Chapter 5 : Lingerie

273K 13.1K 901
                                    

Sepertinya hari sudah pagi. Rhea sudah bangun sedari tadi dan dia masih tak berani keluar dari kamar mandi. Tubuhnya nyaris membeku andai kamar mandi itu tak punya shower air hangat. Tentu saja dia bangun di tengah malam buta untuk mengguyur dirinya. Syukurlah semuanya baik-baik saja walaupun kepalanya masih terbakar. Dia tak habis pikir dengan situasi ini.

Kruukk.

Ya Tuhan! Haruskah kau kelaparan saat seperti ini, Rhea! Gerutunya dalam hati.

Dengan gundah dia menempelkan telinganya diam-diam di daun pintu, mencoba mendengar apapun yang dapat dia dengar. Tapi dia tak mendengarkan apapun. Apakah ular itu masih ada di dalam sana?

Kruukk.

Tolong jangan lapar!

Baru saja Rhea hendak membuka pintu, pintu tersebut terbuka dari luar, membuatnya terjerembab di kaki Javier. Rhea segera bangun, menjauh dari pria itu.

"Aku ingin kita sarapan bersama."

"Sarapan bersama?"

"Aku rutin memberi makan peliharaanku."

Peliharaan. Kebencian Rhea pada Javier naik seribu kali lipat dari sebelumnya. Seumur-umur dia tak pernah di rendahkan seperti ini karena dia memang tak layak untuk itu. Rhea bukanlah orang miskin seperti yang dianggap oleh Javier. Walaupun tak sekaya mereka, tapi dia sama sekali bukan berasal dari kelas bawah.

"Lepaskan bathrobe itu dan pakai ini." Javier melemparkan lingerie lainnya ke tubuh Rhea."Ini lebih tertutup dari yang sebelumnya."

Glek.

"Tak perlu memandanginya seperti itu. Seolah kau tak pernah memakai yang lebih parah dari ini saja."

"Aku memang tak pernah memakainya." Rhea membuka lipatan lingerie berwarna cream itu dengan hati-hati kemudian bergidik.

Astaga.

Potongannya sangat pendek! Bahan satin yang tipis memang tak setranparan yang sebelumnya, tapi tetap saja potongan lehernya yang lebar dapat membuat belahan dadanya terpampang nyata. Rhea yakin pantat dan pangkal pahanya pun akan sangat terekspos.

"Aku tidak bisa memakainya." cicit Rhea sambil menyerahkan kembali lingerie itu pada Javier.

"Pakai."

"Tolong jangan merendahkanku seperti ini."

"Kau memang sudah rendah dari awal."

"Aku tid—"

"Kalau kau tidak mau memakai lingerie ini, jangan harap kau mendapatkan sarapan atau makanan selama dua hari ke depan."

Mata Rhea pun membelalak.

"Atau kau sebenarnya ingin aku yang menelanjangimu? Itu kan yang kau tunggu dari tadi?"

"T-Tidak... jangan berani... brengsek!"

Rhea semakin mengeratkan bathrobe ke tubuhnya lalu mundur selangkah.

Javier maju selangkah, membuat Rhea mundur selangkah lagi dan lagi hingga punggungnya menabrak dinding, terkunci di dalam kungkungan Javier. Kini pria itu berani menarik tali bathrobe dengan kasar hingga tubuh Rhea tersentak ke depan, menempel ke dada Javier. Bahkan wajah mereka nyaris bersentuhan andai Rhea tak segera memalingkannya ke samping.

Tangan gadis itu berusaha menutup bagian dadanya yang sedikit terbuka namun Javier menahan tangannya disana.

"Aku tau kau sangat ingin berada di bawahku. Merasakan penisku mengaduk vaginamu. Itu kan yang ada di otakmu? Jangan munafik, bitch."

LAS VEGASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang