PART : 31

5K 283 10
                                    

Sakit, bahkan rasa perihnya lebih mendominasi. Ya, itulah hal yang ia rasakan saat membuka mata. Tapi tiba-tiba rasa itu seolah lenyap ketika mendapati seseorang yang tengah berada di sampingnya. Tertidur, dengan lengan sebagai bantalan.

Menyentuh lembut wajah itu. Rasanya ingin memeluk, tapi seolah terhalang oleh rasa perih di bagian dadanya saat melakukan pergerakan.

Justin yang awalnya masih dalam tidur, kini bereaksi saat merasakan ada sentuhan di wajahnya. Terjaga dan mendapati apa yang ia harapkan. Hana sadar.

"Han, kamu sudah sadar." Ia langsung heboh. "Apa yang kamu rasain? Apa masih sakit? Kamu mau minum? Atau ..."

Hana menggeleng lemah. Gila, sih  ini rasanya. Seakan akan badannya ikut sakit semua hanya untuk bergerak sedikit saja.

"Aku nggak mau apa-apa," gumamnya lemah. "Cuman dadaku rasanya sangat sakit dan perih," ujarnya sedikit meringis.

"Aku panggil dokter dulu, ya ... untuk mengecek kondisimu," ujar Justin hendak berlalu pergi. Tapi niatnya itu terhenti saat Hana menahan tangannya.

"Aku mau kamu di sini saja," ujarnya megang erat tangan Justin agar dia jangan pergi.

Air matanya langsung saja mengalir deras. Ini rasanya perih, loh, ya, di bagian dadanya. Tapi rasa harunya tak bisa tertahan lagi.

"Kenapa menangis?" tanya Justin menghapus air bening yang terus mengalir dari kedua mata Hana. Jujur saja, ia cemas kalau ada sesuatu yang membuat dia sampai menangis begini.

Hana tak langsung memberikan jawaban atas pertanyaan Justin. Isakan tangisnya, seakan begitu sakit efeknya ke bagian dadanya.

"Jangan nangis. Aku benar-benar takut kalau kamu nangis begini, Han."

"Aku takut nggak bisa kembali membuka mata dan melihatmu lagi," ungkapnya haru. "A-aku ... belum jadi istri yang baik, jika harus pergi terlalu cepat," tambahnya lagi.

Justin membelai lembut pipi  Hana. "Kamu tahu, mendapati kondisimu seperti ini, sudah membuat duniaku hancur, Han. Bahkan kehidupanku seakan berhenti saat tahu keadaanmu. Jadi, jangan berharap meninggalkanku terlalu jauh. Itu menyiksaku seakan membuatku mati."

Ia tak tahu kenapa dirinya dan hatinya benar-benar jatuh terlalu dalam pada Hana. Tapi memang begitulah kenyataannya. Fokus otaknya seakan hanya untuk memikirkan gadis ini. Bahkan saat dia tak baik-baik saja, rasanya seakan mau gila dan melupakan segalanya.

*****

Willy kembali ke rumah sakit. Saat masuk, ternyata kamar tempat di mana Hana dirawat sudah kosong. Ia kaget dan segera menghubungi Justin.

"Hana kok nggak ada di ruangannya?" Langsung heboh. Takut sesuatu yang buruk kembali terjadi.

"Apa?"

"Hana di mana?"

"Udah pindah ke ruang perawatan. Dia udah sadar," jawab Justin.

"Hufftt ... syukurlah," leganya. "Kirain si nenek lampir udah lakuin hal buruk lagi," tambahnya.

"Maksud lo?"

"Nanti gue kasih tahu. Sekarang lo di mana, nih?"

Setelah mendapatkan posisi Justin, Willy segera menuju ke sana. Bersyukur Hana sudah sadar. Terlebih lagi sobatnya itu harus tahu siapa dalang dari kecelakaan yang menimpa Hana. 

Terlihat di depan kamar, dua orang berbadan kekar tengah berjaga. Ya, sepertinya setelah ini Justin bakalan semakin memperketat gerak dan langkah istrinya itu. Untuk sebuah keposesivan, dia memang nomer satu lah.

Istri Kedua sang BillionaireWhere stories live. Discover now