Keyakinan

720 45 1
                                    

Disepanjang lorong rumah sakit dengan keringat di pelipis dan baju yang terdapat bercak darah, Bagas tidak melepas pegangan tangannya dari Gita yang sudah di bawa menuju IGD dengan bankar rumah sakit.

Sampai disana para perawat menahan Bagas didepan ruang IGD yang ingin menerobos masuk.
Bagas berdiri tak tenang sedangkan Fandra mencoba meyakinkan Bagas bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Bagas menoleh kan kepalanya saat mendengar ada yang mendekatinya. Mamah Gita datang sambil menangis dengan Rafa disampingnya.

"Gas, keadaan Gita gimana?" tanyanya dengan suara bergetar.

Bagas menunduk dan menggenggam tangan mamah Gita. "Gita masih ditanganin mah, maafin Bagas gak bisa jaga Gita." ucapnya lirih.

Mamah Gita menggeleng pelan mendengar ucapan Bagas. "Bukan salah kamu nak,"

"Udah mah Kak Gita kuat, papah udah di jalan mau ke sini."ucap Rafa masih terus mengusap bahu mamahnya.

Fandra sedari tadi hanya diam hingga tangannya melambai melihat Vino, Dinda, Fani, dan Raja yang mencari keberadaannya dengan raut cemas.

Dengan nafas terengah-engah Fani menghampiri Fandra dan memeluknya. "Gita kuat." ucap Fandra sambil mengelus rambut Fani yang sesegukan saat tau Gita mengalami kecelakaan.

Bagas terus menatap pintu didepannya berharap dokter yang menangani Gita membawa kabar baik.

Papah Gita yang baru datang masih dengan setelan kerjanya menghampiri Rafa dan mamahnya yang sudah terduduk di kursi yang ada disana.

"Gas, gue bawa baju lo ganti dulu baju lo." ucap Raja menepuk pundak Bagas.

Bagas menggeleng enggan meninggalkan tempatnya, Rafa yang melihat itu menghampirinya.

"Bang baju lo basah banyak darahnya gue ngeri, ganti aja tenang ada gue yang jagain Kak Gita." ucapnya membuat Bagas akhirnya mengangguk dan segera mengganti bajunya dengan kaos hitam milik Raja.

Vino yang baru menerima telfon langsung menghampiri Bagas yang baru tiba lagi didepan ruang IGD.

"Gue tadi di telfon pihak polisi." ucapnya.

"Gimana katanya?"

"Dia positif pake narkoba Gas, Rian juga tempramental kata polisi dilihat dari hasil tes kejiwaannya." jelas Vino yang disimak baik-baik oleh Bagas.

Bagas menghembuskan nafasnya tak pernah dibayangkannya dari kejadian mereka dikantin Rian sampai nekat hingga membuat Gita celaka seperti ini.

"Vin, bisa lo urus itu semua? gue gak mau ninggalin Gita." ucapnya diangguki Vino.

"Masalah itu beres, papah Gita juga udah tau."

"Makasih Vin." balas Bagas dengan senyum tipis nya.

🍭🍭🍭

21.00

Sudah dua jam Gita ada disana seseorang dengan pakaian hijau-hijau itu keluar dari sana membuat semua orang berdiri menatapnya penuh harap adanya kabar baik.

Orang tua Gita buru-buru menghampiri dokter itu dan bertanya bagaimana keadaan Gita sekarang.

"Kabar baik, operasi dilakukan dengan lancar meskipun luka tusuk nya cukup dalam nyaris terkena organnya tapi pasien kuat." ucap dokter itu membuat semua nya bernafas lega.

Fani dan Dinda langsung berpelukan mendengar Gita baik-baik saja. Fandra dan Raja tersenyum seraya menepuk pundak Bagas.

"Tapi pasien masih belum sadarkan diri, jika dalam 24 jam kedepan pasien masih belum bangun maka ada kemungkinan pasien akan mengalami koma." penjelas dokter itu membuat Bagas langsung menegang dan pikiran buruk langsung berdatangan dikepalanya.

"Saya permisi dulu, sebentar lagi pasien akan dipindahkan ke ruang pemulihan." jelasnya lagi sebelum pergi.

Tepat setelah kepergian dokter itu pintu IGD terbuka dengan beberapa perawat yang membawa bankar Gita yang sudah menggunakan baju khas rumah sakit dengan mulut dan hidung yang ditutup oleh penambah oksigen.

Mamah Gita menangis melihat keadaan putri nya, Papahnya pun tak jauh berbeda hanya saja wajahnya tidak terlalu menunjukan kecemasannya itu.

Tubuh Bagas lemas melihat Gita demi menyelamatkannya Gita rela mempertaruhkan nyawanya.

Semua orang mengikuti bankar Gita dari belakang, saat akan masuk menyusul ada perawat yang menghadang mereka.

"Maaf bu sampai dua jam kedepan pasien belum bisa dijenguk." ucapnya sopan sembari menutup pintu ruangan Gita.

Mereka hanya bisa mengangguk berharap dua jam segera berlalu. Orang tua Gita pergi dulu sebentar ke rumah nya untuk mengambil beberapa barang keperluan Gita dan meninggalkan Rafa bersama teman-temannya.

Bagas dapat melihat Gita dari kaca besar yang menghalangi mereka. Tanpa sadar sebuah air mata jatuh dari pelupuk mata Bagas sambil terus bergumam 'bangun harus nya kita pergi makan malem ranyain hari jadian kita.'

^^^

Setelah orang tua Gita keluar dari ruangannya akhirnya Bagas bisa masuk. Kenapa dua jam terasa lama sekali?

Kaki Bagas melangkah menuju kursi yang ada di sisi ranjang Gita. Bagas membawa tangan Gita yang tidak diinfus untuk dia genggam. Bagas mencium tangan Gita lama sambil terus berucap maaf.

Bagas menatap pada wajah Gita yang menutup matanya dan terseyum kecil. "Gue yakin lo bakal bangun lagi."

Bagas teringat sebelum pergi tadi Gita dengan antusias bercertia bahwa dia sangat senang tidak sangka katanya dari awalnya mereka terlibat cekcok karena masalah roti coklat malam ini malah merayakan hari anniversary mereka.

"Makasih Bagaskara aku bahagia punya pacar kayak kamu." ucapan Gita terus terngiang di kepalanya.

"Gita, aku juga seneng punya perempuan kuat kaya kamu." ucap Bagas pelan

Hening....

Bagas masih terus menggenggam tangan Gita dan tak bosan menatap wajah cantik yang tertidur itu.

"Bangun ya, aku punya hadiah buat kamu yang aku siapin jauh-jauh hari." cerita Bagas.

"Kamu tau aku bukan laki-laki yang bisa romantis tapi sekarang aku cuma mau bilang aku gak nyesel pernah cekcok sama kamu, aku gak nyesel sama pertemuan kita. Aku sayang lebih dari yang kamu tau Git, Aku suka semua yang ada di kamu perhatian kamu, senyum kamu, rengekan kamu, tawa kamu, tangisan kamu. Kamu tau? semalem sebelum aku mau ajak kamu pacaran aku gak bisa tidur, aku takut kamu nolak aku tapi jawaban kamu bikin aku seneng   banget sampe malemnya aku mimpi punya masa depan yang bahagia sama kamu dan aku gak mau kalau itu semua cuman mimpi, aku mau Gita sama Bagas punya mimpi yang sama kita bisa kabulin satu persatu mimpi kita Git." Bagas mengucapkan semua isi hatinya yang tidak pernah dia ucapkan.

Pelan pelan Bagas mendekati Gita dan

CUP... satu kecupan singgah di kening Gita dengan lama. Bagas menutup matanya sambil mengecup kening Gita. Lagi-lagi air mata Bagas keluar saat mengecup kening Gita.

Bagas menjauhkan tubuhnya dan menatap Gita dengan lembut sambil mengelus rambut hitamnya.

"Jangan tidur terlalu lama aku kangen."

"Nanti kita beli es krim sama coklat."

"Nanti aku turutin mau kamu buat beli baju couple." salah satu permintaan Gita yang tidak pernah Bagas turuti.

"Semua kata udah aku ucapin tadi tapi ada satu yang belum. Aku cinta kamu Gita."

🍭🍭🍭


Hallo
Jangan lupa Voment ya
🤗🤗

See you next Chapter

BAGASKARA (TAMAT)Where stories live. Discover now