Part 54

28.1K 795 5
                                    

Naya berbaring di ranjang rumah sakit, pandangannya meluncur ke langit-langit putih yang membayanginya. Dia menghirup aroma antiseptik yang khas di udara dan merasakan getaran mesin medis yang konstan di sekitarnya. Di sampingnya, Satria, abangnya, duduk dengan ekspresi yang tenang namun penuh kekhawatiran. Dalam keheningan yang terasa berat, Naya menoleh pada Satria dengan mata penuh tanya.

"Abang, Kak Aran mana? Kak Aran baik-baik aja kan? Naya pengen ketemu sama Kak Aran" ucap Naya berturut-turut dengan wajah pucatnya dan mata yang sudah berkaca-kaca.

Satria menatap Naya dengan penuh pertimbangan, mencoba menemukan cara terbaik untuk menyampaikan keadaan Aran

"Aran gapapa kok Nay, kamu istirahat aja dulu, biar nanti kalo udah sembuh bisa jenguk Aran, ya" ujarnya dengan suara lembut, berusaha menjaga ketenangan di tengah kegelisahan Naya.

Naya mengangguk, mencoba menangkap makna di balik kata-kata Satria. Meskipun demikian, ada ketidakpuasan yang menggerogoti hatinya.

"Apa yang sebenarnya terjadi sama Kak Aran, Abang?" tanyanya dengan nada yang penuh ketegangan, merasakan kekosongan dalam jawaban abangnya.

Satria merasa berat hati, tetapi dia tahu bahwa melindungi Naya dari kecemasan yang berlebihan adalah prioritas utamanya.

"Nay, Abang gak mau kamu sakit lagi, Abang janji sama kamu kalau udah sembuh Abang bakal bawa kamu sama Aran, Ok?" jawabnya dengan hati-hati, berusaha memberitahu adiknya.

Naya mengernyitkan dahi, merasa frustrasi karena ketidakjelasan dari Satria. Namun, dalam kebingungannya, dia merasakan kehangatan dalam kehadiran Satria di sisinya.

"Naya ngerti. Tapi Naya juga mau tau apa yang terjadi sama Kak Aran," cicitnya dengan suara yang lembut dan kecil sambil menunduk menatap jari-jari tangannya.

Satria menatap Naya dengan penuh kasih sayang, merasakan kepedulian dan kekuatan di dalam hati adiknya. Dia tahu bahwa Naya adalah sosok yang tangguh, tetapi untuk memberitahukan keadaan Aran yang sebenarnya bukan jalan yang tepat.

"Kita gak usah bahas ini dulu ya Nay, Abang gak mau kamu kenapa-kenapa lagi, Abang mohon kamu fokus ke kesehatan kamu dulu, kan Abang tadi udah janji kan sama kamu?" ujarnya dengan penuh keyakinan, mencoba menenangkan hati Naya dalam kegelisahan yang menyelimuti hatinya.

Sedangkan Naya membalikkan badannya membelakangi Satria dengan air mata yang sudah membasahi pipi gadis itu. Satria yang melihat itu mengacak rambutnya frustasi melihat Naya yang kembali menangis.

Satria mendekat ke arah Naya dan mengecup sekilas puncak kepala gadis itu "Maaf Nay" ucap Satria dan keluar dari ruang perawatan Naya, membiarkan gadis itu untuk sendiri dulu.

🧚🏼‍♀️🧚🏼‍♀️🧚🏼‍♀️

Davino duduk tegang di samping tempat tidur putranya yang terbaring lemah di ruang ICU. Aran, anaknya, terluka parah dalam kecelakaan motor yang misterius. Hati Davino terasa hancur, sementara pikirannya dipenuhi oleh pertanyaan, siapa yang bertanggung jawab atas semua ini?

Beberapa hari yang lalu, kehidupan mereka hancur dalam sekejap mata. Motor Aran tiba-tiba kehilangan kendali di tengah jalan raya yang ramai. Davino masih mengingat dengan jelas detik-detik ketika dokter memberi kabar bahwa putranya dalam kondisi kritis akibat kecelakaan mengerikan itu. Sekarang, dia bertekad untuk mencari tahu penyebab sebenarnya di balik tragedi tersebut.

Mengabaikan rasa lelah dan kecemasan yang melanda, Davino mulai menghubungi teman-teman Aran, mengumpulkan informasi, dan memeriksa jejak digital putranya. Namun, semakin ia menggali, semakin terlihat kemungkinan adanya seseorang di balik kejadian tragis ini. Pikirannya terus kembali pada Nathan, mantan pacar Naya.

ARANAYA (END)Where stories live. Discover now