38

58.9K 3.4K 83
                                    

Saat ini Raynand dan Mella sudah berada di sebuah restoran mewah. Mereka berdua makan dengan keheningan di ruangan VIP yang udah Raynand pesan jauh-jauh hari.

"Mel kamu tau nggak kalo kamu itu pintar?" Tanya Ray memecah keheningan.

"Hmm," jawab Mella singkat sambil menggedikkan bahu.

"Terus besok kamu kuliah kan?" Tanya Ray lagi, namun Mella tak menjawab.

"Kuliah dong mel, jurusan ekonomi ya," sambung Ray lagi dengan menyarankan kuliah di jurusan Ekonomi, karena Ray adalah dosen FE, maka dari itu Ray menginginkan dirinya yang mengajar Mella jika Mella kuliah nanti.

Dalam hati Mella bersorak senang, Mella belum meminta izin kepada Ray untuk kuliah, akan tetapi saat ini sudah di izinkan terlebih dahulu. Tapi kenapa fakultas Ekonomi, padahal Mella tak pernah memikirkan untuk kuliah disana, seumur-umur Mella selalu menginginkan masa depannya menjadi seorang pengacara jika bukan pengacara. Mella ingin sekali menjadi sejarawan.

"Serah," jawab Mella pada akhirnya dengan acuh, lalu melanjutkan mengunyah makanan.

"Emangnya kamu pengen masuk jurusan apa?" Mella menggeleng, tak berniat menjawab.

"Kamu masih bingung ya?"

"Hmm," jawab Mella bohong.

"Kemu kenapa sih dari tadi kalo aku ajak bicara jawabnya cuma hmm... hm.. mulu!" Gerutu Ray sebal.

"Lagi makan, nggak boleh banyak bicara!" Sahut Mella dingin lalu melanjutkan makan.

Raynand ikut melanjutkan makan dengan hati yang terus mengerutu karena pembicaraanya tak di hargai.

Ray makan dalam diam dengan sesekali melirik Mella. Satu kata dari Raynand untuk Mella. Cantik. Ya, Mella sangatlah cantik dengan wajah naturalnya, di tambah lagi saat Mella merajuk, bibir monyongnya membuat Raynand semakin gemas, ingin sekali Raynand mengigit pipi itu.

Ehekk...

Mella bersendawa panjang dengan watadosnya, Mata Raynand melotot seketika.

"Dih kira-kira dong kalo mau sendawa, di tutup kek mulutnya, nggak langsung gas aja," cerocos Ray dengan sepontan.

"Hmm,"jawab Mella singkat.

Mella sudah menghabiskan 3 piring makanan, perutnya sudah kenyang, saat ini milkshake menjadi sasaran terakhirnya. Mella langsung meminum milkshake itu hingga tandas tiada sisa.

"Ahh... kenyang juga," beo Mella sambil mengelus perut buncitnya.

"Mau nambah lagi nggak, mumpung kita masih disini," tawar Ray, namun Mella menggeleng.

"Enggak," jawabnya lalu memainkan Hp.

"Ya Udah, kita chek up yuk," ajak Ray antusias.

"Nggak ah, besok pagi aja. Aku males kalo malem-malem!" Mella langsung bangkit dari duduknya kemudian keluar restoran, Raynand kan hanya ngajak makan, bukan kencan, pikir Mella seenaknya. Ray pun menyusul Mella setelah membayar semua pesanan makanannya tadi.

"Sayang tungguin dong," panggil Ray dengan langkah agak sedikit berlari mengejar Mella. Namun Mella terus berjalan dengan tangan yang bersedekap tak memperdulikan panggilan dari Raynand.

"Mel, kok ninggalin aku sih!" ucap Ray ketika sudah sampai di samping Mella.

"Ssshhh... aku dingin kak," lirih Mella sambil merapatkan tangannya yang bersedekap. Sumilir angin malam ini terasa sangat dingin.

Tanpa babibu Raynand melepas jas miliknya kemudian ia pasangkan ketubuh Mella. Tubuh Mella langsung menegang, tatapanya terpaku dengan netra indah milik Ray, Ray pun juga begitu, saat ini mereka berdua saling tatap-tatapan satu sama lain. Jantung Mella tak henti-hentinya terpacu cepat, ada gelenyar aneh yang menjalar di tubuhnya.

Married By Accident Where stories live. Discover now