1 : Kesepakatan

319 68 14
                                    

早───p e r m u l a a n ˚ .

🥜🥜🥜

Hal pertama yang akan Sangaji lakukan setelah membuka mata adalah

Menuju dapur.

Apalagi kalau bukan untuk membuat kopi. Menyesapnya perlahan sambil membaca koran ditemani mentari pagi. Membuat sanubari Sangaji berseru,

Ah, mantap.

Setelah mencuci piring, Sangaji akan mandi lalu bersiap ke kantor. Yah, begitulah rutinitas pagi Sangaji.

Berbanding terbalik dengan penghuni satunya.

Terbangun karena alarm, panik setelah melihat jam, menghabiskan minuman Sangaji, kemudian terburu-buru masuk ke kamar mandi.

Sangaji yang baru keluar dari kamar mandi terkejut dan segera menyingkir, membiarkan ia masuk.

Dengan rambut basah, Sangaji melirik kopinya yang tandas, lalu tersenyum. Penghuni kamar sebelah memang selalu begini dan Sangaji sudah sangat maklum.

Sangaji masih tersenyum saat mengangkat handphone nya yang berdering. Tapi, senyumnya luntur setelah melihat siapa yang menelpon,

Stella, pacarnya.

Morning call dari pacarnya adalah satu-satunya rutinitas pagi Sangaji yang tidak ia sukai.

***

"Ji, nebeng ya, gue udah telat." Sangaji mengangguk samar, tidak menunjukkan reaksi lebih selain mengulurkan helm kepada penumpang dadakannya dan membawa motornya menuju kantor.

Sampai di kantor, Sangaji langsung menuju mejanya. Seorang office boy datang untuk memberikan kopi seperti biasa. Entah Sangaji sedang sial hari ini, office boy tersebut menumpahkan kopi tepat di celananya.

Office boy itu langsung minta maaf, tapi percuma, mood Sangaji akan tetap buruk seharian ini. Dan itu adalah bencana bagi seisi kantor.

"Liat tuh, Mas Salah. Udah punya masalah aja pagi-pagi." ujar salah satu pegawai saat omelan Sangaji terdengar sampai keluar.

"Ya sesuai sama namanya." Pegawai lain menanggapi sambil terkikik.

"Office boy sialan! Gue jadi kena semprot. Padahal cuma mau nyerahin berkas doang." pegawai lain-yang tadi dimarahi Sangaji-menanggapi.

"Duh, kalo gue jadi lo sih gue serahin ke pawangnya. Ogah deh gue berurusan sama Mas Salah yang lagi badmood."

Tiga pegawai itu serentak melihat ke satu kubikel yang sama, kubikel Si Pawang.

"Achi, lo hari ini cantik banget deh. Tolongin gue nyerahin berkas ke Mas Salah dong."

Perempuan berambut sebahu itu menoleh, "Kasih sendiri sana!"

"Ayolah, Chi, bantuin gue. Vendor gede nih, gue beliin seperangkat SK-III deh buat lo kalo berhasil. Deal?"

Achi terbelalak mendengar penawaran rekannya. SK-III adalah produk skincare ternama yang harga satu botolnya saja cukup untuk menghidupi Achi selama seminggu.

Achi berpura-pura berpikir sebentar—agar tidak terlihat terlalu gampangan— kemudian menyambut uluran tangan rekannya, "Deal."

"Alhamdulillah, pawangnya dateng."

"Selamat nyawa gue hari ini."

Kalimat-kalimat itu biasa Achi dengar disaat saat seperti ini, saat dirinya dikorbankan teman-temannya untuk masuk ke kantor Sangaji yang marah. Bahkan ada yang memberi sarapannya untuk Achi, amunisi masuk ke kandang macan, katanya.

[2] kacang goreng • parksungWhere stories live. Discover now