Chapter 46 : Firasat sialan Rhea

135K 10.5K 1.5K
                                    

Rhea masih tak dapat menghapus bayang-bayang Jasmine mencium Javier dan segala kata-kata yang dilontarkan olehnya malam itu. Semuanya masih berputar-putar di kepala Rhea.

Kemudian Rhea menghela napas.

Oh god.

Bahkan dia tak bisa fokus dengan tugas kuliahnya kini. Laptop menyala, namun pandangannya tajam. Hatinya berkecamuk. Ketakutan, kemarahan, kekhawatiran bercampur menjadi satu. Bagaimana bisa ini terjadi?

"Apa yang membuatmu melamun, mommy?" Javier memeluk leher Rhea dari belakang sambil mengecup puncak kepala kekasihnya itu.

Javier sebenarnya tau apa yang sedang ada di dalam kepala Rhea. Apa lagi kalau bukan kejadian itu? Javier sendiri terkejut dengan perilaku Jasmine yang menciumnya. Itu membuat Javier tak dapat berkata apapun. Tak pernah terbayangkan olehnya. Tapi ia tau bahwa Jasmine hanya takut kehilangan sosok kakak laki-laki.

Sungguh, saat seperti ini, Javier tak tau harus bagaimana. Di satu sisi ia mencintai Rhea dan tau bahwa Rhea masih marah, di sisi lain Jasmine adalah adiknya. Dia tak mungkin menjauhi wanita itu. Berbagai pikiran menghujam kepalanya.

Fuck.

Javier butuh satu detik saja untuk berhenti memikirkan masalah ini.

"Aku akan pergi berbelanja." Kata Rhea sambil menutup laptopnya lalu melepaskan tangan Javier dari lehernya.

Rhea berjalan ke kamar tanpa menatap Javier. Oh itu membuat Javier sangat frustasi. Sampai kapan Rhea akan merajuk? Perempuan dan kehamilan memang penyakit bagi para pria.

Ditambah kecemburuan.

Lengkap sudah.

Javier pun mengikuti kekasihnya ke kamar. Lagi-lagi memeluknya dari belakang.

"Apakah kau ingin aku menemanimu berbelanja?"

"Aku akan pergi sendiri."

Javier mengusap perut Rhea lalu berbisik di telinga gadis itu."Baby cheetah kira-kira kapan mommy berhenti merajuk pada daddy?"

"Aku tidak merajuk, Javier."

"Tapi kau tak mau melakukan kontak mata denganku semenjak malam itu. Apa kau tau betapa tersiksanya aku ketika bola mata zamrud yang indah itu tak mau memandangiku?" Kini Javier memutar tubuh Rhea hingga menghadap padanya.

Rhea pun memberanikan dirinya untuk menatap Javier. Mata biru itu tampak sayu dan lelah. Rhea tau Javier pun sedang stress.

"I miss your eyes." Kata Javier dengan nada rendah."Hanya disana aku dapat melihat surga."

"Kenapa aku baru tau bahwa di mataku ada surga?"

Javier tersenyum tipis."Hanya aku yang dapat melihatnya. Karena itu surgaku."

Rhea meneguk ludah. Merasakan gelanyar hangat yang menghujam tubuhnya. Oh astaga. Rhea juga merindukan kemesraan mereka. Rhea merindukan kata-kata rayuan dan obrolan absurd mereka.

"Jangan pernah lakukan itu. Aku sudah terbiasa melihat surga. Saat kau tak mau menatapku, hatiku seperti di cabik-cabik."

"Javier berhentilah bercanda. Aku sedang tidak dalam mood untuk melayani bujuk rayumu." Rhea memegangi kepalanya yang berdenyut.

Kemudian Javier meletakkan pipi Rhea di dadanya, mengelus rambut Rhea dan mengecup puncak kepalanya.

"Walaupun itu lumayan berhasil." Sambung Rhea.

"Itu berhasil?"

"Bujuk rayumu." Rhea merasakan pipinya sedikit memanas.

Oh Javier pun menahan senyumnya. Pria itu tau betul bagaimana cara memperbaiki mood Rhea. Cukup dengan menjadi buaya darat.

LAS VEGASWhere stories live. Discover now