BAB : 89

957 41 0
                                    


Tian mengantarkan Rhea kembali pulang ke rumah. Sayangnya masih berstatus pacar, kalau tidak, tentu saja akan membuat harinya lebih meyenangkan. Ini saja seharian dia bersamanya, seolah tak mengijinkan dia pulang.

Tian membukakan pintu mobil untuk Rhea turun. Saat hendak berlalu begitu saja, Tian tiba-tiba menyambar tangannya ... membuat langkahnya terhenti.

"Om mau masuk?" tanya Rhe.

"Tentu saja," jawab Tian malah mendahului Rhea masuk ke dalam rumah.

Rhea bingung ... ini rumahnya atau rumah Tian, sih? Kenapa justru dia yang malah masuk duluan. Nggak ada akhlak ini om-om. Padahal niat hati cuman basa basi untuk menawarkan mampir, tapi dia justru antusias banget.

Sampai di ruang tengah, terlihat Risa datang dari arah dapur.

"Wah, ada calon mantu," seloroh wanita paruh baya itu menghampiri Tian dengan putrinya yang mengekor.

Rhea seakan ingin memeluk erat mamanya ... kenapa juga harus menggunakan panggilan 'calon mantu', sih. Ntar kalau sudah sebar undangan, nggak apalah pake panggilan itu. Kan ia jadi ngarep kejauhan kalau digunakan sekarang.

"Sore, Tante," ujar Tian menyambar dan mencium punggung tangan wanita paruh baya itu.

Rhea menyelonong saja tanpa kata, berlalu meninggalkan mamanya dan Tian. Iya, tahu ... orang tuanya kalau ketemu Tian, kan, memang begitu. Dirinya nggak tampak sama sekali.

"Rhea, kok malah main pergi aja, sih. Ada Tian, loh, di sini," cerocosnya saat mendapati tingkah tak sopan putrinya.

Gadis itu menghentikan langkahnya dan balik badan. Menebar senyuman manis, tapi aslinya mah kesal.

"Kirain Mama mau ngobrol dulu sama dia," komentar Rhea. "Kan, aku bisa istirahat."

"Bikin minum," suruh Risa.

Rhea mendekati Tian. "Om mau minum apa? Teh, kopi, susu, jus, atau ..."

"Apa saja, yang penting kamu yang nyiapin," sanggah Tian.

Rhea mengarahkan pandangan pada mamanya sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Haruskah cowok ini menebar kata-kata manis bin baper itu di depan mamanya? Kan, ia jadi salah tingkah.

"Rhea," kejut Risa melihat tingkah aneh putrinya.

"I-iya, Ma," responnya langsung berlalu menuju arah dapur.

Seperginya Rhea menuju dapur, Risa menatap tajam ke arah Tian.

"Tian, boleh Tante nanya sesuatu?"

"Ya?"

"Kamu, kan, udah melamar Rhea. Nah, hanya sampai di situ, atau berlanjut?"

Tian diam, seolah mencerna inti dari perkataan mamanya Rhea. Setelah ia paham, barulah senyuman tipis mengembang di bibirnya.

"Aku sudah bilang sama Om dan Tante, kan ... kalau hubunganku dan dia, itu serius. Itu tandanya, aku akan melangkah maju," jelas Tian.

"Bagus," respon Risa mengacungkan dua jempolnya ke arah Tian.

"Apanya yang bagus, Ma?" tanya Rhea yang datang dengan sebuah baki di tangannya yang berisi tiga gelas minuman.

Meletakkan gelas berisi teh hangat itu di meja, kemudian kembali fokus menatap mamanya dan Tian bergantian. Roman-romannya ada sesuatu.

"Apa, sih, Rhe ... Mama cuman nanyain pekerjaan Tian, kok. Katanya lancar-lancar aja. Lah, Mama kasih respon bagus dong," terang Risa.

Meskipun ia sedikit meragukan jawaban mamanya, tapi tak apalah.

Istri Kedua sang BillionaireWhere stories live. Discover now