5 : Malam Minggu

178 37 12
                                    

❝ Kalo lo suka sama dia, gas aja.❞

🥜🥜🥜

Sangaji menatap kalender lamat-lamat. Berkali-kali Achi menanyakan apa yang dicari Sangaji hingga melihat kalender sebegitu lekat.

"Udah mau 40 menit lo ngeliatin ni kalender, ada apaan sih? Peta harta karun?" Achi berkacak pinggang sambil mengikuti arah pandang Sangaji.

"Oke, gue udah memutuskan!" Tanpa menjawab pertanyaan Achi, Sangaji mengucapkan itu lalu berlalu begitu saja. Meninggalkan Achi yang tambah bingung.

"Aneh."

Bukannya Sangaji tidak mendengar pertanyaan Achi, ia mendengarnya. Tapi, masa ia harus beritahu dengan jujur kalau ia sedang mencari tanggal yang tepat untuk 'nembak' Achi?

Setelah berbagai macam pertimbangan yang menelan waktu lebih dari setengah jam, ia memutuskan 'nembak' Achi di malam minggu.

Alasannya? Karena itu berarti hari pertama mereka bisa dihabiskan dengan menonton kartun sepanjang hari sambil bermalas-malasan di hari minggu.

Selain itu, ia memutuskan secepatnya 'nembak' Achi karena cerita Achi tempo hari.

Ingatkah kalian dengan Agam? Ya, Agam yang itu. Si Ketua basket yang mengejar Achi semasa SMA dan akhirnya jadian dengan Achi saat pensi kelulusan sekaligus perpisahan angkatan Sangaji. Yang ironisnya, lebih ganteng dari Sangaji.

Dan yang lebih ironis lagi, Agam kembali hadir di kehidupan Achi sebagai atasannya di kantornya yang baru disaat Sangaji ingin melanjutkan hubungannya dengan Achi ke tahap lebih serius dari sekedar persahabatan.

Melihat bagaimana mata Achi berbinar saat menceritakan sosok Agam, membuat Sangaji mau tidak mau mempercepat rencananya.

Semoga malam minggu nanti berjalan lancar.

***
"Jadi, teman satu atap kamu seorang wanita, Aji?"

Sangaji hanya bisa mengangguk.

"Kok kamu ndak pernah kasih tau Ibu?"

"Ibu kan, ndak pernah nanya."

Hening. Sangaji menyentuh tangan Achi yang masih gemetar, menggenggamnya sebentar hanya untuk menyalurkan rasa tenang. Sangaji kasihan sekaligus lucu sekali melihat perempuan yang dulu doyan tawuran ini takut.

"Ibu restui kalian berdua tinggal bareng, asalkan kalian tau batasan. Tapi, tetep aja, kalau berduaan ingkang ketiga itu setan, jadi ibu tetep sarankan kalian jangan lama lama tinggal bareng. Lebih baik mencegah daripada mengobati."

Sangaji dan Achi hanya mengangguk. Paham akan situasi, Achi pamit masuk ke kamarnya, memberikan waktu antara ibu dan anak itu.

Selepas Achi masuk ke kamarnya, Sangaji berniat mengambil camilan untuk ibunya di dapur. Tapi ibunya mencegahnya,

"Duduk dulu, Nak. Ibu mau ngomong sesuatu sama kamu."

Baru saja Sangaji lega karna sudah direstui tinggal bersama, jantung Sangaji berpacu lagi mendengar kalimat ibunya.

"Antara kamu sama Achi, jangan sampai ada apa-apa ya, Cah Bagus. Ibu mohon, Ibu ndak mau kehilangan kamu juga, Nak."

Sangaji sudah menduganya. Ia memilih tidak menjawab.

Melihat diamnya Sangaji, ibunya kemudian beralih menunjukkan kumpulan foto wanita cantik, "Iki, coba liat ada yang kamu suka ndak?"

Ada bu, orangnya lagi dikamarnya.

[2] kacang goreng • parksungDove le storie prendono vita. Scoprilo ora