Chapter 36.

487 36 1
                                    

"Mamah!"

Nisa yang tengah menyapu teras, langsung tersengum lebar kala melihat putri sulungnya.

"Noura"

"Noura kamu udah pulang sayang?? Kenapa gak bilang sama mamah kalo kamu udah pulang?" Ucap Nisa sembari mengusap wajah sulung Alan Wijaya ini.

Ali, yang sedari tadi setia berdiri di belakang tubuh Noura, ikut tersenyum melihat keharmonisan ibu dan anak. "Iya bu Nisa, tadi juga kebetulan saya lagi gak ada tugas, jadi saya bisa membantu Noura bersama dengan Suster yang lain. Dan Noura juga bilang, katanya dia mau membuat kejutan untuk anda."

Nisa memeluk tubuh putrinya, entah harus dengan kata kata seperti apa bahwa ia sangat bahagia, jika putri sulungnya telah kembali dari rumah sakit.

"Makasih pak Dokter, sudah mau membantu anak saya selama ini."

"Sama sama Bu Nisa."

Noura menatap ibunya dalam. "Mamah kok capek capek sii?? Kan mamah lagi hamil. Noufal mana?? Dia bantuin mamah kan, selama papah nugas??"

"Mamah udah biasa sayang, selama ini juga mamah sendiri. Noufal mana bisa, kan Noufal cowok."

Noura begitu heran dengan mamahnya, dalam kondisi hamil, semua pekerjaan di lakukan.

Sebenarnya, dari dulu Noura sudah mengusulkan untuk memiliki ART agar bisa membantu mamahnya, tetapi ibunya itu menolak keras untuk memiliki ART.

"Dokter, tolong bilangin mamah saya, suruh jangan capek capek. Kasian adek bayinya." Pinta Noura kepada Ali, mungkin jika Ali yang bicara, ibunya akan mendengarkan. Secarakan Ali seorang dokter.

Pria di sampingnya hanya tersenyum.

Ali cukup gemas dengan tingkah Noura, kenapa harus dirinya??

"Baik akan saya coba. Emm... Bu Nisa apa yang di katakan Noura itu benar. Bu Nisa tidak boleh kelelahan karna Bu Nisa sedang mengandung. Walau saya bukan dokter ahli kandungan, tetapi saya cukup memahami jika rekan saya menjelaskan tentang hal ini."

Nisa tanpa sengaja mengusap perutnya yang sedikit mulai membuncit. Kini ia begitu menginginkan anak seorang dokter, seperti dokter Ali.

Apa dokter Ali ini masih single atau sudah berumah tangga?? Jika Ali masih single, dirinya bisa menjodohkan dengan Noura. Jika begitu, lengkap sudah kebahagiaan nya kali ini. Suami seorang Pilot dan Menantu seorang Dokter. Astaga.

"Iya iya, Mamah nurut apa kata dokter. Ya udah yuk, kita masuk."

Tapi Feelling Nisa mengatakan bahwa Ali belum menikah. Baik, masalah perjodohan Noura akan dirinya rundingkan dengan Papah nya Noura. Hihi, sebentar lagi Alan akan menjadi papah mertua.

"Noufal kemana Mah??"

"Noufal lagi pergi, tadi temennya kerumah. Sebentar ya, Mamah bikin minum buat Dokter."

Belum sempat Nisa berdiri, Noura sudah lebih dulu menahan tangan ibunya. "Biar Noura aja Mah."

"Gak usah Noura, saya juga udah minum--"

"Ehh, gapapa. Noura mau buat kopi?? Kopinya ada di deket kompor ya nak, hati hati."

Noura pun berjalan ke arah Dapur untuk membuatkan kopi. Sekalian belajar menjadi Istri Ali kelak. Hehe

Kini tinggal Ali dan Nisa yang berada di ruang tamu. Mata Ali tak lepas dari beberapa miniatur pesawat, sudah di pastikan itu milik Pak Alan.

Nuansa rumah keluarga Wijaya juga sangat nyaman, elegan, dan indah.

"Oh iya, atas nama orang tua Noura, saya berterima kasih kepada dokter Ali, karna sudah membantu anak sulung saya."

Ali tersenyum. "Itu sudah menjadi tugas saya Bu Nisa. Noura adalah pasien saya sejak lama, jadi apapun akan saya lakukan untuk Noura."

Menantu Idaman.

"Terus sekarang dokter Ali udah nikah??"

Ini lah waktu dirinya beraksi. Semoga saja Ali belum menikah.

Yang di tanya tertawa. "Belum Bu Nisa."

"Wahh masih single dong. Umurnya berapa??"

"26 tahun Bu Nisa."

Ya ampunnn, Bujang mateng!!! "Masih muda, saya kira nak Ali udah menikah."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 17, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hello, Captain! : TWINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang