6 : Agam dan Achi

143 38 9
                                    

❝ I love you too, Princess.❞

🥜🥜🥜

"Achi, sebenernya aku masih sayang sama kamu. Aku gabisa lupain kamu. Kamu mau jadi pacar aku lagi?"

Achi menahan napas, menatap wajah tampan Agam yang sedang menanti jawaban darinya.

Apa ini? Seharusnya Achi bisa langsung menjawab. Sesungguhnya Achi juga ingin balikan dengan Agam. Tapi kenapa tiba-tiba terlintas Aji di pikiran Achi? Aji pun sudah merestui mereka, apa yang membuat dirinya ragu?

Achi berusaha mengeluarkan kata yang tertahan di ujung lidahnya, "Iya, aku mau, Gam."

***
Perasaan Aji saja, atau memang Achi sekarang "jauh" dengannya?

Aji mengerti kalau sekarang Achi sudah mempunyai Agam. Tapi mereka bahkan jarang sofa-talk bersama lagi, hampir tidak pernah.

Aji tidak menyalahkan siapa-siapa, lebih ke menyalahkan diri sendiri. Aji rindu Achi, sahabatnya. Aji butuh masukan-masukan Achi yang absurd tapi anehnya tetap Aji lakukan.

Seharusnya ia senang karna sudah ada Agam yang membantunya menjaga Achi. Tapi mengapa perasaannya mengatakan sebaliknya?

Agam orang baik, dan Aji tahu itu. Tapi kenapa perasaannya mengatakan sebaliknya?

Ah, namanya aja udah serasi Agam dan Achi, sama-sama A. Emang guenya aja kali yang cemburu.

Aji berusaha menepis apapun pikiran buruk tentang Agam. Selama Achi bahagia, maka Aji juga ikut bahagia, walaupun hanya sebagai sahabat.

"Chi, ada waktu ga? Gue mau cerita masalah interview,"

"Duh, sorry banget Ji. Besok aja ya? Hari ini gue udah ada janji sama Agam, udah telat juga. Besok ya!"

Aji menghela napas,

Lagi-lagi Agam....

***
Pacaran dengan atasan sendiri rasanya nano-nano.

Agam bisa terlihat sangat berwibawa dan profesional di kantor dan bisa sangat boyfriendable saat ngedate. Agam juga teguh pada prinsip, jika di kantor Agam adalah atasan Achi, tapi diluar Agam adalah pacar Achi.

"Jangan di post, Chi. Aku malu."

"Ih, malu kenapa? Kamu ganteng gini kok malu."

"Ganteng darimana, jelek begitu. Jangan di post ah."

Achi hanya terkikik. Agam juga sangat anti-publikasi. Dirinya sangat malu soal wajahnya, padahal mau dilihat dari sisi manapun pacarnya tetap ganteng.

"Eh, kemarin kamu makan sama Anin?"

"Hah, ngga. Ngapain aku makan sama dia. Kan aku punya kamu."

"Ini fotonya, si Anin nge-post." Achi menyodorkan ponselnya yang berisi foto Agam dan Anin, rekannya, satu frame.

"Oh, inimah bukan makan sama Anin, tapi sama Pak Dirut, Pak Ilyas. Kamu kan tau dia anak Pak Ilyas, jadi otomatis ngikut. Ada petinggi perusahaan juga kok." Agam menjelaskan,

"Oh, yang kemarin kamu bilang ya? Tadinya aku udah mau cemburu aja haha."

"Jangan dong, ayo filmnya udah mau mulai." Agam menggandeng tangan Achi, yang digandeng hanya bisa tersipu.

Achi beruntung mempunyai Agam.

Achi beruntung mempunyai Agam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
[2] kacang goreng • parksungWhere stories live. Discover now