Part 22

76.1K 3.4K 46
                                    

Jangan lupa komen dan Vote
Happy reading

📑📑📑

Setelah insiden itu, Naya menjadi sosok yang lebih pendiam dan membuat orang-orang di sana menjadi heran melihat perubahan Naya, termasuk Azila dan Tanisa.

"Nay, jangan kayak gini dong, kalo ada masalah selesain baik-baik aja sama orangnya" Ucap Azila sambil mengelus punggung gadis itu.

Sedangkan Naya, pikirannya selalu tertuju pada Aran. Siapa gadis yang sedang bergelayut manja di lengan Aran waktu itu? Naya tau ini sangat tidak pantas mengingat Aran bukan siapa-siapanya, tetapi Naya tidak bisa membohongi perasaannya bahwa hatinya terluka saat melihat pemandangan yang diberikan Aran dan gadis itu.

Naya berdiri dari tempat duduknya dan melangkahkan kakinya menuju taman belakang sekolah. Hari ini semua kelas sedang free karena guru-guru di sana sedang rapat. Naya berjalan di koridor yang terlihat ramai dan berbagai tatapan yang orang-orang berikan padanya, mulai dari tatapan kagum, sinis dan ada juga yang menggosipkan Naya.

"Gila aja kak Nathan sama kak Aran berantem cuma gara-gara upil kuda kayak dia"

"Cantiknya di mana sih? Lebih cantikan gue kemana-mana kali"

"Dasar centil"

"Aran sama Nathan cuma buang-buang tenaga aja berantem cuma gara-gara cewek kampungan itu"

"Dasar polos-polos bangsat lo"

Naya mendengar semua perkataan orang-orang yang menggosipkan nya, perkataan itu sangat menusuk di hati Naya, gadis itu tak sanggup lagi menahan air matanya dan berlari sekuat tenaganya meninggalkan tempat itu. Namun langkah Naya terhenti saat melihat pemandangan yang membuat hatinya seakan teriris. Di sana ia melihat Nathan dengan seorang gadis, gadis itu terlihat mengecup pipi Nathan sekilas, tak ada perlawanan dari Nathan dan membuat hati Naya semakin sakit.

"Kak Nathan" ucap Naya dengan air mata yang sudah mengalir deras. Nathan dan gadis itu terkejut melihat kehadiran Naya.

"Nay, aku bisa jelasin semuanya" ucap Nathan menatap Naya dengan tatapan sendunya.

"Semuanya udah jelas kak" ucap Naya menghapus kasar air matanya dan pergi meninggalkan taman belakang sekolah dan memasuki toilet wanita yang tak jauh dari taman belakang sekolah. Naya masuk di salah satu bilik kamar mandi yang ada di sana dan duduk di atas closet.

"Hikss kak Nathan jahat, Naya punya salah apa sama kak Nathan sampe kak Nathan tega sama Naya hikss" ucap Naya menangis tersedu-sedu sambil memukul dadanya pelan. Ini kali pertamanya Naya merasakan hal ini pada seseorang. Bukan sakit hati, melainkan Naya hanya kecewa saja dengan Nathan yang bermain di belakangnya. Entah kenapa rasa sakit itu hanya tertuju pada Aran mengingat Naya tadi sempat melihat cowok itu bersama gadis lain.

Naya menghapus air matanya, dan memilih untuk keluar. Namun saat ia ingin keluar, ia tak sengaja mendengar pembicaraan seseorang di sana.

"Gue kesel banget sama si Naya itu, masa gara-gara dia ketos kita jadi berantem sih"

"Dia udah berani ngerebut apa yang gue suka"

"Sabar lah Sal, kita tunggu aja tanggal mainnya"

Setelah kedua gadis itu keluar dari toilet, Naya pun melangkahkan kakinya keluar dari bilik kamar mandi itu, gadis itu masih terdiam saat mendengar percakapan dua gadis tadi.

"Ngerebut? Emang Naya ngerebut apa?" Batin Naya. Sakit memang, karena murid-murid SMA Tunas Bangsa entah kenapa menyalahkan Naya atas insiden berkelahinya Aran dan Nathan. Padahal Naya sama sekali tidak mengetahui alasan di balik perkelahian mereka. Naya kembali mengusap air matanya dan keluar dari toilet. Namun, saat membuka pintu, Naya terkejut ketika melihat Nathan yang sudah berdiri di depan pintu.

ARANAYA (END)Where stories live. Discover now