Selamat membaca:)
.
.Prilly menghempaskan tubuh lelahnya ke sofa ruang tamu dengan malas, akhirnya pekerjaan rumahnya selesai. Matanya melirik sedikit kearah anak-anak yang sedaritadi begitu serius menonton film dora.
Prilly menutup wajahnya dengan kedua tangannya, lalu menangis terisak pelan tanpa mau diketahui oleh anak-anak.
"Prill?" suara dari arah pintu membuat Prilly dengan cepat menghapus air matanya. Malu karena ketahuan sedang menangis oleh laki-laki yang menjadi tetangganya. "Saya boleh masuk?"
"Ah iya, masuk mas." Prilly membenarkan posisinya menjadi duduk sempurna. "Kenapa mas? Mau ambil Ella ya?"
"Tadinya gitu, tapi liat kamu nangis saya jadi penasaran kamu kenapa. Maaf ya? Kamu ada masalah?"
Walaupun bersebelahan Ali tidak pernah tau jikalau hubungan Prilly dan suaminya tidak baik. Karena rumah mereka terbilang komplek besar, dan Ali juga lumayan orang yang sibuk.
"Engga mas, emm saya cuma butuh pekerjaan."
Ali mengangguk kecil, "bukannya suami kamu punya perusahaan? Kenapa masih mau bekerja kalau saya boleh tahu."
"Suami saya baru bangkrut mas, gatau gimana ceritanya." "ceritanya, dia ketipu sama mamah istri keduanya." ralat Prilly dalam hatinya.
Ali mengangguk mengerti, lalu menatap Prilly dengan serius. "Saya lagi cari baby sister buat Ella. Kalau kamu mau, saya bisa memperkerjakan kamu."
"Mas serius?"
Ali mengangguk mantap, menatap putrinya yang tengah tertawa karena filmnya. "Mamah saya sudah tua. Saya takut kalau dia masih merawat Ella, dia akan selalu kecapean."
"Saya mau mas, sangat mau." antusias Prilly.
Ali tersenyum kecil, "mulai besok kamu udah boleh kerja ya?"
"Makasih mas, makasih." Prilly menarik tangan kanan Ali, menyimpannya didahi sembari terus berujar 'Terimakasih'.
"Sudah Prill, sama-sama. Saya pulang dulu ya, Ella ayo pulang?"
Ella beranjak bangun, menghampiri Ali dengan wajah masamnya. "Ella kan masih pengen main." gumamnya sendu.
"Besok ya Ella? Tante janji besok tante sama Han kerumah kamu. Kita main sampe sore, oke?"
"Yey asik! Oke tante." Ella tersenyum senang, lalu mengulurkan kedua tangannya meminta dipangku oleh sang papah.
"Emmm, berat banget anak papah."
"Iya, Ella kelihatannya sangat sehat." sahut Prilly sembari mengelus bahu gadis kecil yang tersenyum itu.
"Kami pamit kalau begitu, dah ganteng!"
"Dah om!!!"
"Assalamualaikum,"
"Waalaikumssalam." Ali berlalu pergi, meninggalkan Han dan Prilly yang tiba-tiba saling pandang. "Kamu kenapa sayang?"
"Han mau punya papah kaya papah Ella. Kalau Om Ali jadi papah Han gimana ya?"
Prilly berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh sang putra. "Ga boleh gitu ah,"
"Kenapa ga boleh mah? Papah Andra kan jahat sama mamah?" Prilly tersenyum miris mendengar itu, bahkan anak yang baru berusia 5 tahun saja sudah tahu bahwa suaminya tidak memperlakukan ia dengan baik.
"Papah Andra sayang kok sama mamah sama Han sama kita berdua." ujar Prilly sembari merengkuh sang putra. "Berdoa aja semoga keluarga kita tetep harmonis,"
"Harmonis itu apa mah?"
Prilly terkekeh kecil lalu mencubit kecil pipi Han. "Harmonis itu selaras sayang, bahagialah pokoknya."
Han mengangguk paham lalu menyimpan telunjuknya didagu. "Emang keluarga kita pernah bahagia?" gumamnya menatap dalam bola mata sang mamah.
"Eh-emmm Han ngerasa bahagia ga sama hidup Han?"
Mendengar pertanyaan sang mamah Han menunduk, lalu menggeleng kecil sebagai jawaban.
***
Prilly berjalan pelan sembari menggandeng tangan sang putra. Jam menunjukan pukul 6 pagi dan Prilly harus segera sampai dirumah Ali.
Setau Prilly, Ali tidak memperkerjakan pembantu, karena pernah ada 1 masalah yang membuat Ali tidak suka memperkerjakan pembantu.
"Permisi, assalamualaikum." Prilly memekik kecil, hingga seorang supir menghampirinya dan membuka gerbang.
"Wa'alaikumssalam, pagi non." sapa supir dengan nametag Yayat. Bagaimanapun Prilly pemiliki rumah disebelahnya, jadi Pa Yayat harus menggunakan embel-embel "non".
"Pagi pak, pak Alinya ada?" pa Yayat mengangguk lalu mengantarkan Prilly dan putranya masuk.
"Tante?" Prilly terpekik kecil kala sebuah tangan mungil memeluk kakinya.
Prilly tersenyum lalu berjongkok. "Pagi Ella."
"Pagi juga tante, Han."
"Pagi La,"
"Papah Ella, ada?" Ella mengangguk kecil, menunjuk sebuah kamar dengan pintu coklat tua. "Masih tidur,"
"Lalu Ella dibangunkan siapa?"
"Ella tadinya mau minum, tante bangunin aja papahnya. Ella udah ga tahan haus." Ella berlari kecil, meninggalkan Prilly yang seketika diam.
"Bangunin mas Ali?"
.
.
-Bersambung.Mas duda manja banget ya!!! Sini mas aku yg bangunin mas:(
Dudanya masih muda:( biasa ngebet kawin waktu masih sekolah mwahaha...
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Duda [END]
RandomEnd! 17+ Mencintai seseorang yang statusnya masih menjadi istri orang, hem bagaimana rasanya? *** Ali adalah duda yang ditinggalkan oleh istrinya-Sisy- dan sudah memiliki satu orang anak-Ella-. Kecelakaan itu membuat istrinya meninggal dunia dan me...