PART 13

47 18 2
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.


Belum sampai 3 jam tertidur, mata Aurora sudah kembali terbuka. Aurora melirik jam dinding yang berada di atas meja belajarnya, waktu menunjukkan pukul 3 pagi.

Ia mengusap kesal wajahnya, rasa sakit dikepala kembali muncul setiap pagi. Dengan cepat Aurora mengambil obat yang ia simpan didalam laci nakas, lalu mencoba menelan beberapa obat yang dokter berikan satu bulan yang lalu.

Setelah itu, Aurora merebahkan badanya diatas kasur. Lalu, menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong. Pikirannya melayang memikirkan kehidupannya yang kini tidak berjalan dengan mulus seperti yang ia bayangkan sejak kecil.

Semuanya berubah semenjak ia mengidap penyakit. Sudut mata nya kembali ber-air, memang jika dalam keadaan seperti ini Aurora sering menangis memikirkan nasib malangnya. Aurora tidak pernah menyangka jika dirinya harus mengidap satu penyakit yang sangat berbahaya. Yang sering ia tanyakan adalah mengapa harus Dia?

Aurora tersenyum kecut, apa yang akan terjadi jika Tuhan memanggilnya untuk kembali pulang. Bagaimana dengan Mami dan Papi nya? Ah ia sudah kuat untuk membayangkannya.

"Rora, kamu sudah bangun?" Tanya Lidia, Maminya Rora.

Aurora menoleh kesumber suara, di depan pintu kamarnya sudah terlihat Maminya berdiri setaya tersenyum kepada Aurora.

"Udah, Mam.."

Lidia mendekat ke arah putri semata wayang nya. "Kenapa hem? Sakit lagi kepalanya?" Tanya Lidia.

Aurora mengangguk pelan, pandangnya masih menatap langit-langit kamar. Rasa pusingnya masih belum reda, padahal seharusnya obat yang Aurora makan sudah bekerja.

Tangan Lidia terulur mengusap rambut Aurora, membuat perempuan itu menikmati setiap usapan penuh kasih sayang dan cinta. Aurora takut, ia tidak akan merasakan lagi usapan itu dari sang Mami.

"Kadang, tubuh Rora ga kuat ngelawan penyakit ini Mam. Rora pengen nyerah, tapi bagaimana Mami dan Papi kalau Rora pergi?" Tanya Aurora dengan suara yang parau.

"Ja-jangan nyerah... " Lidia tertegun mendengar ucapan Aurora, anaknya ini bukan anak yang lemah. " Mami bakalan ada di samping kamu sampai kamu sembuh, dan kembali kayak semula."

Aurora hanya tersenyum mendengar pertuturan sang Mami. Semoga saja, penyakit ini bisa disembuhkan. Ia tidak mau meninggalkan orang-orang yang ia sayangi.

"Nanti jam 10, kamu periksa lagi kayak biasa ya? Mami ga bisa temenin, Mami juga masih sedikit kurang sehat. Kamu di anter Starla aja ya?"

Aurora menoleh cepat ke arah Lidia. "Kok Starla sih Mam? Rora bisa sendiri"

Lidia menghela napas. "Yasudah kalo mau sendiri, tapi hati-hati loh ya"

"Iya Mami..."

"Yaudah sekarang saparan dulu yuk"

Aurora mengganguk pelan. Lalu beranjak dari kasur lalu berjalan keluar kamar.

****

Setelah menyantap habis sarapannya, Aurora merasakan pusing dikepalanya sangat hebat. Aurora mendengus kesal, ia mencoba memejamkan matanya berharap bisa mengurangi rasa peningnya.

"Kamu kenapa sayang? Sakit lagi?" Tanya sang Mami yang baru saja muncul.

Aurora mengangguk pelan. Lidia menghela napas pasrah. Kenapa harus anak nya yang mengidap penyakit berbahaya seperti itu. Kenapa bukan dirinya?

"Yasudah, Mami temenin periksa aja ya" ucap Lidia.

"Gak usah Mam, Rora bisa sendiri. Mami kan lagi kurang sehat" ucap Aurora melarang lidia buat tidak mengantarkannya.

"Rasa pusing nya udah mulai ilang ko Mam" ucap Aurora senyum kearah Lidia.

"Yasudah hati-hati, pakai mobil ya supaya gk keujanan soalnya lagi mendung" ucap Lidia. Aurora mengangguk.

*****

Setelah periksa, Aurora memutuskan untuk ke indojuni untuk membeli cemilan dan buat stok dirumah. Ia masuk ke indojuni lalu mengambil beberapa cemilan dan minuman. Setelah itu, ia berjalan menuju kasir.

Selesai membeli cemilan dan minuman. Aurora membawa plastik kresek yang bertulisan indojuni yang berisi cemilan dan minuman. Ia berjalan menuju mobilnya diparkiran.

Bughhh

"Aww" Aurora meringis kesakitan. Untung saja cemilan dan minuman nya tidak jatuh. Ia tidak sengaja ditabrak oleh seseorang yang ia tidak kenali. Cewek itu menatap wajah orang tersebut.

"Eh maaf-maaf gue gak sengaja" kata seseorang tersebut.

"Hati-hati dong, sakit tau"

"Sekali lagi gue minta maaf ya" ucap seseorang tersebut. Aurora mengangguk.

"Ah ya, nama gue Rangga" ucap Rangga sambil menjabat tangan. Memperkenalkan dirinya kepada Aurora.

"Aurora" ucap Aurora senyum sambil membalas jabatan Rangga. Emng nya naik jabatan

Rangga mengangguk senyum. "Eh mau gue anterin, hitung-hitung nebus kesalahan tadi" tawar Rangga.

"Gausah, gue bawa mobil kok"

"Oh"

"Eh gue duluan ya"

"Iya hati-hati jangan nyebut"

"Jadi kamu selama ini yang aku cari" gumamnya Rangga.

****

Eh btw, cerita aku yg satu lagi, ada yang nunggu uptade ga sih?

Soalnya aku jrng up, mau selesain cerita ini dulu wkwk

Dahla ya, jgn lupa vote sama share cerita ini oke? Oke ga? Oke dongggg wkwk

Cerita AuroraWhere stories live. Discover now