Bab 21

2.3K 244 208
                                    

   Tubuhnya tersentak pelan, terbangun dari tidurnya kala air dingin dari bathtub mulai menginvasi raganyaㅡmembuatnya menggigil kepayahan. Entah sudah berapa lama Nahyun tertidur di dalam bathtub, yang ia ingat kala Nahyun mengitari kamar presidential suite untuk mencari celah melarikan diri. Namun, alih-alih menemukan yang ia dapati hanya kekecewaan tatkala jendelanya sudah dilapisi teralis besi.

Sekalipun tidak ada penyangga besi tersebut, dia pun tetap tidak akan bisa melarikan diri. Letak kamar ini berada di lantai tiga puluhㅡsama saja cari mati. Jalan satu-satunya hanya lewat pintu yang sudah pasti dijaga ketat oleh bodyguard milik Jimin. Ah, ada lagi, lewat balkon jika ia memutuskan ingin bunuh diri dan terlepas dari sangkar emas ciptaan iblis itu.

Namun, Nahyun bertekad jika ia ingin mati ia harus mengikut sertakan Jimin, agar dapat berendam bersamanya di kolam api neraka yang menyala-nyala. Ah, tentu saja bukan manusia berlumuran darah seperti Jimin pasti akan masuk neraka? Nahyun sudah sangat optimis. Jika tidak, Nahyun yang akan menyeret paksa pria iblis itu. 

Setelah terlarut dalam pemikirannya, Nahyun menghembuskan napasnya gusar. Berusaha mengisi paru-paru yang terasa menyempit dengan banyaknya pasokan oksigen. Berharap tali-tali tak kasat mata yang membelit kuat dadanya mengendur, lalu putus dan meninggalkan rasa lega. Sialnya gagal … yang Nahyun rasakan semakin jelas belitan itu mencengkeramnya. Ah, bahkan nyaris mencekik membuatnya kewalahan.

Usai beranjak bangun dari bathtub, Nahyun menyeret kedua kakinya yang bergetar hebat akibat kedinginan di atas lantai yang terasa bagaikan menginjak gundukan salju. Dengan tergesa ia mengenakan bathrobe untuk menyembunyikan tubuh telanjangnya yang sudah pucat pasi setelah berendam berjam-jamㅡakibat ketiduranㅡdi cuaca Spanyol yang sudah memasuki musim dingin.

Orang gila mana yang memilih berendam di saat suhu udara sedang tidak berteman akrab selain Nahyun? Dia merasa tolol sekarang. Padahal niat awalnya ia hanya ingin berendam barang sebentar untuk membersihkan tubuhnya dari sentuhan jahanam Jimin. Sesaat baru beberapa langkah ia keluar dari kamar mandi, tubuhnya mendadak membeku persis seperti diguyur berliter-liter air dingin, tatkala di depan sana berdiri dua orang priaㅡasingㅡdengan tampang mesumnya. "Siapa kalian?"

Nahyun mengeratkan ikatan bathrobeㅡkarena hanya itu helai kain yang menutupi tubuh telanjangnyaㅡsialnya tindakan itu malah semakin menampakkan gundukan kenyal di dadanya; yang kini terlihat menyembul menantang. Diiringi siulan kotor dari pria brengsek tersebut yang terdengar menari-nari di indera pendengarannya. "Kedinginan heh? Kami bisa menghangatkan tubuhmu, cantik."

Kedua iris Nahyun mengedar hanya untuk mendapati pintu kamar yang sudah tertutupㅡrapat. Lalu bagaimana kedua pria ini dapat masuk dan menerobos pintu yang sudah pasti memiliki tingkat keamanan yang tinggi, terlebih Jimin juga memberikan penjagaan beberapa bodyguard di depan kamar. Tahu bahwa dia tidak akan bisa melawan, Nahyun dengan segera beringsut mundur, sementara tangannya terulur untuk menarik handle pintu kamar mandi.

"Lepas brengsek!" Gerakannya kalah cepat kala mereka dapat dengan jelas membaca setiap gerak-gerik tubuh Nahyun. "Diam pelacur!" Belitan pada lengannya menyakitinya, alih-alih meringis Nahyun berusaha meronta sekuat tenaga kala tubuhnya terus diseret menuju ranjang yang berantakanㅡbekas sisa-sisa dari kebrengsekan Jimin.

"Argh!" Nahyun memekik tatkala tubuhnya terhempas dan menghantam kuat ranjang di bawahnya. Tidak terlalu sakit, namun rasa ngilu dapat ia rasakan di bagian perut bawahnya. Dengan tangan bergetar hebat ia berusaha menahan bathrobe yang dikenakannyaㅡmasih berusaha menyelamatkan sisa-sisa dari harga dirinya. Nahyun bersumpah ia lebih baik mati dibandingkan memuaskan mereka; rasanya ia tidak lebih dari seonggok sampah kotor.

Salah satu dari mereka menahan pergerakan Nahyun, membelit kedua tangan Nahyun kuat guna melancarkan aksi biadab yang ingin mereka lakukan. "Pelacur sialan padahal kau habis mengangkang di bawah pria." Seringaian mengejek itu tak luput dari labiumnyaㅡtepat setelah membuka bathrobe yang dikenakan Nahyun. Bercak-bercak merah yang nyaris berwarna ungu terpampang nyata memenuhi leher, tulang selangka sampai pada gunung kembar yang terlihat menggemaskan di kedua netra cabul pria keparat tersebut.

The Darkest Side Where stories live. Discover now