18. Rumah

5.3K 566 13
                                    

Gak terlalu panjang, cuma sekitar 800 words

FULL MINSUNG

.

.

.

Jisung belum tertidur saat ada orang yang mengetuk pintu apartemennya. Ada sedikit rasa takut mengingat siapa yang akan bertamu selarut ini. Tapi Jisung sebisa mungkin berpikir positif. Mungkin saja itu tetangganya yang ingin meminta bantuan.

Tapi yang Jisung dapatkan bukan sekedar tetangga.

"Hai, Ji."

Minho bersama Jiho di dalam gendongannya.

Jisung segera menyuruh mereka masuk. Kasihan melihat wajah Jiho yang sudah mengantuk.

"Jiho bobo di kamar ya, sama Minji."

Jiho yang pada dasarnya sudah mengantuk berat hanya menuruti perintah Jisung tanpa banyak tanya.

Tinggalah Minho yang sedang terduduk di sofa ruang tengah. Kepalanya menunduk dalam.

Jisung menghampirinya. Duduk di sisi kiri Minho sambil membawakan Minho secangkir teh hangat.

"Kak? Ada apa? Kakak ada masalah?"

"Maaf, Ji. Kakak ngerepotin kamu, padahal kamu baru sembuh."

"Engga kok. Jisung gak ngerasa repot. Kakak kalau mau cerita, Jisung bakal dengerin kok."

Kepala Minho terangkat. Jisung terkejut saat melihat Minho menangis. Tak lagi disembunyikan, dia menangis keras sambil menarik rambutnya sendiri. Tak jarang pula dia memukul-mukul kepalanya.

"Kak berhenti! Cukup kak! Jangan kaya gini."

Jisung menggenggam tangan Minho. Mengentikan gerakan Minho yang terus menerus menjambaki rambutnya sendiri. Dan tiba-tiba saja, Minho menarik Jisung ke dalam pelukannya.

"Kakak sama Seungmin udah berakhir, Ji."

DEG

Jantung Jisung terasa berhenti berdetak. Kenapa? Padahal Minho dan Seungmin terlihat baik-baik saja saat terakhir kali Jisung melihat mereka bersama.

"A-apa karena Jisung?"

Perasaan bersalah melingkupi hatinya. Takut karena kehadirannya lah hubungan Minho dan Seungmin berantakan.

"Engga. Bukan karena kamu. Hubungan kakak dan Seungmin memang gak pernah berjalan harmonis. Kami sama sekali gak saling mencintai. Seungmin masih mencintai Bangchan, dan selama ini mereka masih menjalin hubungan di belakang kakak."

"A-apa gak bisa diperbaiki? Kakak bisa bicarakan baik-baik dengan Seungmin kan?"

"Percuma, Ji. Kalau pun kami kembali, itu hanya akan menyakiti kami semua. Kakak, Seungmin, Bangchan, bahkan Jiho yang tidak tahu apa-apa."

Jisung merasa sedih atas apa yang menimpa Minho. Pasti sangat sakit rasanya. Bahkan ini bukan yang pertama kalinya untuk Minho.

"Kakak yang salah. Kakak terlalu egosi memisahkan mereka dulu, kakak memaksakan kehendak kakak untuk menikah dengan Seungmin."

"Ini bukan salah kakak juga. Semua ini takdir kak. Tuhan sudah menuliskannya untuk kakak."

Jisung mengelus pundak Minho dengan lembut. Membuat Minho lebih tenang.

"Kakak harus kuat ya. Demi Jiho, kak."

Minho melepas pelukannya. Menatap Jisung dalam.

"Kamu mau bantu kakak kan?"

"Tentu, Jisung akan bantu kakak semampu Jisung."

"Makasih, Ji."

Tangannya terulur untuk mengelus pipi Jisung, hingga Jisung menyadari kalau tangan kanan Minho terluka.

"Astaga! Tangan kakak berdarah! Sebentar, Jisung ambil kotak obat."

Jisung berjalan terburu, mencari keberadaan kotak obat, setelah menemukannya, dia membawanya dan kembali pada Minho.

Jisung membersihkan luka Minho dengan telaten. Memberinya cairan antiseptik dan membalutnya dengan kain kasa.

Minho hanya diam sambil menatap wajah Jisung yang begitu serius. Jisung begitu panik saat mengetahui dirinya terluka. Minho senang, Jisung sangat mengkhawatirkannya.

Wajah serius Jisung terlihat sangat menggemaskan di matanya. Dilihat dari jarak sedekat ini, Jisung kelihatan jauh lebih cantik. Tidak ada yang berubah dari Jisung, Jisung masih menjadi lelaki manis yang selalu berhasil memikat hati Minho.

Rasanya begitu tenang. Seakan seluruh beban Minho terangkat. Hanya dengan sekedar melihat wajah manis seorang Han Jisung.

Minho tidak salah datang kepada Jisung. Jisung memang rumah nya. Tempat ternyaman bagi Minho.

"Selesai."

Minho bahkan tidak sadar kalau waktu berjalan dengan begitu cepat hingga Jisung menyelesaikan pekerjaannya merawat luka Minho.

"Kenapa bisa luka kaya gini?"

"Kakak pukul kaca mobil tadi."

"Ya Tuhan... kak, tolong jangan seperti itu lagi. Jangan sakiti diri kakak sendiri. Kalau kakak marah, cari cara lain untuk melampiaskan, jangan seperti itu."

"Kalau kakak marah dan kesal, kakak boleh peluk kamu?"

"Eung?"

"Satu-satunya cara lain untuk meredakan amarah kakak cuma dengan memeluk kamu, Ji."

Jisung tidak memungkiri kalau rona merah mulai menjalar di pipinya. Untung saja lampu ruang tengah dalam keadaan mati, hanya ada cahaya dari lampu luar yang masuk lewat jendela.

"Ji, kalau kakak berharap kita bisa kembali seperti dulu, apa boleh?"

Jisung tidak bisa menjawab. Dia merasa lancang jika menerima Minho begitu saja setelah beberapa jam yang lalu baru saja Minho memutuskan untuk berpisah dengan istrinya.

"Jisung, kamu boleh percaya atau tidak sama kakak. Kakak tau kakak memang brengsek. Ini memang terdengar seperti kebohongan. Tapi kamu harus tau kalau kakak tidak pernah tidak mencintai kamu. Han Jisung selalu menjadi orang nomor satu di hati kakak."

Entah bagaimana Jisung terbawa suasana. Dia diam saja saat Minho meremas pinggang rampingnya. Wajah Minho mendekat pada wajahnya. Dan bibir mereka bersentuhan.

Jisung masih diam saat Minho menggerakan bibirnya. Menghisap bibir bawahnya dan mencoba memasukkan lidahnya ke dalam rongga mulut Jisung.

Hingga Jisung tersadar saat gigitan Minho pada bibir bawahnya terasa sedikit sakit.

"Cu-cukup kak!"

Jisung mendorong tubuh Minho sekuat tenaganya.

Dia bangkit dan berjalan mundur darisana. Matanya berkaca-kaca, kepalanya menggeleng keras. Kemudian Jisung pergi dari hadapan Minho. Masuk ke kamar miliknya.

Minho hanya bisa tersenyum getir. Apa itu sebuah penolakan dari Jisung? Seharusnya Minho tahu, dia memang tidak pantas untuk orang sebaik Jisung.

Apalagi lagi yang dia harapkan? Bodoh sekali dia berharap dia bisa kembali bersama Jisung seperti dulu, setelah semua kesalahan yang dia lakukan.

"Bodoh. Gue emang bodoh banget. Kalau Jisung sampe marah sama gue, terus gue harus kemana lagi?"

Entah dia bertanya kepada siapa. Padahal kecil kemungkinan Jisung akan marah, Jisung tipe orang yang selalu memaafkan. Besok pasti Jisung sudah kembali lagi bersikap seperti biasa, seakan tidak ada apapun yang terjadi di antara mereka.

Minho merebahkan tubuhnya di sofa. Menatap langit-langit. Wajah manis Jisung memenuhi pikirannya. Dia tersenyum. Perlahan matanya terpejam. Dan Minho memasuki alam mimpi.

.

.

.

To Be Continued

My EXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang