Harapan yang hilang

8.7K 610 6
                                    

Mila kira sikap Arjuna kemarin adalah awal yang baik untuk hubungan mereka, Mila kira Arjuna sudah menerima kehadirannya. Namun nyatanya Arjuna masih sama, sebenarnya yang salah di sini bukan Arjuna Mila sendiri yang terlalu berharap.



Mata Mila kembali menangkap kemesraan antara Arjuna dan kekasihnya Saras. Mereka sedang bercanda tawa bersama, Arjuna tertawa lepas, bahkan Mila tidak pernah melihat Arjuna tertawa sebelumnya. Mila sadar apa yang ia harapkan tidak mungkin dapat terwujud, sebenarnya apa yang bisa di harapkan dari pernikahan karena kesalahan? seharusnya sedari dulu Mila sadar pernikahan itu jelas-jelas hanya sementara, tapi kenapa Mila terimaji akan selamanya bersama laki-laki itu, kenapa hati Mila lancang mencintainya. Laki-laki yang telah menghancurkan hidupnya, masa depanya, bahkan keluarganya pun menjauhinya karena Laki-laki itu. Kenapa Mila tidak bisa membencinya, kenapa jantung Mila selalu berdetak saat mengingatnya, kenapa semua itu bisa terjadi? Mila benci dengan dirinya yang lemah, benci dengan dirinya yang dengan mudahnya terjatuh oleh sikap dingin seorang Arjuna.



Mila melangkah menjauhi kedua sepasang kekasi itu, dadanya sakit. Ia tidak mau semakin terluka saat melihat Arjuna bercanda tawa dengan Saras kekasihnya. Mila kecewa pada dirinya sendiri.



Mila mendudukkan dirinya di atas rumput, ia menarik nafas kasar. Bulir-bulir air mata kembali jatuh membasahi roknya, embusan angin menerpa wajah Ayunya.



"KENAPA? KENAPA GUA KAYAK GINI! KENAPA GUA SEBODOH INI !" Mila berteriak frustrasi, ia merutuki kebodohannya. Mila mengelus perutnya perlahan. Dadanya serasa dihantam ribuan beton tak kasad mata.



"Kamu tahu? Dia, laki-laki itu. hanya menginginkan kamu. Bunda yang bodoh terlalu berharap banyak pada sesuatu yang jelas-jelas tidak mungkin Bunda dapatkan," isak tangis tak henti-hentinya keluar dari bibir Mila. Mila kembali mengingat setiap momen yang ia lewati saat bersama Arjuna, Arjuna laki-laki itu selalu berperilaku semaunya, kadang kasar juga lembut padanya. Mila pikir perubahan sikap Arjuna yang lembut kepadanya pertanda bahwa Arjuna sudah menerimanya juga memiliki perasaan untuknya.



"Kamu satu-satunya keluarga Bunda, milik Bunda. Gak akan ada yang bisa merebut kamu dari bunda, jangan pernah tinggalin, Bunda, ya?" Mila tersenyum, ia kembali mengelus pelan Perut buncitnya di balik jaket kebesaran yang ia kenakan.



Dulu Mila tidak menginginkan kehadirannya, bukan. Bukan Mila tidak menginginkannya hanya saja waktunya yang belum tepat sehingga membuat Mila berubah pikiran. Mila menyayangi calon anaknya dengan segenap hati. Entah sudah berapa lama Mila duduk sendiri di taman yang sepi, ia bahkan tak menghiraukan panggilan-panggilan yang masuk ke handphonenya.



Mila ingin sendiri, meratapi harapannya yang hilang, mengobrol bersama calon buah hatinya. Mila merasa lebih baik setelah berbincang dengan calon anaknya, ia tertawa geli, bagaimana bisa ia selucu ini. Jika orang lain melihatnya saat ini, pasti dia akan di anggap gadis gila karena berbicara sendiri di taman saat siang-siang bolong begini.



"Baiklah Mila, ayo bersikap biasa saja. Ayo MOVE ON semangat!" Mila bangkit dari duduknya mengangkat tangan ke udara, menguatkan dirinya sendiri.



Mila menatap jam di pergelangan tangannya, pukul 13:00 artinya lima belas menit lagi bel pulang. Mila tidak berniat kembali ke sekolah ia lebih memilih berjalan menyusuri taman yang sepi.



"Non?" Sebuah tepukan di pundak mengagetkan Mila yang tengah fokus menatap kakinya yang menapak pada jalan. Mila berbalik badan menghadap pada sosok wanita yang berdiri di depanya, Mila langsung memeluk wanita itu erat menyalurkan rasa rindunya.



"Bi, Mila kangen Bibi."



Wanita yang di panggil Bibi itu tersenyum, ia membalas pelukan Mila. Ia juga sangat rindu dengan Mila anak dari majikannya. Sedari dulu ia lah yang merawat dan membesarkan Mila di saat kedua orang tua wanita itu sibuk bekerja, dia juga sangat syok mendengar kabar kehamilan Mila dulu. Saat Mila menikah ia sangat ingin datang ke acah pernikahan itu namun sang tuan melarangnya hadir.



"Non, ngapain di sini? duduk dulu Non," Bi Linda pembantu sekaligus pengasuhnya dulu memimpin langkah menuju kursi taman. Ia kembali bertanya, "Non, ngapain non di sini? apa non baik-baik saja?"



"Saya cuman lagi jalan-jalan, Bi," ujar Mila tersenyum simpul. Ia sungguh-sungguh bahagia bisa bertemu kembali dengan Linda seorang wanita yang sudah ia anggap seperti ibu kandungnya sendiri.



"Apa nak Arjuna menyakiti Non?" Mila diam sejenak ia menggeleng pelan, sejujurnya batinya berteriak memang benar, Arjuna tidak memberi luka fisik padanya tapi Arjuna sering kali menorehkan luka di hatinya.



"Gak, kok, Bi, bagaimana keadaan ayah sama bunda?"



"Alhamdulillah mereka baik, Non, rumah jadi sepi semenjak kepergian Non."



"Bi, kapan ayah dan bunda akan menerima Mila kembali? Mila rindu dengan mereka," ujar Mila lesu.



"Yang sabar, ya, Non, Bibi yakin pasti ayah dan bunda non akan menemui Non nantinya, Saat ini Non hanya perlu bersabar," ujar Linda menenangkan. Ia mengelus surai Mila memberikan kehangatan pada wanita rapuh di sampingnya itu.



"Iya Bi, apa Ayah dan Bunda sama sekali tidak membicarakan Mila lagi?"



"Tidak Non, tapi Bibi pernah mendengar Nyonya menangis di dalam kamar Non. sepertinya Nyonya juga merindukan Non."



"Oh iya, kandungannya sudah berapa bulan Non?" tanya Linda, ia sengaja mengubah topik pembicaraan tidak ingin Mila terus-terusan bersedih.



Mila tersenyum mengangkat tiga jarinya, "tiga bulan Bi, do'ain ya semoga aja nanti persalinannya lancar."



"Amiin, sudah tau jenis kelaminya?" Linda mengelus- elus pelan perut Mila.



"Belum Bi, rencananya Mila mau USG pas bulan ke empat," Mila tersenyum bahagia. Ia berharap bayinya nanti bisa lahir ke dunia dengan selamat.



"Semoga lancar ya, oh iya Bibi harus pergi, sebentar lagi Nyonya dan Tuan pulang. Bibi antar ke halte ya?" Mila mengangguk mengiakan ajakan dari Linda.



Linda dan Mila berjalan beriringan menuju halte bus, sebentar lagi hujan akan turun, awan sudah semakin menghitam memberi tanda sebentar lagi air mata langit akan berjatuhan. Bus yang di tunggu datang, Mila kembali memeluk Linda sebagai salam perpisahan, ia naik ke dalam Bus, kemudian menghilang ditelan kejauhan. Entah kapan keduanya akan berjumpa kembali. Linda tersenyum tipis, ia selalu mengharapkan yang terbaik untuk Mila. Di mata Linda, Mila hannyalah gadis kecil yang rapuh yang selalu di tinggal kedua orang tuanya, hanya seorang gadis kecil yang menangis saat mimpi buruk menghantuinya, ia menyayangi Mila lebih dari apa pun terlepas dia darah dagingnya sendiri atau bukan. Mila Hauri Aditama bidadari dalam hatinya.



Terpaksa Nikah SMA ( Tamat) Ada Di Dreame Dlm Versi BedaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora