Bab 01

6.1K 701 72
                                    

   Kedua sepasang mata dengan iris berbeda itu bersirobok. Musik yang sebelumnya mengalir liar di kedua indera pendengaran Nahyun mendadak menghilang seakan musik itu sudah punah dari peradaban dunia. Yang ia dengar adalah suara gemeretak gigi yang saling berbenturan.

Tidak menampik bahwa ia bergetar menatap sepasang mata dengan iris coklat pekat yang memandangnya tajam. Sebisa mungkin Nahyun menormalkan tubuhnya, mengangkat tinggi dagunya dengan pandangan mencemooh yang dibalas rahang pria itu semakin mengetat seakan-akan tidak takut bahwa hal itu bisa membuat copot dari engselnya.

Jimin mengusap sisa muntahan yang berada di ujung bibirnya dengan sapu tangan yang ia miliki setelah itu menginjak bengis seolah-olah ia sedang menginjak tubuh wanita di hadapannya. “Sial, apa yang kau lakukan rubah kecil,” ucapan pria itu tenang namun tidak menyurutkan tatapan mematikan yang dilontarkan ke arah Nahyun.

Sejemang, Nahyun membeku saat suara berat itu mengalun di kedua indera pendengarannya seperti ajakan untuk bercinta. Hormon endorphinnya meningkat pesat membuat sel telur yang berada di rahimnya seakan-akan meledak siap untuk dibuahi. Astaga! Nahyun menggelengkan kepalanya berusaha meraih kesadarannya yang menipis karena kabut gairah.

Tingkah laku wanita itu tak luput dari kedua indera penglihatannya membuat Park Jimin mengerutkan alisnya angkuh.

“Dasar gila.”

Cibiran merendahkan yang dilontarkan mulut bejat Jimin hanya dibalas angin lalu oleh Nahyun. Ia hanya fokus untuk merapikan kembali sisa pakaiannya yang sudah melorot sana-sini akibat ulah tangan jahanam si brengsek paling hot di kawasan bordil ini.

Jika saja Nahyun tidak sadar bahwa ia memiliki kepentingan khusus yang ia lakukan di tempat yang biasa ia sebut sebagai nerakaㅡmungkin Nahyun dengan senang hati berbagi malam yang panas.

“Sayang sekali, kau bisu rupanya?” tanyanya sarkastis. Bibir dengan lipstik yang sudah memudar itu tetap terkatup terlalu enggan bersuara biar saja bajingan seksi ini terus menggonggong layaknya anjing kelaparan.

Hening.

Iris biru laut itu menatap Jimin dengan pandangan tidak tertarik sama sekali. “Tidak usah sok jual mahal, aku tahu bahkan dalam segi seksual kau benar-benar payah dan amatiran.”

Brengsek. Seharusnya Nahyun tidak termakan ucapan meremehkan dari mulut penuh dosa Park Jimin. Tetapi, melihat betapa ringannya mulut sialan itu berucap, membuat dadanya terasa terbakar oleh api amarah dan juga gairah. Terlebih sesaat menatap Jimin yang menyesap anggurnya secara elegan dengan mata tajam yang tidak henti memandanginya seakan-akan menelanjangi tubuhnya; membuat Nahyun rasanya ingin melorotkan dress-nya saja.

Lihat saja, tubuh pria ini bahkan seperti ukiran patung dewa Yunani sangat proporsional; otot liatnya, lower abdomen hingga pandangan Nahyun tertuju ke arah bagian tubuh selatan yang tidak tahu malu menonjol seakan-akan menantangnya.

“Tutup mulutmu brengsek! Bahkan aku sama sekali tidak tertarik dengan tubuhmu dan kau bukanlah salah satu pria yang akan lolos list untuk one night stand denganku.”

Munafik!

Seringaian terpatri di bibir Jimin, “Oh ya?”

-🍻-

Seumur hidupnya, ini kali pertama Nahyun dihadapkan oleh Park Jimin yang terkenal kejam di dunia hitam. Nahyun bahkan sadar bahwa pria ini benar-benar berbahaya dibalik wajah tampan rupawannya. Dan berada di satu ruangan VIP dengan ranjang king size yang seakan-akan meraung meminta untuk diporak-poranda itu tidak ada didaftar riwayat hidupnya.

Semuanya karena bodyguard keparat milik Park Jimin yang berbadan paling besar saat sekonyong-konyong merenggutnya kasar, mengangkatnya, lalu membantingnya di pundaknya seperti sekarung beras.

Di saat Park Jimin dengan gaya luar biasa angkuhnya tak mengindahkan Nahyun yang terus memberontak di pundak bodyguard-nya memuntahkan sumpah serapah yang sialannya terasa seperti menghadapi rubah liar yang perlu dijinakkan. Damn it, memikirkannya saja membuat miliknya menyempit di dalam kungkungan celananya.

Sesampainya di kamar yang sialannya benar-benar luas. Park Jimin hanya terkekeh kecil saat melihat Nahyun yang menatapnya berapi-api dengan gelagat tubuh seolah-olah menantangnya. Menantang untuk disetubuhi secara brutal, mungkin.

“Jangan ada yang mendekati pintu kamar ini, aku ingin bersenang-senang dengan rubah liarku itu, kalian berjaga di luar tempat bordil ini.”

Bodyguard berbadan besar itu mengangguk sesaat sebelum berujar dan memberikan Jimin sekotak karet pengaman, “Selamat bersenang-senang, Bos.”

Jimin mengangguk singkat, menutup pintu dengan kakinya sebelum mendekati buruannya layaknya predator yang kelaparan.

Seringaian mengejek itu tak luput dari penglihatan Nahyun sehingga membuatnya muak dan ingin menghantamkan vas bunga ke kepala Jimin. Sebelum akhirnya pandangan Nahyun memandangi area dada bidang Jimin membuat bibir Nahyun terpatri senyuman menggoda.

“Sudah tergoda, huh?” ejeknya.

Kedua tungkai kakinya berjalan menghampiri Jimin yang berdiri dengan arogan. Wanita itu bahkan tanpa malu membuai dada Jimin dengan gerakan pola abstrak sengaja memainkan gairah sang pejantan. Kecupan basah yang diterima Jimin menggetarkan tubuhnya. Sial, wanita ini bahkan terlihat seperti penggoda ulung.

“Sekarang bagaimana? Masih meragukanku tentang kegiatan di ranjang?” lirihnya di daun telinga Jimin.

Seringaian terpatri di bibir Jimin, "Mungkin tidak, setelah aku melihatmu bergoyang di atas tubuhku dan memuaskanku."

Dalam sekali sentakan Nahyun merapatkan tubuhnya membuat Jimin menggeram rahangnya mengetat, gairahnya sudah berada di ubun-ubun dan wanita ini ingin menggodanya? Ia mencengkeram kuat jemari Nahyun yang nyaris menyentuh kejantanannya membuat wanita itu merintih di cuping telinga Jimin.

Bak melodi rintihan itu membuat libidonya semakin memuncak. Jimin bahkan mulai membayangkan bahwa wanita ini merintih saat dirinya mengentak kuat kejantanannya ke dalam tubuh yang sialannya terasa menggairahkan.

Bangsat!

Pikiran kotor yang terus bersarang di kepalanya membuat Jimin menggeram rendah. Seolah tak sabar untuk memulai sebuah penyatuan.

Dengan cekatan, Jimin menghempaskan tubuh Nahyun ke ranjang. Hormon testosteronnya tak bisa diajak untuk berkompromi lagi. Sial, Jimin merasa bahwa ia seperti singa jantan yang sedang mengalami musim kawin; begitu liar. Bahkan Jimin bisa merasakan celananya benar-benar menyesakkan.

Bibir keduanya bertemu saling bertautan liar seolah-olah tidak ada hari esok. Ciuman itu tak kalah hebat dan panasnya melebihi ciuman sebelumnya, mengeksplorasi dan menjajah tubuh yang terbaring pasrah.

Seperti seorang alpha yang menunjukkan kekuasaannya kepada matenya sendiri.

Jimin mengerang saat Nahyun terus membelai dadanya merembet ke belakang menyentuh tengkuknya. Membuat ia semakin terasa sesak secara bersamaan, sebelum akhirnya entakkan kasar itu terasa di antara kedua pangkal pahanya.

“Holy shit!

Jimin merasa lumpuh detik itu juga di saat ia merasakan pusat gairahnya ditendang oleh lutut wanita keparat yang bahkan sudah enyah dari kamar bordil ini. Dengan membawa berlian miliknya.

Benar-benar double shit! <>

Benar-benar double shit! <>

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
The Darkest Side Where stories live. Discover now