4 : Tamu Tak Terduga

178 43 13
                                    

❝Malem minggu depan, kamu free?❞

🥜🥜🥜

"APAH??!!" Teriak Achi dramatis.

Sangaji yang sudah terbiasa tetap melanjutkan kegiatannya meracik kopi. Bukan tanpa alasan Achi teriak dramatis seperti tadi, pasalnya, Sangaji baru saja memberitahu bahwa ia sudah resmi resign dari kantornya.

"Bisa-bisanya lo kaya gini ya, Ji?"

Sangaji tidak menjawab, ia tetap melanjutkan meracik kopinya untuk pagi ini.

"Gue udah ngalah, tapi ini balesan lo? Cih, gue ganyangka."

"Apaan sih, pagi-pagi udah ribut. Mau saingan sama burungnya Pak Slamet?" masih tanpa menoleh, Sangaji menjawab.

"Dih, cabul lo omongannya."

"Burung parkit peliharaannya, anjir, Si Jalu. Otak lo noh yang musti disapu."

"Ih, Aji! Gue lagi kesel ini sama lo!"

"Apasih yang bikin lo kesel? Soal gue resign? Gue kan udah bilang kalo udah gaenak aja kerja disana." Sangaji meletakkan secangkir kopi dihadapan Achi, dan menggenggam kopinya sendiri ditangannya.

"Tapi, Ji. Kalo nyokap lo tau lo gapunya pemasukan, nanti lo ditarik ke perusahaan bokap lo gimana?" Achi mengoceh sambil mengunyah kue di mulutnya,

"Abisin dulu makannya," Sangaji mengulurkan tangan untuk membersihkan remah di sisi mulut Achi,

Hawa canggung menerpa mereka setelah Sangaji melakukan itu. Sebenarnya hal ini akan biasa saja jika dilakukan 3 bulan lalu. Tapi semenjak Achi resign dari kantornya, entah Achi yang kegeeran atau apa, Achi merasa Sangaji lebih perhatian kepadanya.
Seringkali Sangaji melakukan hal kecil yang membuat jantung Achi seperti turun ke perut, contohnya seperti tadi.

Sangaji berdeham untuk mengusir hawa canggung diantara mereka, "Gue masih punya tabungan, dan gue juga secepatnya bakal nyari kerja lagi. Lagian, lo kan juga udah dapet kerjaan baru."

Skakmat, Achi tidak bisa menjawab. Perkataan Sangaji memang benar.

Sangaji menatap Achi yang membuang muka. Ia memutuskan untuk resign setelah Achi resign 3 bulan lalu. Alasan yang ia bilang ke Achi, yaitu 'udah gaenak kerja disitu' tidak sepenuhnya salah, hanya saja kurang beberapa kata pelengkap. Seharusnya, 'udah gaenak kerja disitu, karna Achi udah ngga kerja disitu'.

Sangaji juga masih mengingat kata-kata Sandy, rekannya, 3 bulan lalu,

"Btw, ntar malem kan malem minggu, lo dandan yang cakep."

"Ngapain?" Achi menoleh, rasa kesalnya sudah meluap.

"Ntar lo juga tau. Oh iya, lo hari ini pulang cepet kan ya, trus lo suka bunga atau coklat?"

"C-coklat." Achi menjawab dengan grogi. Sedangkan Sangaji hanya mengangguk, sambil nenghirup kopinya.

Berbeda dengan Achi yang pikirannya sudah berkelana. Malem minggu, dandan yang cantik, coklat. Jangan bilang... SANGAJI MAU NEMBAK GUE?

***

Setelah pekerjaannya selesai, Achi tergesa pulang. Ia penasaran apa yang akan terjadi nanti malam. Saat Achi sedang gelisah menunggu bus yang tak kunjung datang, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di hadapannya. Saat kaca mobil diturunkan, Achi langsung tahu itu siapa,

"Achi, ayo masuk biar saya anter."

"Eh, Pak Agam. Gausah Pak, saya naik bus aja."

"Bus masih lama, ayo gapapa masuk aja. Keliatannya kamu buru-buru."

[2] kacang goreng • parksungOnde histórias criam vida. Descubra agora