PART : 52

3.3K 190 0
                                    

Matanya ia liarkan saat melewati jalan yang tak jauh dari area kampus. Hujan, membuat pandangannya sedikit terhalangi dan memilih untuk turun dari mobil.

Dalam hujan lebat, ia menelusuri taman yang ada di sekitar, berharap segera menemukan Hana. Tapi tetap saja tak berhasil.

"Hana, kamu di mana, sih," gumamnya di bawah hujan lebat.

Berniat untuk mencari ke tempat lain, tapi pandangannya kini tertuju pada seseorang yang berada di kursi taman, duduk di bawah guyuran hujan. Tak berpikir panjang lagi, ia langsung saja mengarah ke sana.

"Hana ..."

Wajah yang sudah pucat pasi, bahkan pandangan itu saja seolah begitu terlihat berat menatapnya. Tapi tetap saja dia mengumbar senyum. Ya, senyum yang dipaksakan.

"Ternyata benar ... Om itu lebih baik daripada orang tuaku." Tangisnya pecah seketika menatap kehadiran Justin dihadapannya.

Justin langsung saja memeluk Hana yang sedang menangis. "Sudah ku katakan, bahwa aku akan selalu ada bersamamu. Jangan pernah menangis lagi."

Hana merasa kedinginan dan menggigil, bahkan kepalanya terasa begitu sakit. Setidaknya saat nanti ia tak baik-baik saja, ada Justin yang menjaganya.

Dengan cepat ia menggendong Hana menuju mobil. Sampai di dalam ia lilit tubuh basah itu dengan sweater miliknya dan mematikan Ac agar sedikit mengurangi rasa dingin itu.

"Kamu akan baik-baik saja," ujar Justin segera melajukan mobil kembali pulang ke rumah.

"Ini dingin sekali," gumamnya dengan mata terpejam, dan bibir pucat menggigil menahan rasa dingin.

Berharap secepatnya sampai di rumah. Ia tak tega melihat sang istri seperti ini. Sesekali ia sentuh wajah itu agar memberi rasa nyaman. Dan suhu badannya juga mulai panas.

Sampai di rumah, Tian kaget saat melihat Justin justru datang dengan Hana yang ada dalam gendongannya.

"Siapkan air hangat bawa ke kamar!" perintah Justin pada salah satu asisten rumah tangga.

"Baik, Tuan," sahutnya segera melakukan apa yang diperintahakan tuannya.

"Lo tolong hubungi dokter. Minta segera ke sini secepatnya. Dia habis kehujanan dan badannya panas," jelasnya pada Tian dan berlanjut melangkah menuju kamar.

Tian segera melakukan apa yang disuruh Justin. Tapi saat bersamaan, Rhea justru malah menghubunginya ... membuatnya langsung meriject panggilan gadis itu.

Tak lama ia sampai di kamar, seorang pekerja membawa apa yang dimintanya tadi.

"Kalau dokter datang suruh langsung ke sini."

"Baik, Tuan," jawabnya segera keluar dari sana.

Dengan cepat Justin menanggalkan pakaian basah yang masih menempel di badan Hana. Mengelap dengan handuk yang sudah direndam air hangat, kemudian menggantinya dengan yang kering. Karena kalau tidak, dia akan terus merasakan kedinginan. Bahkan selimut tebal kini sudah menutupi tubuh menggigil itu.

"Kenapa masih dingin," gumamnya pelan dengan suara bergetar.

"Kamu akan baik-baik saja, dokter akan segera datang," ujar Justin duduk sambil mengompres dahi Hana yang terasa panas. Bahkan dia semakin mendekat padanya demi mencari kehangatan.

Tak lama, dokter datang bersama Tian.

"Apa yang terjadi?" tanya dokter sambil memeriksa kondisi Hana.

"Dia kehujanan," jawab Justin.

Dokter berlanjut memeriksa. "Suhu badannya lumayan panas. Dia demam," jelas dokter.

Istri Kedua sang BillionaireWhere stories live. Discover now