliki waktu luang untuk berganti pakaian tadi.
"Belum, Tuan. Mungkin mereka sedang terjebak macet," jawab Soraya sambil meletakkan beberapa berkas yang dibutuhkan untuk pertemuan kali ini.
"Bisa kita bicara sebentar? Mengenai semalam ...." Soraya mengencangkan pegangannya terhadap berkas yang dia pegang hendak diletakkan tadi.
"Tuan, ini masih jam bekerja, sangat tidak sopan bila membahas hal yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan," ujar Soraya tanpa ekspresi dan datar.
Jack tersentak saat mendengar itu. Tidak sopan? Rupanya dia telah menggali kuburannya sendiri untuk saat ini, Soraya berjalan menjauh dari hubungan pernikahan ini, bukannya ini bagus? Dengan begini mereka memiliki jarak, tetapi kenapa ada perasaan tidak rela?
Soraya meninggalkan Jack begitu saja, untuk sementara waktu dia tidak ingin bertemu dengan Jack. Jack sendiri masih membatu begitu saja, rasa bersalah yang menumpuk kian menjadi banyak, tidak bisa terus begini, ia harus menjelaskan apa yang terjadi saat itu.
Jack berlari keluar menemukan Silvia yang hendak mengetuk pintu. "Bos, ada apa?" tanya Silvia bingung.
"Ke mana Soraya pergi?" tanya Jack spontan.
"Soraya? Aku tidak tahu, dia hanya keluar dan tidak pamitan. Aku hanya ingin mengatakan bahwa relasi bisnis sudah datang, saat ini sedang menunggu di ruang rapat."
"Kau temui saja dulu. Aku harus menyelesaikan masalahku dengan Soraya lebih dulu." Jack berlalu begitu saja.
Silvia melongo di tempat ini kali pertama Jack meninggalkan relasi bisnis untuk menjelaskan sesuatu. Dalam benak Silvia dia bahagia karena bosnya akhirnya bisa mendapatkan wanita yang dicintai selain mantan kekasihnya yang memiliki dua muka.
Silvia tercengang saat mengingat sesuatu.
"Kekasih?apa bos sudah putus dengan model muka dua itu? Apa yang mengangkat telepon Soraya tadi pagi wanita itu? Kalau memang begitu pernikahan ini hanya pengalihan?" gumam Silvia pelan.
"Sedang memikirkan apa?" Roy menepuk pundak Silvia yang mematung di depan pintu.
Mendapat tepukan itu Silvia berjingkat kaget. "Ya ampun, jantungku mau jatuh," keluh Silvia saat melihat siapa yang berbicara.
"Hehehehe, aku minta maaf sudah mengagetkanmu. Aku hanya ingin bertanya Jack ingin pergi ke mana kenapa berlarian seperti itu?" tanya Roy sambil masuk ruangan begitu saja.
"Dia mengejar istrinya yang pergi begitu saja. Aku harus pergi lebih dulu, ada pertemuan dengan salah satu relasi bisnis." Silvia segera berlalu.
Sedangkan Roy dia mengembuskan napas dan meletakkan alat yang baru saja selesai uji coba itu. Alat itu berbentuk seperti drone hanya saja ukurannya lebih kecil, ukuran kecil, tidak hanya itu alat yang dioperasikan melalui sebuah komputer saat nama dari orang yang dituju dan semua profilnya ditulis maka alat itu akan mengikuti targetnya. Alat pengintai yang mengerikkan untuk mengetahui sebuah rahasia atau kegiatan seseorang, merekam dan memberikannya kepada pengirim.
Tidak hanya itu alat itu juga dapat digunakan sebagai penyadap juga CCTV jarak jauh yang tidak perlu terhubung ke kabel atau semacamnya. Karya kebanggaan Roy tahun ini.
Soraya sendiri saat ini sedang berada di restoran di samping perusahaan, Aditya menghubunginya dan mengatakan bahwa ada hal penting yang ingin dibicarakan.
"Ada hal apa yang ingin kau sampaikan?" tanya Soraya langsung kepada intinya saat dia duduk.
"Di mana kau menyembunyikan Sonya?" tanya Aditya dengan datar.
"Sonya? Apa maksudmu?" Soraya tidak mengerti sama sekali.
"Tidak perlu berbohong kepadaku! Di mana kau menyembunyikan Sonya, jangan hanya karena kau menginginkan harta gana-gini kau bisa menyembunyikan Sonya dariku. Aku akan memberikan harta itu, kembalikan Sonya kepadaku!" tuduh Aditya secara terang-terangan.
"Menyembunyikan Sonya? Kau menuduhku menyembunyikannya hanya karena aku menginginkan harta itu? Jangan bodoh, aku baru saja menikah dan tidak ada waktu untuk menculik orang atau semacamnya," jawab Soraya dengan datar.
Kini Soraya ingin sekali marah karena dirinya yang diperlakukan seperti orang jahat yang sesungguhnya, menculik orang hanya karena harta semacam itu, dirinya bukan orang picik semacam itu.
"Lalu ke mana perginya dia jika tidak kau sembunyikan? Dia tidak memiliki musuh sama sekali, dia juga tak pernah menyinggung siapa pun. Aku sudah melihat betapa tidak memiliki perasaannya dirimu itu! Dengan melihat semua itu aku sudah mengerti kau orang yang seperti apa." Aditya mengintimidasi Soraya dengan tatapan yang menusuk miliknya.
Tawa Soraya meledak seketika mendengar itu. "Lalu jika memang aku yang menyembunyikan dia apa kau memiliki bukti? Kau selalu saja hanya melihat luaran tanpa mengetahui isinya, apa aku pernah menculik orang hanya karena masalah sepele? Jika aku memang menginginkan uangmu maka aku akan menghubungimu dan meminta uang sebagai tebusan dari apa yang aku inginkan. Aku katakan kepadamu, kau tidak pernah mengetahui aku sebenarnya seperti apa!" ujar Soraya dengan nada penekanan.
Aditya terlihat berpikir sejenak, memang benar jika memang Soraya menyembunyikan Sonya hanya untuk harta saja maka dia pasti sudah meminta dari awal. Apa yang sebenarnya terjadi.
"Aku bisa membantumu untuk menemukan Sonya, tapi semua itu tidak gratis ada harga yang harus kau bayar!" imbuh Soraya saat melihat Aditya yang terlihat berpikir keras.
"Apa maksudmu! Jika kau tak menculiknya bagaimana kau bisa tahu di mana Sonya berada? Oh, atau jangan-jangan memang kau yang menculiknya?" Aditya menampilkan senyum mengejek saat mendengar Soraya mengatakan akan membantu.
"Membantu bukan berarti mengetahui di mana tempatnya, aku bisa meminta bantuan seseorang yang mungkin dapat mengetahui di mana keberadaan mantan sahabatku itu. Aku juga ingin mengetahui dan akan tertawa saat melihat sesuatu yang terjadi."
"Apa maksudmu?"
Soraya menjentikan jari dan mengeluarkan ponsel. "Aku bisa meminta bantuan seseorang yang biasa mencari hal yang sangat mustahil."
Soraya menghubungi Roy dan memintanya untuk datang ke restoran yang berada di samping perusahaan, dengan santainya Roy mengiyakan permintaan Soraya. Meski Roy dan Soraya jarang bertemu hanya saja mereka beberapa kali bertukar pesan, entah itu hanya sekadar bertanya tentang masalah Jack atau semacamnya.
Tidak lama memang Roy datang dan mengerutkan kening saat melihat Soraya yang tidak sendirian, lagipula yang duduk di hadapan Soraya bukanlah Jack.
"Bukan Jack, lalu ke mana perginya Jack?" batinnya bertanya.
Roy segera mengirimkan pesan untuk datang ke restoran juga.
"Soraya, ada apa?" tanya Roy saat dirinya sudah berada di belakang Soraya.
Aditya sendiri terlihat kaget dengan apa dilihatnya, dia masih ingat siapa orang yang berdiri di belakang Soraya.
"Kau!" geram Aditya.
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK.
Semoga suka.
Salam sayang.
Author L.14 Desember 2020

BẠN ĐANG ĐỌC
Balas Dendam (COMPLETED) ✓
Lãng mạn(Cerita ini sudah ending, jangan lupa follow dan jangan lupa juga dukungannya) Ketika sahabat terbaik mulai merebut suami tercinta dan membunuh anak yang baru berada di dalam kandungan. Siapa pun pasti akan merasakan amarah yang tidak terkira. Begi...